Pengembang Aplikasi Muslim Pro Bantah Jual Data ke Militer AS

Vice menyebut data itu bisa digunakan dalam operasi militer

Jakarta, IDN Times - Pengembang aplikasi Muslim Pro yang berbasis di Singapura, Bitsmedia, membantah mereka menjual data pribadi para penggunanya ke militer Amerika Serikat. Usai hasil investigasi majalah Motherboard Vice menjadi perbincangan publik, Bitsmedia langsung memutus kontrak dengan X-Mode, pihak ketiga yang menampung data pengguna mereka. 

Berdasarkan hasil investigasi Motherboard Vice, aplikasi Muslim Pro termasuk dalam sejumlah aplikasi yang secara rutin mengirimkan data presisi mengenai penggunanya ke X-Mode. Sementara, berdasarkan data, aplikasi yang berisi doa-doa dalam Islam dan Quran itu, sudah diunduh sebanyak 98 juta kali. 

"Demi menghormati rasa percaya dan doa dari jutaan yang disampaikan kepada Muslim Pro, maka kami segera menghentikan hubungan dan kerja sama kami dengan mitra data, termasuk X-Mode," ungkap manajemen Bitsmedia dalam surat elektronik kepada Vice pada Selasa, 17 November 2020. 

"Kami akan terus mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan para pengguna kami bisa beribadah dengan pikiran yang tenang. Sebab, sejak awal itu lah tujuan Muslim Pro diciptakan," tutur mereka lagi. 

Hingga kini, belum diketahui mengapa militer AS, khususnya di bidang penanganan terorisme, US Special Operations Command (USSOCOM) tertarik untuk membeli data dan lokasi pengguna aplikasi ibadah umat Muslim. Media teknologi yang diluncurkanVice itu menulis tidak diketahui apakah USSOCOM menggunakan data ini untuk operasi tertentu. Namun, tak dimungkiri data-data semacam itu bisa menguntungkan USSOCOM untuk operasi di beberapa negara di Timur Tengah seperti Afghanistan, Pakistan, dan Irak. 

Apakah Bitsmedia terancam sanksi hukum lantaran data para penggunanya jatuh ke tangan militer AS?

1. Aplikasi Muslim Pro tak menyebut di kebijakannya bahwa data pengguna akan dikirim ke pihak ketiga bernama X-Mode

Pengembang Aplikasi Muslim Pro Bantah Jual Data ke Militer ASTampilan situs X Mode (Tangkapan layar situs X-Mode)

Di dalam keterangan tertulisnya, pengembang aplikasi Muslim Pro mengaku telah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga bernama X-Mode selama satu bulan terakhir. X-Mode merupakan perusahaan yang memperoleh data lokasi langsung dari berbagai aplikasi. 

Oleh X-Mode, data pengguna aplikasi Muslim Pro kemudian dijual ke militer AS. Motherboard Vice kemudian mencoba mengunduh aplikasi itu sebelumnya. Mereka ingin memeriksa data apa saja yang kemudian dikirim ke X-Mode. 

Dari hasil investigasi mereka, data yang dikirim ke X-Mode antara lain jaringan wifi yang saat ini sedang digunakan oleh ponsel pengguna, informasi mengenai jenis ponsel yang digunakan, dan waktu keberadaan pengguna. 

Sementara, di situs resmi mereka, X-Mode mengaku menjual data-data pengguna Muslim Pro ke kontraktor pertahanan. Sebagai imbalannya, kontraktor itu akan menyediakan data mengenai Departemen Pertahanan. 

Selain itu, Motherboard Vice juga menemukan bahwa aplikasi Muslim Pro tidak menyebut soal adanya pihak ketiga bernama X-Mode. Atau setidaknya memberikan penjelasan kepada para penggunanya bahwa data dan lokasi keberadaan mereka dikirim ke X-Mode. 

Hal tersebut kini tengah menjadi bagian dari penyelidikan senat di AS. Senator Ron Wyden bahkan mengatakan X-Mode turut menjual data lokasi pembicaraan telepon di AS ke militer Negeri Paman Sam. 

