Singapura Bujuk Negara dengan Kasus Rendah COVID-19 Datang Berwisata

Sabar! Turis dari Indonesia masih belum dibolehkan masuk

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Singapura tengah berupaya membujuk beberapa negara yang berhasil mengendalikan pandemik COVID-19, agar mau kembali berwisata. Kebijakan yang disebut Negeri Singa sebagai travel bubble itu, disampaikan untuk menghidupkan kembali industri penerbangan. 

"Bila ingin menghidupkan kembali industri penerbangan maka tidak bisa hanya mengandalkan jalur atau koridor tertentu saja, Anda harus menciptakan gelembung (bubble) dan prosedur untuk masuknya akan diubah," ujar Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung, ketika diwawancarai CNBC, Senin (12/10/2020). 

Namun, ia menambahkan, untuk menciptakan gelembung itu negara yang diajak berdialog harus yang aman. Dengan adanya kebijakan travel bubble, maka warga dari negara tertentu bisa saling berkunjung, termasuk ke Singapura.

"Mereka tidak perlu melakukan pengajuan akses masuk, tetapi Anda tetap harus mematuhi persyaratan tertentu yaitu testing. Testing akan dilakukan ketika Anda tiba," tutur dia lagi. 

Harian Singapura, The Straits Times, melaporkan ada sekitar delapan negara yang coba didekati untuk membentuk travel bubble. Kedelapan negara itu yakni Tiongkok, Taiwan, Selandia Baru, Australia, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, dan Jepang.

Sejauh ini, Singapura sudah membuka pintu bagi turis asing yakni Vietnam, Australia, Brunei Darussalam, dan Selandia Baru. Negeri Singa memberlakukan kebijakan sepihak terhadap empat negara itu. Artinya, empat negara itu belum bersedia membuka pintu bagi turis asing termasuk dari Negeri Singa untuk mencegah masuknya kasus impor COVID-19. 

Apakah Indonesia ikut diajak bernegosiasi untuk kebijakan travel bubble ini oleh Singapura?

1. Singapura ingin segera buka pintu bagi turis asing dari negara-negara yang sukses kendalikan pandemik

Singapura Bujuk Negara dengan Kasus Rendah COVID-19 Datang BerwisataJewel Singapore (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung mengatakan, Bandara Changi sebelum pandemik COVID-19 menjadi salah satu bandara yang paling sibuk di dunia. Tetapi sejak pandemik melanda, Changi hanya melayani 1,5 persen dari volume penumpang. 

Ong menggarisbawahi pentingnya membuka pintu untuk negara dengan kondisi COVID-19 rendah atau terkendali. Sebab, negara-negara yang dilabeli aman itu bisa diartikan satu area karantina dengan Negeri Singa.

Artinya, orang-orang yang datang dari negara aman itu tidak perlu mengajukan permohonan untuk masuk. Tetapi, sebagai pencegahan, warga dari negara tersebut tetap harus mengikuti tes COVID-19 begitu tiba di Negeri Singa.

Meski dirumorkan pemerintah tengah mendekati delapan negara, namun Ong enggan menyebut negara-negara mana saja yang sedang diajak berdialog. 

Tetapi, bila kesepakatan itu berhasil diteken antara Singapura dan Vietnam, Tiongkok, dan Brunei, maka hal tersebut bisa memulihkan 42 persen volume penumpang di Bandara Changi. 

Baca Juga: Warga Australia dan Vietnam Sudah Boleh Masuk Singapura, WNI Kapan?

2. Bagi negara dengan risiko penularan COVID-19 yang tinggi, Singapura usulkan lakukan beberapa kali tes

Singapura Bujuk Negara dengan Kasus Rendah COVID-19 Datang BerwisataIlustrasi Singapura (IDN Times/Mela Hapsari)

Ong juga buka peluang bagi warga dari negara dengan tingkat penularan COVID-19 yang masih tinggi. Tetapi, menurut dia, warga dari negara tersebut harus mengikuti persyaratan melakukan karantina mandiri selama 14 hari saat ia menjejakkan kaki di Singapura.

Namun, kebijakan itu sia-sia. Sebab, kebijakan wajib karantina mandiri malah menghalangi keinginan warga untuk berwisata. 

Ong kemudian mengusulkan tiga cara yaitu: 

  1. Menetapkan protokol tes berulang yakni sebelum terbang, saat tiba di Singapura dan di hari tertentu ketika mereka masih berwisata
  2. Membatasi tempat-tempat yang boleh dikunjungi oleh para pelancong
  3. Meningkatkan kapasitas pelacakan agar bisa secepatnya mengidentifikasi orang-orang yang sudah tertular 

"Dengan kebijakan ini, maka para pendatang asing bisa masuk, melakukan bisnis atau mengunjungi orang-orang yang Anda sayangi atau alasan apa pun yang mengharuskan Anda datang kemari," kata Ong. 

"Saya pikir ide ini harus terus dikembangkan secara aktif dan peluangnya tidak ditutup, agar ketika nanti kita berhasil mengendalikan pandemik, kita bisa mulai membuka diri dan mengubah menjadi kebijakan perjalanan terbatas," ujarnya lagi. 

3. WNI baru bisa ke Singapura untuk kepentingan dinas dan bisnis

Singapura Bujuk Negara dengan Kasus Rendah COVID-19 Datang BerwisataIlustrasi Singapura (IDN Times/Sunariyah)

Untuk WNI, Pemerintah Negeri Singa baru membuka pintu untuk kepentingan perjalanan dinas dan bisnis. Kebijakan ini dinamakan "reciprocal green lane". Indonesia menyebutnya "travel corridor arrangement" (TCA).

Dengan kebijakan TCA, baik WNI maupun warga Singapura, tidak bisa dengan bebas saling berkunjung. Mereka harus mengajukan permohonan akses masuk ke masing-masing negara. Dari sudut Menteri Ong, kebijakan terbatas ini memang akan membuat pendatang masuk ke Singapura. 

"Tetapi, perjalanan mereka sifatnya terbatas dan tidak menolong untuk menghidupkan kembali sektor penerbangan Singapura," kata Ong. 

Selain dengan Indonesia, Singapura juga memiliki kesepakatan TCA dengan Malaysia, Korea Selatan, dan Tiongkok. Ong menilai Singapura sudah tidak bisa lagi menunggu hingga vaksin COVID-19 ditemukan baru memulai inisiatif travel bubble

"Sebab, kita tidak tahu kapan vaksin akan ditemukan. Apakah tahun depan, dua tahun lagi. Kalau pun ditemukan, kita tidak tahu apakah vaksin itu benar-benar manjur," ujarnya. 

Baca Juga: Singapura Buka Pintu bagi WNI Berkunjung Dinas dan Bisnis

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya