Menteri Agama Malaysia Positif COVID-19

PM Muhyiddin Yassin isolasi mandiri karena sempat kontak

Jakarta, IDN Times - Menteri Agama Malaysia, Zulkifli Mohamad Al-Bakri pada Senin, 5 Oktober 2020 dinyatakan positif tertular COVID-19. Zulkifli menjadi menteri pertama di Negeri Jiran yang tertular virus Sars-CoV-2 itu. 

Dikutip dari laman Malaysia Kini, rumor mengenai Zulkifli tertular COVID-19 sudah beredar luas di media sosial. Dia diduga tertular usai menghadiri acara kampanye pemilu negara bagian di Sabah. 

"Saat ini saya sedang menjalani perawatan karena saya dinyatakan positif tertular COVID-19 oleh Kementerian Kesehatan. Alhamdulilah, hingga saat ini saya masih dalam kondisi sehat," ungkap Zulkifli. 

Dia juga mendorong kepada siapapun yang pernah menghadiri acara di mana ia ikut pada periode 24 September 2020 hingga 4 Oktober 2020 untuk mengikuti tes secepatnya di klinik kesehatan terdekat. 

"Saya berdoa semoga Allah segera menyembuhkan dan menyelamatkan warga Malaysia dari COVID-19, Insyaallah," kata dia lagi. 

Di saat ia sudah terinfeksi COVID-19, Zulkifli sempat menghadiri rapat khusus menteri yang membahas pandemik dengan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Rapat itu juga dihadiri oleh seluruh anggota kabinet lainnya. Bagaimana kondisi PM Muhyiddin saat ini?

1. PM Malaysia melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan bekerja dari rumah

Menteri Agama Malaysia Positif COVID-19(Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin) Bernama

Sementara, PM Muhyiddin sejak Senin kemarin sudah melakukan isolasi mandiri dan bekerja dari rumah selama 14 hari ke depan. Meski begitu, ia menggaris bawahi hal tersebut tidak akan menghentikan pekerjaannya sebagai PM. 

"Saya akan tetap bekerja dari rumah dan menggelar pertemuan dengan konferensi video bila diperlulan," ungkap Muhyiddin dan dikutip harian Singapura, The Straits Times

Selain Muhyiddin, siapapun yang melakukan kontak dekat dengan Menag Zulkifli turut diminta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, ditemukan 90 individu yang melakukan kontak dengan Zulkifili. 

Pada Senin kemarin, Negeri Jiran mencetak rekor kasus COVID-19, di mana ditemukan 429 kasus baru dan tiga kasus impor. 

Baca Juga: Usai Gelar Pemilu, Kasus COVID-19 Melonjak di Sabah Malaysia 

2. Pemerintah Malaysia akan lakukan mini lockdown selama 14 hari di negara bagian Sabah

Menteri Agama Malaysia Positif COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Negara bagian Sabah kini menjadi episentrum COVID-19 di Malaysia. Meski melonjaknya kasus harian virus corona dipicu pemilu, namun pemerintah menyalahkan kepada pekerja migran asing yang masuk ke Negeri Jiran melalui jalur tikus. 

Untuk mencegah penyebaran COVID-19 yang lebih meluas, maka pemerintah memberlakukan mini lockdown di negara bagian Sabah dimulai Senin, 12 Oktober 2020 hingga Minggu, 25 Oktober 2020. Ini bermakna setiap individu dilarang melakukan perjalanan menuju Sabah. Sementara, yang berada di Sabah juga dilarang keluar dari negara bagian itu. 

"Bagi mereka yang memperoleh izin (menuju ke Sabah atau keluar dari Sabah) harus melakukan pemeriksaan COVID-19 yang dilakukan oleh Kemenkes begitu mereka tiba di pintu masuk," ungkap Menteri Pertahanan, Ismail Sabri Yaakob. 

3. Pemerintah Malaysia sebut kasus COVID-19 bisa naik di negara bagian Sabah karena pekerja migran yang masuk sembunyi-sembunyi

Menteri Agama Malaysia Positif COVID-19Para TKI Ilegal yang diamankan TNI AL di Asahan (Istimewa)

Hari ini, PM Muhyiddin menyampaikan pidato bagi warga Malaysia. Sebab, melonjaknya kasus COVID-19 menyebabkan warga Negeri Jiran menyalahkan menteri dan kabinetnya. 

Dalam pidatonya, Muhyiddin meminta agar warga Malaysia tidak saling menyalahkan. Tetapi, ia malah menyebut peningkatan kasus COVID-19 di Sabah dan Kedah karena adanya pekerja migran yang masuk ke Malaysia tanpa dokumen resmi dan sembunyi-sembunyi. Mereka kemudian ditangkap dan diserahkan ke rumah penahanan. Area ini lah yang kemudian menimbulkan kluster baru. 

"Kasus sudah melonjak hingga mencapai angka tiga digit dan itu yang membuat kami khawatir. Di Sabah, salah satu alasan mengapa terjadi lonjakan besar karena masuknya pekerja migran ilegal dari negara tetangga. Sebagian dari mereka ternyata positif COVID-19," ungkap Muhyiddin dan dikutip laman Malaysia Kini. 

Sementara, di Kedah, klaster muncul di penjara-penjara dan komunitas setempat.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Terus Naik, Malaysia Larang WNI Masuk Negaranya

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya