Saat AS Hentikan Pendanaan, RI Tetap Akan Bayar Kontribusi ke WHO

RI membayar Rp34,8 miliar kontribusi ke WHO setiap tahunnya

Jakarta, IDN Times - Di saat Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan pendanaan terhadap Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia bersikap sebaliknya. Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk membantu pendanaan ke WHO. Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Anita Lidya Luhulima dalam sebuah diskusi yang digelar pekan lalu mengatakan dengan tetap berkomitmen membayar kontribusi tahunan, maka itu merupakan langkah nyata untuk mengatasi pandemik COVID-19. 

"Ini sebagai bentuk nyata dukungan terhadap WHO, Indonesia tidak akan menangguhkan pembayaran kontribusi untuk tahun 2020. Kami akan tetap memenuhi kewajibannya," ungkap Anita seperti dikutip dari kantor berita Antara pada Minggu (3/5). 

Total kontribusi tahunan yang diberikan oleh Indonesia kepada WHO mencapai Rp34,8 miliar. Dalam pandangan Pemerintah Indonesia, kata Anita, dengan tetap berkontribusi kepada WHO justru membawa manfaat lebih besar bagi program kegiatan yang tengah dilakukan oleh Indonesia. 

Berapa sih dana tahunan yang setop diberikan oleh Negeri Paman Sam ke WHO? Apakah absennya pendanaan dari AS berpengaruh ke operasional WHO?

1. Pada 2019, AS membayar kontribusi tahunan senilai US$400 juta ke WHO

Saat AS Hentikan Pendanaan, RI Tetap Akan Bayar Kontribusi ke WHOPresiden Amerika Serikat Donald Trump saat konferensi pers bersama Dr. Anthony Fauci, Wakil Presiden Mike Pence, Dr. Deborah Birx dan Laksamana Brett Giroir di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 17 April. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Menurut data yang dikutip oleh stasiun berita BBC (15/4) lalu, pada 2019 lalu, AS menyumbang lebih dari US$400 juta bagi WHO. Dalam pidatonya ketika itu, Presiden Donald J. Trump baru memberikan pernyataan verbal belum berupa kebijakan secara tertulis. Mogul properti itu memiliki waktu 60 - 90 hari untuk meninjau kembali kebijakan tersebut. 

Trump mengancam akan menyetop pendanaan bagi WHO lantaran badan PBB tersebut dinilai telah gagal menjalankan tugas dasarnya yaitu mengatasi wabah COVID-19. Apalagi kini AS telah menjadi episentrum dunia penyakit mematikan tersebut. Selain itu, sejak awal Trump sudah menyalahkan Tiongkok sebagai pihak utama yang seharusnya bertanggung jawab atas tersebarnya virus yang diberi nama Sars-CoV-2 itu.

Trump menilai Tiongkok ceroboh karena tidak mengatasi virus corona agar tidak tersebar ke negara lain. Yang membuat Trump semakin geram, WHO malah kerap memuji kebijakan yang diambil oleh Tiongkok dalam mengatasi pandemik tersebut. 

"Saya telah memberikan arahan kepada pemerintahan saya untuk menahan pendanaan sementara kajian menyeluruh tengah dilakukan soal apakah WHO sudah salah kelola dan menutup-nutupi awal tersebarnya COVID-19," ungkap Trump ketika memberikan pidato di Gedung Putih pada pertengahan April lalu. 

Kemenlu RI mengakui kebijakan Trump itu berdampak serius terhadap upaya penanganan COVID-19 secara global. Pasalnya, kontribusi yang dibayarkan oleh AS mencakup 14,6 persen dari total anggaran organisasi internasional, termasuk WHO. 

"Tentu, (kebijakan AS) akan berdampak. Jadi, mudah-mudahan (negara) yang lain tidak ada yang mengikuti (langkah AS)," tutur Anita lagi. 

Baca Juga: WHO Sesalkan Trump Hentikan Kucuran Dana saat Wabah Virus Corona

2. PBB kecewa di saat WHO membutuhkan dukungan melawan COVID-19, sikap AS malah sebaliknya

Saat AS Hentikan Pendanaan, RI Tetap Akan Bayar Kontribusi ke WHO(Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus) REUTERS/Denis Balibouse

Keputusan Trump itu langsung direspons oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres yang mengaku kecewa. Ia menilai justru di saat sulit seperti ini, semua negara mengesampingkan egonya dan bersatu untuk mendukung WHO melawan pandemik COVID-19. 

"Justru keyakinan saya bahwa WHO seharusnya didukung, apalagi di momen terpenting bagi dunia untuk melawan perang COVI-19," kata Gueterres seperti dikutip stasiun berita BBC

Tidak hanya PBB yang mengungkapkan kekecewaan terhadap Trump, dunia internasional pun mengekspresikan hal yang sama. Menteri Luar Negeri Jerman salah satunya mencuit di akun media sosialnya, memperkuat pendanaan bagi WHO merupakan salah satu investasi terbaik yang dilakukan saat ini. 

Apalagi pada Maret lalu WHO meluncurkan program untuk melawan COVID-19. Ketika itu mereka mengaku membutuhkan dana senilai US$675 juta. WHO direncanakan akan mengajukan permohonan baru karena dana yang dibutuhkan minimal US$1 miliar. 

Kekecewaan juga disampaikan oleh pendiri Microsoft, Bill Gates. Melalui akun media sosialnya, Gates mengatakan rencana Trump menghentikan pendanaan bagi WHO sangat berbahaya. 

"Sebab, tugas mereka adalah menahan laju penyebaran COVID-19 dan tugas itu tak bisa digantikan oleh organisasi lain. Dunia justru membutuhkan WHO saat ini," cuit Gates pada (15/4) lalu. 

Lantaran kecewa terhadap sikap Trump, maka Gates melalui yayasannya kemudian menaikan jumlah donasi bagi WHO dari semula US$100 juta menjadi US$250 juta. CEO Yayasan Bill & Melinda Gates, Mark Suzman mengatakan organisasi itu dalam posisi yang unik. 

"Kami dalam posisi yang unik karena dapat membantu," ungkap Suzman seperti dikutip laman Politico pada (16/4) lalu. 

Dana itu rencananya akan difokuskan untuk pengembangan terapeutik dan vaksin. Selain itu, Gates juga fokus untuk memperkuat sistem kesehatan di kawasan Afrika dan Asia Selatan serta membantu mitigasi dampak ekonomi dan sosial dari pandemik itu. 

3. RI menyebut langkah AS yang akan hentikan pendanaan bagi WHO tak perlu dirisaukan

Saat AS Hentikan Pendanaan, RI Tetap Akan Bayar Kontribusi ke WHO(Ilustrasi logo WHO) www.who.int

Sementara, Kemenlu RI mengatakan sikap yang ditempuh oleh Trump untuk menghentikan pendanaan ke WHO tak perlu dirisaukan. Sebab, WHO juga menerima dana kontribus yang bersifat sukarela dari negara atau donor lain. 

Bahkan, kata Anita, anggaran WHO tahun 2018/2019, jumlah penerimaan dana dari kontribusi yang sifatnya sukarela jauh lebih besar daripada kontribusi tahunan yang disampaikan oleh 194 anggotanya. 

Baca Juga: Presiden Trump Akan Minta Ganti Rugi ke Tiongkok Gegara COVID-19

Topik:

Berita Terkini Lainnya