Sinovac Klaim Hasil Awal Uji Klinis Vaksin COVID Sukses Picu Imunitas

Vaksin CoronaVac diuji klinis di 5 negara, termasuk RI

Jakarta, IDN Times - Perusahaan farmasi asal Tiongkok, Sinovac Biotech mengklaim hasil awal uji klinis vaksin CoronaVac sukses memicu imunitas tubuh. Imunitas itu diketahui saat uji klinis dilakukan terhadap 700 orang. 

Stasiun berita Al Jazeera, Kamis, 18 November 2020 melaporkan imunitas tubuh yang dihasilkan usai mengonsumsi vaksin CoronaVac malah lebih rendah dibandingkan pasien yang berhasil pulih dari COVID-19.

Ahli kesehatan mewanti-wanti bagian pertengahan uji klinis tidak didesain untuk menilai kemanjuran vaksin COVID-19 tersebut. Namun, peneliti di Sinovac Biotech justru menilai hasil awal yang mereka publikasikan pada Rabu, 17 November 2020 justru sudah cukup membuktikan vaksin itu bisa melindungi manusia dari penyakit COVID-19. 

Peneliti di Sinovac Biotech membuat kesimpulan tersebut dengan bertumpu pada data dari penelitian dengan vaksin lainnya dan kajian praklinis dengan kera. Informasi ini menambah daftar vaksin dari beberapa perusahaan farmasi lainnya yang mengklaim di tahap uji klinis akhir, berhasil memberikan perlindungan lebih dari 90 persen kepada manusia. Tiga vaksin lainnya yang mengumumkan kabar itu adalah Pfizer dan BioNTech, Sputnik V dan Moderna. 

Hasil awal uji klinis vaksin CoronaVac diterbitkan di jurnal medis The Lancet Infectious Diseases. Namun, di dalam jurnal itu hanya memuat uji klinis tahap I dan II yang melibatkan lebih dari 700 relawan. 

Sedangkan, uji klinis tahap ketiga Sinovac BioTech dilakukan di lima negara berbeda yaitu Indonesia, Arab Saudi, Brasil, Pakistan, dan Rusia. Uji klinis tahap ketiga Sinovac Biotech sempat dihentikan sementara waktu di Brasil usai ditemukan adanya satu relawan yang meninggal dunia.

Tetapi, setelah dilakukan penyelidikan diambil kesimpulan relawan itu meninggal bukan karena vaksin CoronaVac. Uji klinis tahap ketiga di Brasil pun dilanjutkan. Lalu, bagaimana publik harus menyikapi pengumuman dari Sinovac Biotech tersebut?

1. Peneliti di Sinovac Biotech menilai vaksin CoronVac merupakan tawaran yang menarik

Sinovac Klaim Hasil Awal Uji Klinis Vaksin COVID Sukses Picu ImunitasIlustrasi vaksin yang dibuat oleh Sinovac (www.scmp.com)

Meski belum disetujui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), tetapi CoronaVac telah disuntikan ke ratusan ribu orang di Tiongkok dengan menggunakan program darurat (emergency use authorization/EUA). Ada dua vaksin buatan Tiongkok lainnya yang juga sudah disuntikan ke publik di sana dengan program EUA yakni Sinopharm dan CanSino. Menurut laporan di jurnal ilmiah, vaksin buatan Sinopharm dan CanSino terlihat aman dan berhasil memicu imunitas tubuh berdasarkan hasil uji klinis pertama dan kedua. 

Sedangkan, menurut salah satu peneliti Sinovac Biotech, Gang Zeng, vaksin CoronaVac bisa jadi salah satu opsi menarik karena dapat disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 derajat Celcius. Selain itu, vaksin CoronaVac juga disimpan hingga tiga tahun. 

"Ini akan memberikan beberapa keuntungan untuk distribusi ke wilayah di mana akses lemari pendingin masih menjadi satu tantangan," ungkap Gang. 

Di sisi lain vaksin buatan Pfizer dan BioNTech dianggap tidak cocok bagi negara berkembang karena harus disimpan di lemari pendingin dengan suhu minus 70 derajat Celcius. Vaksin itu juga hanya bisa disimpan lima hari di lemari pendingin dengan suhu normal. Atau bila disimpan di tempat penyimpanan dengan suhu tertentu, paling lama vaksin bisa bertahan hingga 15 hari. 

Sedangkan, vaksin Moderna bisa disimpan di lemari pendingin dengan suhu normal hingga 30 hari ke depan. Bila disimpan di lemari pendingin dengan suhu minus 20 derajat celcius, maka vaksin bisa bertahan hingga enam bulan. 

Baca Juga: Di Brasil Disetop, Uji Klinis Vaksin Sinovac di Indonesia Tetap Jalan

2. Vaksin CoronaVac belum terbukti bisa melindungi lansia atau kelompok rentan terpapar COVID-19

Sinovac Klaim Hasil Awal Uji Klinis Vaksin COVID Sukses Picu ImunitasIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, berdasarkan hasil awal dari uji klinis tersebut, diketahui hanya relawan dalam kondisi sehat saja yang dilibatkan di tahap kedua. Sinovac Biotech belum mengungkap apakah CoronaVac ampuh melindungi kelompok lansia, rentan terhadap COVID-19 dan memiliki komorbid. 

Hasil awal uji klinis Sinovac juga tidak menilai bagaimana respons T sel atau limfosit T terhadap vaksin CoronaVac. Padahal, di uji klinis tahap ketiga di Brasil, akan dimasukkan ke dalam proses tersebut. Limfosit T memiliki peranan penting pada kekebalan seluler. Sel T bisa membedakan jenis patogen yang masuk ke tubuh manusia.

Oleh sebab itu, peneliti dari John Hopkins University, Naor Bar-Zeev yang tidak terlibat dalam uji klinis itu, mewanti-wanti agar publik membaca hasil awal uji klinis vaksin CoronaVac secara berhati-hati. Vaksin CoronaVac baru bisa dikatakan aman bila Sinovac Biotech sudah merampungkan hasil uji klinis tahap ketiga. Lalu, hasilnya diterbitkan di jurnal medis. 

3. Pemerintah hanya menanggung biaya vaksinasi bagi 32,1 juta rakyat Indonesia

Sinovac Klaim Hasil Awal Uji Klinis Vaksin COVID Sukses Picu ImunitasANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Sementara, Menteri BUMN, Erick Thohir, memastikan Indonesia akan menggunakan tiga jenis vaksin yaitu CoronaVac, Merah Putih dan Novavax. Tiga vaksin ini nantinya akan dijual ke publik. Penentu jenis vaksin adalah Kementerian Kesehatan. 

Lalu, bagaimana dengan vaksin lainnya yang juga sedang dalam penilaian WHO? Erick mengaku tidak menutup kemungkinan bisa saja jumlah vaksin yang akan dikonsumsi oleh publik bertambah. 

"Kalau ditanya bagaimana dengan jenis vaksin lainnya (selain ketiga vaksin tadi)? Saya jawab, selama vaksin itu masuk dalam kategori WHO, itu vaksin yang baik. Saat ini Kemkes memilih dua yang pertama," kata Erick kepada media pada Rabu, 18 November 2020. 

Ia menambahkan Kementerian BUMN mendapatkan tugas untuk memastikan produksi, distribusi, dan customer experience-nya berjalan dengan baik. Berdasarkan keterangan Kemkes, kebutuhan vaksin COVID-19 di Indonesia sebanyak 67 persen dari total populasi usia 18-59 tahun atau 107.206.544 orang. Artinya, jumlah vaksin yang dibutuhkan sebanyak 235.854.397 dosis.

Selain vaksin mandiri, pemerintah juga menanggung 30 persen dari kebutuhan atau sekitar 32.158.276 orang. Orang-orang ini akan diberikan vaksin secara gratis.

Baca Juga: BPOM Pastikan Vaksinasi COVID-19 Diundur hingga Januari 2021

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya