Tekan Lonjakan Kasus COVID-19, Melbourne Akan Terapkan Jam Malam

Sebanyak 123 orang meninggal di negara bagian Victoria

Jakarta, IDN Times - Pemimpin tertinggi negara bagian Victoria, Australia pada Minggu 2 Agustus 2020, mengumumkan kondisi darurat bencana di area tersebut. Sebab, kasus COVID-19 terus melonjak di area tersebut.

Stasiun berita Al Jazeera melaporkan ada 671 kasus baru virus corona di sana, sehingga total kasus COVID-19 di Melbourne mencapai 11.557, di mana 123 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia. 

Pimpinan tertinggi negara bagian Victoria, Daniel Andrews mengatakan, untuk membendung COVID-19 mereka akan memberlakukan jam malam mulai pertengahan September 2020. Jam malam akan dimulai pada 20.00-05.00 waktu setempat keesokan harinya. Aturan ini akan berlangsung selama enam pekan. 

Aturan itu akan berlaku bagi ibu kota Melbourne dan beberapa kota lainnya. Di periode yang sama, otoritas setempat juga melarang warga untuk keluar dengan jarak lebih dari lima kilometer dari kediamannya. Selain itu, hanya satu orang dari satu keluarga yang diizinkan keluar rumah untuk berbelanja dalam satu hari. 

Mengapa kasus COVID-19 di Melbourne justru terus naik? Padahal, mereka telah menerapkan lockdown untuk menekan kasus COVID-19. 

1. Warga di negara bagian Victoria termasuk Melbourne langgar protokol kesehatan

Tekan Lonjakan Kasus COVID-19, Melbourne Akan Terapkan Jam Malam(Seorang Petugas Layanan Perlindungan (PSO) berbicara dengan seorang warga di Melbourne setelah menjadi kota pertama di Australia yang mewajibkan memakai masker pelindung di tempat umum sebagai upaya membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), Australia, Kamis (23/7/2020)) ANTARA FOTO/REUTERS/Sandra Sanders

Dikutip dari stasiun berita BBC, 31 Juli 2020 lalu, rupanya banyak warga di kota kedua terpadat di Australia itu yang melanggar protokol kesehatan. Salah satunya tetap bekerja ketika masih sakit. "Karena adanya penularan di komunitas, maka angkanya terus naik dan bertambah," ungkap PM Andrews. 

Selain itu, ia juga mengungkap ada lebih dari separuh orang-orang yang menjadi suspect COVID-19 yang justru tidak melakukan isolasi mandiri ketika menunggu hasil tes. Sembilan dari 10 orang juga tak segera melakukan tes ketika mereka mengalami gejala-gejala COVID-19. 

PM Andrews memahami dalam kenyataannya, warga melanggar protokol kesehatan karena mereka tidak memiliki cuti sakit dalam jumlah banyak. Ia akhirnya menjanjikan kebijakan akan ada insentif finansial bagi mereka yang terpaksa tidak bekerja karena terpapar COVID-19. 

Baca Juga: 17 Hari Tanpa Kasus, Selandia Baru Klaim Sebagai Negara Bebas COVID-19

2. Pimpinan tertinggi di Victoria akan memberikan kewenangan kepada polisi mengawasi warga

Tekan Lonjakan Kasus COVID-19, Melbourne Akan Terapkan Jam MalamIlustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

Pembatasan pergerakan manusia akan diperketat mulai Kamis 6 Agustus 2020. Oleh sebab itu, beberapa tempat publik seperti restoran, kafe, bar dan pusat kebugaran pada Rabu 5 Agustus 2020 akan ditutup pukul 23.59 waktu setempat. 

Sementara, semua pelajar yang menempuh studi di negara bagian Victoria akan kembali ke metode pengajaran dari rumah. Selain itu, tempat pengasuhan anak akan ditutup.  Untuk memastikan bahwa aturan-aturan ini akan dipatuhi, maka polisi akan diberikan kekuasaan lebih untuk menertibkan warga. 

"Kita harus membatasi jumlah pergerakan, dengan demikian secara otomatis akan membatasi virus. Kita harus menekan (penyebaran virus) ini," tutur PM Andrews. 

3. Lima juta warga Melbourne sudah menjalani lockdown sebelumnya selama enam minggu

Tekan Lonjakan Kasus COVID-19, Melbourne Akan Terapkan Jam Malam(Ilustrasi lockdown) IDN Times/M. Tarmizi Murdianto

Beberapa bulan lalu, kasus COVID-19 di negara bagian Victoria berasal dari warganya yang baru kembali dari luar negeri. Tetapi, kenaikan kasus di Kota Melbourne justru menyebabkan prestasi otoritas setempat untuk mengembalikan pandemik justru kembali mundur. 

Di Melbourne, kenaikan kasus COVID-19 disumbang dari transmisi lokal. Alhasil, pada awal Juli lalu sekitar 300 ribu warga di 10 area diminta untuk tetap di rumah dan tak boleh keluar rumah. Otoritas setempat bahkan mengerahkan personel militer. Kemudian, lockdown diperluas ke seluruh Kota Melbourne selama enam pekan. 

Baca Juga: Media Australia: Indonesia Bisa Jadi Hotspot COVID-19 Baru di Dunia!

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya