PM Ceko Minta Maaf ke Publik, Akui Keliru Tangani Pandemik COVID-19

Dalam sehari, Ceko pernah mencatat 15 ribu kasus baru corona

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Ceko Andrej Babis pada pekan lalu meminta maaf ketika berbicara di hadapan media. Hal itu lantaran kasus COVID-19 di Ceko kembali melonjak dan kini negara di Eropa Tengah tersebut sedang memasuki gelombang kedua pandemik COVID-19. 

Stasiun berita CNN, Senin 26 Oktober 2020 melaporkan, Babis sampai mengucapkan lima kali permintaan maaf kepada publik Ceko. Hal itu jarang dilakukan oleh seorang pemimpin negara, termasuk di Indonesia. Ia mengakui pemerintahannya keliru dalam menangani pandemik COVID-19. 

"Saya meminta maaf atas kebijakan baru pembatasan pergerakan manusia yang akan berdampak kepada pemilik usaha, warga, dan para pegawai. Saya juga meminta maaf sempat menolak untuk memberlakukan kemungkinan kebijakan (pembatasan) ini," ungkap Babis. 

Ia menambahkan, tak menyangka Ceko akan mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang demikian tinggi. Pekan lalu saja, Ceko sempat mencatat 15 ribu kasus baru corona. Itu merupakan infeksi tertinggi penyakit tersebut yang terjadi di Ceko. 

Republik Ceko sempat dipuji karena berhasil mengatasi gelombang pertama COVID-19 pada musim semi lalu, dengan lebih awal memberlakukan karantina wilayah. PM Babis juga mewajibkan semua warga Ceko mengenakan masker, padahal mayoritas pemimpin di negara-negara barat tidak mewajibkan hal itu. Namun, kini ia menyadari mengakhiri karantina wilayah dan membuka kembali perekonomian justru menuntun ke bencana yang baru. 

Lalu, apa langkah kebijakan Pemerintah Ceko menghadapi gelombang kedua pandemik COVID-19?

1. Ceko kembali menyatakan negaranya dalam keadaan darurat sejak 5 Oktober 2020

PM Ceko Minta Maaf ke Publik, Akui Keliru Tangani Pandemik COVID-19Ilustrasi pariwisata Ceko (www.prague-guide.co.uk)

Berdasarkan data dari World O Meter, Selasa (27/10/2020), saat ini sudah ada 268.370 orang di Ceko yang terpapar COVID-19. Sebanyak 103.220 orang sudah dinyatakan sembuh.

Adapun jumlah pasien meninggal dunia akibat COVID-19 sebanyak 2.365 orang. Artinya, di Ceko masih ada 162.785 kasus aktif penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 itu. 

Alhasil, Pemerintah Ceko kembali mengumumkan keadaan darurat sejak 5 Oktober 2020 lalu. Mengutip dari situs resmi Pemerintah Ceko, keadaan darurat akan diberlakukan selama 30 hari ke depan. 

Selama keadaan darurat tersebut, pemerintah juga membatasi jumlah orang yang boleh berkumpul. Untuk aktivitas di dalam ruangan, maka maksimal hanya boleh diisi 20 orang. Bila berjumlah lebih dari 20 orang, maka mereka harus beraktivitas di luar ruangan. Beberapa orang dari satu keluarga boleh duduk berdekatan. 

Aktivitas seperti konser, bioskop, dan film tetap dibolehkan dengan jumlah pengunjung maksimal 500 orang. Semua harus dalam keadaan duduk. Bila konser seni melibatkan aktivitas nyanyi, maka pemerintah tak memberi izin. 

Kegiatan olah raga tetap boleh dilakukan maksimal melibatkan 130 orang tanpa penonton. Kebijakan serupa juga diberlakukan bagi pelatihan kegiatan organisasi. 

Untuk kegiatan ibadah, pemerintah menetapkan masing-masing rumah ibadah maksimal diisi oleh 100 orang. Sedangkan, pelayanan di rumah sakit satu petugas hanya boleh melayani enam pasien. Aturan ini berlaku selama 14 hari. 

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Negaranya Terus Naik, Menkes Ceko Pilih Mundur 

2. Pemerintah Ceko mengakui cepat berpuas diri dan mengklaim telah berhasil mengendalikan pandemik

PM Ceko Minta Maaf ke Publik, Akui Keliru Tangani Pandemik COVID-19Perdana Menteri Ceko, Andrej Babis ketika bertemu dengan PM Singapura, Lee Hsien Loong di Singapura tahun 2019 (Dokumentasi Kantor Presiden Ceko)

Ketika kasus COVID-19 kembali naik di Ceko, PM Babis sempat menolak memberlakukan pembatasan pergerakan manusia. Ia mengatakan, bila kebijakan itu diberlakukan lagi, maka bisa berdampak negatif ke perekonomian Ceko. 

Tetapi, kebijakan itu berakhir dengan mimpi buruk karena pandemik malah semakin tidak terkendali. Ia juga mengakui terlalu cepat berpuas diri dan mengira negaranya sudah terbebas dari COVID-19. 

"Kami sudah pasti berbuat kesalahan karena kami pikir ini semua sudah berakhir pada akhir Mei lalu. Kami membuka kembali perekonomian dan berhasil mengendalikan semua," ujar Babis. 

Menteri Kesehatan Ceko Roman Prymula telah mengumumkan pada pekan lalu, bahwa pasukan nasional Amerika Serikat akan mengirimkan 28 dokter untuk membantu sistem kesehatan Ceko. 

3. Publik desak Menkes Ceko dipecat karena melanggar aturan pembatasan yang dibuatnya sendiri

PM Ceko Minta Maaf ke Publik, Akui Keliru Tangani Pandemik COVID-19Menteri Kesehatan Ceko, Roman Prymula (EPA/Martin Divíšek)

Di sisi lain, Menteri Kesehatan baru Ceko Roman Prymula, kini tengah disorot karena melanggar aturan pembatasan pergerakan manusia yang ia buat sendiri. Tabloid lokal,  Blesk, sempat mengabadikan foto Prymula meninggalkan restoran pada larut malam. 

Ia juga terekam kamera masuk ke dalam mobil tanpa mengenakan masker. Padahal, selama gelombang kedua pandemik, Pemerintah Ceko mewajibkan warganya harus pakai masker bila beraktivitas di luar rumah. 

Namun, kepada media, Prymula membantah telah melanggar aturan tersebut. Ia juga menolak untuk mundur. Ia mengaku datang ke restoran itu untuk bertemu dengan direktur rumah sakit. Ia masuk ke restoran itu melalui jalur khusus. Prymula juga berdalih tetap mengenakan masker saat berada di dalam mobil. 

Foto Prymula keluar dari restoran membuat warga Ceko geram. Sebab, selama pembatasan pergerakan manusia, restoran dan kafe ditutup sementara waktu.

Meski begitu Prymula mengatakan, PM Babis memiliki kewenangan untuk memecatnya. PM Babis dijadwalkan akan membahas isu ini dengan Presiden Ceko Milos Zeman. 

Baca Juga: Protes Pembatasan COVID-19, Demonstran Bentrok dengan Polisi di Ceko

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya