Ratusan Menkes Dunia akan Serukan Evaluasi Cara WHO Hadapi COVID-19

Indonesia termasuk satu dari 116 negara yang dukung evaluasi

Jakarta, IDN Times - Ratusan Menteri Kesehatan dari seluruh dunia, termasuk Menkes Terawan Agus Putranto akan mengikuti pertemuan tahunan WHO. Khusus untuk tahun ini lantaran dunia masih dilanda pandemik COVID-19, maka pertemuan dilakukan secara virtual. 

Pertemuan ke-73 anggota negara WHO ini menjadi momen yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap penanganan pandemik COVID-19 yang telah menelan 316 ribu korban jiwa di seluruh dunia. Itulah yang akan menjadi fokus dari pertemuan selama dua hari tersebut. 

Hasil akhir dari pertemuan itu adanya resolusi yang diharapkan bisa disepakati oleh semua negara anggota. Di dalam rancangan resolusi itu juga akan menyerukan adanya akses yang merata untuk diagnosa, obat dan vaksin yang manjur melawan COVID-19. Tetapi, menurut seorang diplomat yang dikutip kantor berita Reuters, isi resolusi yang dibawa oleh Uni Eropa bisa saja berubah. 

Menurut diplomat yang tidak disebut namanya itu, resolusi tersebut juga akan mendorong adanya penyelidikan mengenai asal-muasal virus corona. Walaupun investigasi itu tidak bisa dilakukan secepatnya. 

"Makanya penting bagi semua orang untuk menyetujui resolusi ini. Semua orang," kata diplomat tersebut. 

Lalu, bagaimana posisi Indonesia dalam pertemuan tahunan WHO? Apakah RI setuju dengan adanya dorongan investigasi mandiri soal asal-muasal virus corona?

1. Indonesia fokus terhadap kerja sama dan penanganan COVID-19

Ratusan Menkes Dunia akan Serukan Evaluasi Cara WHO Hadapi COVID-19Plt Juru Bicara Kemenlu, Teuku Faizasyah dan Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha. (IDN Times/Santi Dewi)

Plt juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah menyebut di dalam teks resolusi tidak terdapat kalimat mengenai invesigtasi (inquiry). Yang ada, kata Faiza, adalah evaluasi. 

"Di dalam teks resolusi itu berisi evaluasi menggunakan mekanisme yang ada. Jadi, tidak tepat apa yang ditulis oleh beberapa media Australia," ungkap dia melalui pesan pendek kepada IDN Times pada Minggu (17/5). 

Lagipula, ujar mantan Dubes RI untuk Kanada itu, Indonesia kini fokus terhadap kerja sama internasional dan penanganan COVID-19. Kantor berita Reuters melaporkan sejauh ini sudah ada 116 negara anggota dari 194 negara yang sudah setuju terhadap isi rancangan resolusi itu. 

Resolusi yang dihasilkan memang tidak mengikat secara hukum, tetapi memiliki dampak politik. Selain itu, di dalam rancangan resolusi juga terdapat seruan agar WHO terus melakukan kinerjanya termasuk misi santifik ke lapangan untuk mengidentifikasi hewan yang menjadi penyebab tersebarnya virus corona dan bagaimana caranya ia bisa lompat dari inangnya di dalam tubuh hewan ke manusia. 

Baca Juga: AS Klaim Virus Corona dari Laboratorium di Wuhan, Apa Buktinya?

2. Resolusi itu tidak akan menyebut Tiongkok sebagai awal kemunculan virus corona

Ratusan Menkes Dunia akan Serukan Evaluasi Cara WHO Hadapi COVID-19Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Mia Amalia)

Di dalam resolusi yang akan dilakukan voting pada Selasa (19/5), tidak akan menyebut Tiongkok sebagai penyebab meluasnya virus corona ke seluruh dunia. Kendati WHO dan sebagian besar pakar sudah meyakini virus Sars-CoV-2 muncul kali pertama di pasar penjualan hewan liar di Kota Wuhan pada akhir 2019 lalu. 

Tetapi, baik Uni Eropa termasuk negara lain Australia, Inggris, dan Selandia Baru memang medorong adanya penyelidikan mengenai bagaimana pandemik COVID-19 diatasi di awal-awal kemunculannya. Kemudian, pelajaran berharga apa yang bisa ditarik dari peristiwa itu. 

Juru bicara UE, Virginie Battu-Henriksson, mengatakan di dalam resolusi itu ada beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dalam peninjauan apapun. 

"Bagaimana pandemik ini bisa menyebar? Apa penjelasan epidemiologi di balik ini? Semua pertanyaan ini tentu penting untuk kita di masa mendatang agar bisa menghindari peristiwa serupa," ujar Battu-Henriksson pada hari ini dan dikutip stasiun berita BBC.

Namun, Tiongkok rupanya sudah mengantisipasi adanya dorong untuk melakukan penyelidikan mandiri terhadap asal-muasal virus corona. Kemenlu Tiongkok mengatakan masih terlalu awal untuk melakukan investigasi itu.

Presiden Tiongkok, Xi Jinping dijadwalkan akan memberikan pidato dalam upacara pembukaan yang dilakukan sekitar pukul 12:00 waktu setempat.  

3. Taiwan tidak diundang dalam pertemuan tahunan WHO karena ditentang Tiongkok

Ratusan Menkes Dunia akan Serukan Evaluasi Cara WHO Hadapi COVID-19Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen bersama Direktur Liang Gung-yi dari Institut Kesehatan Nasional pada 20 Februari 2020. Photo: instagram.com/tsai_ingwen

Sementara, Taiwan tetap tidak diundang oleh WHO untuk menghadiri pertemuan tahunan mereka. Padahal, mereka berusaha keras melobi agar ikut diundang oleh badan PBB tersebut. Salah satu misi mereka bisa ikut pertemuan virtual hari ini karena ingin berbagi ke dunia pengalaman kesuksesan mereka dalam melawan virus corona.

Sejauh ini mereka hanya memiliki 440 kasus dan tujuh pasien yang meninggal. Itu semua bisa terjadi karena deteksi awal dan upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah. 

Namun, sejak awal rencana Taiwan itu sudah membuat Tiongkok kesal. Tiongkok masih menganggap Taiwan adalah bagian dari teritori mereka. Mereka baru diizinkan bergabung dalam pertemuan virtual tahunan WHO bila mengakui masih menjadi bagian dari Tiongkok. 

"Terlepas dari berbagai upaya kami dan dukungan internasional yang tidak terkira, Taiwan tidak menerima undangan untuk berpartisipasi (dalam pertemuan tahunan WHO)," tutur Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu kepada media hari ini. 

Baca Juga: Yuk, Intip Cara Pemerintah Taiwan Sukses Tangani Virus Corona

Topik:

Berita Terkini Lainnya