"Dalam pembicaraan dengan pengacara X-Mode pada September lalu, mereka membenarkan bahwa mereka memang menjual data penggunaan telepon di AS ke militer di negara ini," ungkap Wyden. 

Namun, X-Mode enggan mengungkap siapa saja yang menjadi pelanggan mereka.

Baca Juga: Militer AS Dikabarkan Beli Jutaan Data Pengguna Aplikasi Muslim Pro

2. Data pelanggan Muslim Pro digunakan untuk kepentingan operasi militer USSOCOM di Timur Tengah?

Pengembang Aplikasi Muslim Pro Bantah Jual Data ke Militer ASTampilan aplikasi Muslim Pro (Tangkapan layar Google Play)

Kepada media, perusahaan X-Mode mengakui bisnisnya dengan kontraktor militer fokus pada tiga hal yakni anti-teror, keamanan siber, dan memprediksi titik hotpot COVID-19 di masa depan. X-Mode mengaku mempublikasikan data pengguna aplikasi mitranya secara anonim. Namun, di era teknologi canggih seperti saat ini, sangat mudah untuk mengetahui identitas seseorang. 

Selain melalui X-Mode, militer AS juga memperoleh data penggunaan aplikasi melalui pihak ketiga lainnya yakni perusahaan bernama Babel Street. Mereka mengumpulkan data para pengguna dari ponsel pintar. Data pembelanjaan operasi militer komando khusus AS menghabiskan dana senilai 90.656 dolar AS (setara Rp1,2 miliar) di bulan April untuk membeli data dari Babel Street. 

Juru bicara operasi militer komando khusus AS, Tim Hawkins, membenarkan bahwa mereka membeli data dari Babel Street untuk mendukung misi operasi khusus di luar Negeri Paman Sam. "Tetapi, kami secara ketat mematuhi prosedur dan kebijakan untuk melindungi privasi, kebebasan warga sipil, hak konstitusional dan hak hukum warga negara Amerika," kata Hawkins. 

Laman Business Insider melaporkan Babel Street menjual produk bernama Locate X, yang membuat pengguna bisa memilih area di peta dan menunjukkan pergerakan alat elektronik di dalam area tersebut. Klien Babel Street bisa melakukan pencarian sebanyak yang mereka mau asal membayar untuk mengakses datanya. 

3. Pengembang Muslim Pro melakukan penyelidikan internal soal adanya penjualan data

Pengembang Aplikasi Muslim Pro Bantah Jual Data ke Militer ASTampilan aplikasi Muslim Pro di ponsel (Tangkapan layar Google Play)

Kepala Komunitas aplikasi Muslim Pro, Zahariah Jupary, mengatakan pihaknya kini melakukan penyelidikan internal soal adanya penjualan data ke pihak ketiga yakni X-Mode. Pengembang Muslim Pro juga tengah melihat kembali kebijakan yang berlaku di Singapura mengenai praktik tersebut. 

"Kami ingin memastikan bahwa semua ditangani sesuai ketentuan yang berlaku," ungkap Jupary. 

Muslim Pro merupakan aplikasi yang sudah digunakan selama hampir 10 tahun. Jumlah penggunanya di OS Android mencapai 50 juta orang. Sedangkan, bila digabung dengan aplikasi iOS maka total pengguna mencapai 98 juta. Bahkan, di situsnya, Muslim Pro mengklaim sebagai aplikasi paling populer di kalangan umat Muslim. 

Harian Straits Times sempat bertanya mengenai pandangan Dewan Reliji Islam di Singapura (Muis). Mereka mengaku tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi aplikasi seperti Muslim Pro. Muis juga menegaskan tidak mendukung aplikasi tersebut. 

"Kami mendorong agar umat Muslim ekstra hati-hati saat menggunakan aplikasi semacam itu," ungkap juru bicara Muis. 

Mereka mendorong agar umat Muslim membaca dengan seksama ketentuan yang ada di dalam aplikasi tersebut. Muis Singapura juga memiliki aplikasi khusus bernama MuslimSG yang berisi informasi waktu salat, outlet yang menawarkan makanan halal dan lokasi masjid. 

Baca Juga: BNPT: 1.200 WNI di Irak-Suriah Korban Propaganda Medsos

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya