Travel Corridor RI-Singapura Ditargetkan Rampung September 2020

Travel corridor untuk memudahkan kunjungan dinas dan bisnis

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, kebijakan travel corridor antara RI dan  Singapura ditargetkan rampung pada September 2020.

Bila sudah disepakati, kata dia, maka warga negara Indonesia dan warga Negeri Singa bisa saling berkunjung di tengah pandemik, dengan penggunaan visa tertentu.

Pria yang akrab disapa Tomi itu menjelaskan, bila travel corridor disetujui, maka kunjungan terbatas yang didahulukan untuk kepentingan bisnis dan dinas. 

"Ini kalau selesai bulan ini, maka ini akan menjadi TCA (Travel Corridor Arrangement) yang keempat, yang dimiliki oleh Indonesia dengan negara-negara lain," ungkap Tomi ketika berbicara dalam program Ambassador's Talk by IDN Times, Selasa (29/9/2020). 

Tomi menjelaskan kebijakan travel corridor dibutuhkan untuk mengakomodasi pertemuan beberapa menteri Singapura yang akan berkunjung ke Indonesia pada Oktober mendatang. Pertemuan tersebut adalah rangkaian dari kunjungan Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada November mendatang. Ini adalah pertemuan yang dinamakan "Leader's Retreat."

"Pertemuan menteri itu sifatnya working group dan akan dipimpin oleh Airlangga Hartarto (Menteri Koordinator Perekonomian) di Jakarta," ujar dia. 

Tomi mengatakan ada enam kelompok kerja yang sudah disepakati dan akan dibahas, antara lain investasi, pariwisata, tenaga kerja. Lalu, apa saja kualifikasi yang harus dipenuhi kedua negara, sehingga kebijakan travel corridor bisa trealisasi?

1. Travel corridor antara lain mengatur titik masuk dan prosedur keberangkatan

Travel Corridor RI-Singapura Ditargetkan Rampung September 2020Jewel Singapore di Bandara Changi (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tomi mengatakan Singapura menyambut baik proposal tawaran travel corridor dari Indonesia. Di dalam proposal itu tertera kualifikasi dan keinginan masing-masing negara, termasuk pintu masuk dan prosedur keberangkatan. 

"Jadi, kalau bisa pintu masuk dan keluarnya tidak terlalu banyak. Apakah itu hanya melalui jalur laut dan udara saja," kata dia. 

Pintu masuk dari jalur laut di Indonesia, ujar Tomi, hanya ada di Batam. Sedangkan, untuk transportasi udara hanya bisa masuk dari Bandara Soekarno-Hatta dan Changi. 

Mantan bos Metro TV itu juga menegaskan yang menginginkan travel corridor bukan hanya Indonesia. Singapura juga memerlukannya. Sebab, kata Tomi, ada banyak pebisnis di Indonesia dan Singapura yang membutuhkan akses untuk lalu-lalang lebih mudah. 

Tomi menyebut bila dalam praktiknya untuk perjalanan bisnis dan dinas berhasil ditunjukkan tidak ada kasus baru COVID-19, maka tak menutup kemungkinan akan diperluas bagi visa lainnya. 

Baca Juga: Indonesia Lobi Singapura untuk Kebijakan Travel Corridor Saat Pandemik

2. Singapura dan Indonesia menerapkan kualifikasi sebelum berangkat, maka harus jalani tes usap

Travel Corridor RI-Singapura Ditargetkan Rampung September 2020Ilustrasi pemeriksaan kesehatan. Pegawai di kantor DPRD Kota Medan lakukan tes swab guna antisipasi COVID-19 (Dok. Istimewa)

Tomi mengatakan salah satu kualifikasi yang diminta Singapura kepada warga negara Indonesia (WNI) sebelum berangkat, yakni harus menjalani tes swab. Saat ini yang sedang disepakati adalah tes PCR seperti apa yang akan disepakati. 

"Apakah tes swab yang lengkap atau antigen. Itu yang sedang dibicarakan oleh kedua pihak," ujarnya. 

Tomi pun menepis ada kekhawatiran dari warga Singapura yang ingin berkunjung ke Indonesia karena kasus COVID-19 di Tanah Air terus naik. 

3. Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Singapura dijadwalkan bertemu pada November mendatang dalam acara Leader's Retreat

Travel Corridor RI-Singapura Ditargetkan Rampung September 2020Presiden Jokowi ketika bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong di Jawa Tengah (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Tomi mengakui, hubungan bilateral Indonesia dengan Singapura sangat dekat. Putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, bahkan menuntut ilmu sarjananya di Negeri Singa. 

Kedekatan hubungan kedua negara, kata Tomi, sudah terjalin sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai bukti, setiap tahun dilakukan Leader's Retreat di antara kedua pemimpin negara. 

Pada 2020 ini direncanakan Indonesia akan menjadi tuan rumah. Selain itu, ada pula pertemuan antar menteri luar negeri dua tahun sekali dan pertemuan menteri di bidang ekonomi yang tergolong rutin. 

Tomi menjelaskan, rencananya pertemuan antara Jokowi dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong dilakukan di Jakarta sekitar November mendatang.

"Presiden mengharapkan pertemuan bisa dilakukan tatap muka, tidak secara virtual dan ini yang sedang dikomunikasikan. Tempatnya sedang dibahas di mana," kata Tomi. 

Singapura, katanya lagi, tidak keberatan bila pertemuan dilakukan secara tatap muka, namun dengan memberlakukan pengurangan delegasi yang mendampingi. Melalui pertemuan itu, kedua pemimpin ingin menunjukkan ke publik hubungan dua negara sangat baik meski tengah dilanda pandemik. 

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Singapura Larang Masuk Semua Pendatang Asing

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya