PBB Minta Sumbangan Dana Rp153 Triliun untuk Lawan Pandemik COVID-19

265 juta orang diprediksi akan kelaparan karena pandemik

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memohon dana sebesar US$10,3 miliar atau setara Rp153 triliun kepada masyarakat internasional untuk membantu melawan pandemik COVID-19. Ini merupakan seruan penggalangan dana terbesar yang pernah dilakukan oleh PBB. 

Dikutip dari stasiun berita BBC pada Minggu, 19 Juli 2020, PBB mengatakan bila dana tersebut tidak dipenuhi maka diprediksi sebanyak 265 juta orang bisa kelaparan pada akhir tahun ini karena pandemik COVID-19. Dana yang nantinya berhasil dikumpulkan, kata PBB, akan digunakan mendanai negara-negara dengan pendapatan rendah dan rentan. 

PBB bahkan mewanti-wanti bila pengumpulan dana ini gagal, maka dapat memukul mundur upaya pembangunan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Semula, bahkan PBB sempat meminta agar dilakukan penggalangan dana mencapai US$2 miliar atau setara Rp29,7 triliun. 

Mengapa PBB meminta untuk dilakukan penggalangan dana yang begitu besar?

1. PBB sebut negara kaya tak lagi peduli terhadap negara lain agar bisa melindungi ekonominya sendiri

PBB Minta Sumbangan Dana Rp153 Triliun untuk Lawan Pandemik COVID-19(Ilustrasi markas PBB) unmultimedia.org

Nilai penggalangan dana sudah direvisi oleh PBB dan mencetak rekor baru. Tetapi, menurut PBB hal tersebut perlu dilakukan karena negara-negara kaya sudah tak lagi mengikuti aturan dan peduli terhadap kondisi negara lain, semata-mata untuk melindungi perekonomian mereka sendiri. Menurut jurnalis BBC di Jenewa, Imogen Foulkes, negara-negara miskin di dunia terkena dampak paling parah dari pandemik COVID-19. 

Bila pemerintah negara yang makmur itu tidak mengubah kebijakannya, kata PBB, maka dunia akan menghadapi beragam krisis. Jutaan warga dunia dipaksa harus menghadapi kemiskinan. 

Baca Juga: Presiden Brasil: Lockdown di Tengah Pandemik Bisa Membunuh Ekonomi

2. 265 juta rakyat di seluruh dunia terancam kelaparan karena pandemik COVID-19

PBB Minta Sumbangan Dana Rp153 Triliun untuk Lawan Pandemik COVID-19(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Sebelumnya berdasarkan analisa World Food Program (WFP), sekitar 265 juta orang diprediksi akan mengalami kekurangan makanan tahun ini dalam jumlah yang akut karena pandemik COVID-19. Angka ini meningkat dua kali lipat dari prediksi tahun 2019 lalu yang juga disebut kekurangan pangan. 

Situasi pandemik ini diprediksi semakin memburuk dalam kondisi yang sudah kacau ini. Dikutip dari laman VOA News pada akhir Mei lalu 1 dari 9 orang kini tidak memiliki dana yang cukup untuk makan. Artinya, 820 juta orang tengah dihadapkan pada ancaman kelaparan yang besar. 

"Kami tahu ini melebihi dari dampak kesehatan. Kini pandemik berubah menjadi krisis kelaparan dan dirasakan dampak buruknya pada orang-orang," tutur juru bicara untuk proyek Hunger Project yang berbasis di New York, Sara Wilson. 

Kelaparan ini terjadi karena wabah COVID-19 menyebabkan harga-harga naik, kesulitan ekonomi, adanya pasokan rantai makanan yang terputus. 

3. Pasokan pangan terputus karena para petani tidak bisa mendistribusikan hasil panennya

PBB Minta Sumbangan Dana Rp153 Triliun untuk Lawan Pandemik COVID-19Ilustrasi Petani (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar)

Dalam laporannya, Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, ke Dewan Keamanan PBB melaporkan belum terjadi adanya kelaparan. Namun, ia mewanti-wanti bencana kelaparan bisa terjadi dalam waktu beberapa bulan ke depan. 

Menurut hasil analisa WFP, kelaparan terjadi karena adanya pasokan rantai makanan yang terputus karena para petani dan pekerja tidak bisa bekerja atau bepergian. Sedangkan, transportasi tertunda sementara sehingga mengakibatkan kurangnya pasokan pangan. Sebagai contoh di Amerika Serikat sendiri, pabrik pemrosesan daging akhirnya terpaksa tutup karena tidak adanya pasokan. 

Selain tidak adanya pasokan, hal itu juga berdampak pada naiknya harga-harga. Banyak warga di dunia yang telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri dan keluarganya. Situasi itu kini diperparah dengan kondisi perekonomian yang terpapar COVID-19. 

Baca Juga: Wapres: Menolong Orang Kelaparan saat  Bahaya COVID-19 Fardu Kifayah

Topik:

Berita Terkini Lainnya