Trump Bocorkan Rencana Ingin Maju Lagi Jadi Capres di Pilpres 2024

"Sampai jumpa empat tahun mendatang," kata Trump

Jakarta, IDN Times - Presiden Donald J. Trump memberikan bocoran ia akan kembali maju dalam Pilpres Amerika Serikat pada 2024 mendatang. Meski begitu, ia masih menolak mengakui telah kalah dalam pilpres 3 November lalu. 

Majalah People, Kamis, 3 Desember 2020 melaporkan pernyataan itu disampaikan Trump ketika menggelar makan malam Natal di Gedung Putih pada Rabu, 2 Desember 2020 lalu. Acara itu tertutup untuk media. Namun, video yang menggambarkan suasana makan malam dan pernyataan Trump beredar di dunia maya. Salah satunya disebabkan anggota Partai Republik dari Oklahoma merekam pernyataan Trump menggunakan fitur live streaming di Facebook. 

"Ini merupakan empat tahun yang luar biasa. Kita akan coba (untuk bisa duduk) empat tahun lagi. Atau kita akan jumpa lagi empat tahun mendatang," ungkap Trump seperti yang terekam di dalam video. 

Di dalam video itu juga tergambar tamu-tamu yang diundang acara makan malam di Gedung Putih tidak mematuhi protokol kesehatan. Padahal, kasus data harian COVID-19 di Negeri Paman Sam terus mencetak rekor baru. 

Kantor berita Associated Press (AP) melaporkan para tamu tidak mengenakan masker, dan acara diselenggarakan di dalam ruangan tanpa menjaga jarak sekitar satu meter seperti yang dianjurkan oleh Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) di sana. Acara makan malam yang digelar oleh mogul properti itu pada pekan ini merupakan rangkaian acara perpisahan lantaran Trump harus angkat kaki dari Gedung Putih pada 20 Januari 2021 mendatang. 

Dalam acara itu juga Trump masih menolak mengakui kekalahannya dalam pemilu presiden 2020. Bahkan, ia mengklaim sebagai pemenangnya. 

"Ini jelas merupakan tahun yang tidak biasa. Kita berhasil memenangkan sebuah pemilu, tetapi mereka tidak suka itu. Saya akan menyebut ini pemilu yang telah dicurangi. Sejujurnya, ini benar-benar memalukan," tutur Trump di hadapan para tamu yang hadir. 

Apa komentar Gedung Putih mengenai acara makan malam yang tidak memberlakukan aturan kesehatan dan rencana Trump maju lagi di pilpres 2024?

1. Gedung Putih mengklaim telah memberlakukan protokol kesehatan selama makan malam Natal

Trump Bocorkan Rencana Ingin Maju Lagi Jadi Capres di Pilpres 2024Juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany (www.by.usembassy.gov)

Ketika dimintai komentarnya, juru bicara Gedung Putih, Kayleigh McEnany, mengatakan tidak ada yang salah dari makan malam jelang Natal yang digelar oleh Trump. Sebab, menurut dia, semua protokol kesehatan sudah dilakukan, mulai dari jumlah tamu yang diundang lebih sedikit, para tamu didorong untuk tetap memperhatikan jarak, hingga disediakan hand sanitizer di Gedung Putih. 

"Jadi, Anda tahu bila Anda bisa merampok bisnis orang, membakar bangunan, terlibat aksi protes, maka Anda juga bisa datang ke pesta Natal," kata McEnany. 

Acara makan malam Natal pada 2 Desember 2020 lalu adalah satu dari rangkaian kegiatan serupa yang tetap digelar di dalam ruangan meski kasus COVID-19 di Negeri Paman Sam terus melonjak. Padahal, Gedung Putih pernah menjadi kluster COVID-19, terutama sejak Trump ikut tertular penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 itu. 

McEnany pun ikut terpapar. Bahkan, ia diduga ikut menularkan virus itu kepada wartawan yang bekerja di Gedung Putih. 

Berdasarkan data per hari ini yang dikutip dari situs World O Meter, AS masih menjadi episentrum dunia COVID-19 dengan angka kematian telah mencapai 282.829. Total ada 14,5 juta warga AS yang tertular COVID-19. 

Baca Juga: Pidato di Gedung Putih, Trump Klaim Suaranya Dipangkas secara 'Ajaib'

2. Diam-diam Trump berhasil mengumpulkan dana dari publik Rp2,4 triliun sejak kalah pemilu

Trump Bocorkan Rencana Ingin Maju Lagi Jadi Capres di Pilpres 2024Donald Trump Jr. bersama ayahnya, Presiden Donald J Trump (ww.instagram.com/@donaldjtrumpjr)

Sementara, diam-diam Trump justru berhasil mengumpulkan dana mencapai US$170 juta atau setara Rp2,4 triliun sejak ia kalah dalam pemilu 3 November lalu. Sejumlah uang itu terus terkumpul lantaran Trump terus mengklaim bahwa pemilu 3 November lalu dicurangi. Kantor berita AP melaporkan, Trump lalu meminta kontribusi dari publik dengan tujuan menjadi dana untuk mempertahankan pemilu. 

Berdasarkan orang yang kenal Trump, uang itu mulai dikumpulkan setelah pemilu 3 November. Jumlah uang yang diduga setara dengan nominal kampanyenya dulu, akan menjadi faktor politik yang kuat di Partai Republik. 

Tim kampanye Trump menggunakan modus mengirimkan surat elektronik dan pesan pendek kepada publik bahwa telah terjadi kecurangan pemilu dan penipuan. Namun, ia tidak melampirkan bukti apapun. Di saat itu, timnya sekaligus meminta dana dari publik. Alasannya, untuk mendanai upaya mereka di pengadilan. 

Tetapi, berdasarkan dokumen tagihan yang dicetak, uang itu justru dipakai untuk membayar utang ketika kampanye, mengisi kembali pundi-pundi Komite Nasional Partai Republik (RNC) dan yang terbaru untuk menghidupan kembali "Save America." Save America merupakan komite politik yang didirikan Trump. 

Dokumen itu menunjukkan 75 persen dana publik yang terkumpul mengalir ke Save America. Sedangkan, sisa 25 persennya masuk ke rekening operasional RNC. 

3. Jaksa Agung tidak menemukan adanya bukti telah terjadi penipuan di pemilu 3 November 2020

Trump Bocorkan Rencana Ingin Maju Lagi Jadi Capres di Pilpres 2024Jaksa Agung AS, William Barr (www.sv.usembassy.gov)

Sementara, Jaksa Agung yang dipilih sendiri oleh Trump, William Barr telah menyampaikan tidak ditemukan bukti telah terjadi kecurangan saat pemilu 3 November 2020. Ini merupakan tamparan keras bagi Trump lantaran selama ini ia masih kukuh menolak hasil pemilu awal November lalu. 

"Hingga saat ini, kami belum melihat adanya penipuan dalam skala yang bisa menyebabkan perbedaan hasil akhir pemilu," ungkap Barr yang dikutip stasiun berita BBC

Berdasarkan proyeksi, Presiden terpilih Joe Biden berhasil mengantongi 306 suara elektoral. Sedangkan, Trump hanya memperoleh 232 suara elektoral. 

Dalam penghitungan suara populer, jumlah suara yang diraih Biden lebih banyak 6,2 juta dibandingkan yang dikumpulkan oleh Trump. Alhasil, Trump dan tim hukumnya memilih menempuh jalur hukum di beberapa negara bagian. Namun, hasilnya banyak gugatan tersebut yang ditolak. 

Dalam keterangan tertulisnya Barr dan Kementerian Kehakiman yang ia pimpin tegas menepis tuduhan Trump bahwa telah terjadi penipuan suara lantaran mesin penghitung suara telah diprogram berbeda. Namun, Kementerian Kehakiman kemudian mengklarifikasi bahwa mereka belum rampung dalam proses investigasi. 

"Kami akan terus mengejar dan menelusuri semua tuduhan penipuan pemilu dengan penuh kecermatan," ungkap juru bicara Kementerian Kehakiman. 

Baca Juga: Trump Terancam Bisa Diusir Keluar dari Gedung Putih Tahun Depan

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya