Trump Perintahkan agar Vaksin COVID-19 Dibagikan 2 Hari Jelang Pemilu

Trump mau dongkrak suara jelang pemilu?

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Presiden Donald J Trump tiba-tiba memberikan instruksi agar vaksin COVID-19 mulai dibagikan ke negara bagian di seluruh Amerika Serikat paling lambat 1 November 2020 atau dua hari jelang pemilu. Permintaan itu diketahui media dari surat yang dikirimkan oleh Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC). 

Surat yang sudah dilaporkan oleh tiga media besar AS sekaligus yakni The New York Times, The Wall Street Journal dan Politico, ditulis langsung oleh Direktur CDC, Robert Redfield. Ia meminta agar masing-masing gubernur negara bagian mempermudah untuk penyaluran vaksin COVID-19 sehingga bisa sesuai dengan tenggat waktu yakni pada awal November. 

"CDC meminta bantuan secara cepat untuk memproses pendistribusian fasilitas ini dan bila dibutuhkan Anda bisa mempertimbangkan untuk menghilangkan persyaratan tersebut pada 1 November 2020," demikian isi surat yang ditulis Redfield pada 27 Agustus 2020 lalu dan dikutip dari laman Business Insider pada Minggu, 6 September 2020. 

Presiden Trump dilaporkan tengah mempercepat proses penemuan dan pemberian izin vaksin COVID-19 melalui sebuah operasi khusus yang diberi nama "Operation Warp Speed." Tenggat waktu operasi tersebut yakni Oktober mendatang. 

Mengapa Trump begitu terburu-buru ingin mendistribusikan vaksin COVID-19 pada awal November? Apakah ada kaitannya dengan pilpres yang akan digelar pada 3 November 2020?

1. Menkes AS bantah pendistribusian vaksin COVID-19 di bulan November ada kaitannya dengan pilpres

Trump Perintahkan agar Vaksin COVID-19 Dibagikan 2 Hari Jelang PemiluMenteri Kesehatan Amerika Serikat, Alex Azar (www.br.usembassy.gov)

Sementara, Menteri Kesehatan AS, Alex Azar membantah dugaan yang menyebut Trump sengaja memerintahkan agar vaksin COVID-19 segera didistribusikan di bulan November karena ada kepentingan pemilu. Seperti yang diketahui pilpres akan digelar pada 3 November dan Trump ikut berlaga sebagai calon presiden petahana. 

Azar menegaskan instruksi yang diberikan melalui dokumen tertetulis kepada semua pejabat berwenang itu tak ada kaitannya dengan kepentingan politik. Instruksi itu disampaikan sebagai rencana cadangan semata. 

"Tidak ada satu pun yang terlibat dalam proses ini akan mengesampingkan faktor kesehatan. Kami akan memastikan produk yang nantinya akan disuntikan ke dalam tubuh manusia aman dan manjur," ungkap Azar ketika diwawancarai oleh stasiun berita CBS

Baca Juga: AS Tolak Gabung dengan Aliansi Penemuan Vaksin Global, Kenapa?

2. Ahli penyakit menular AS menilai sulit vaksin COVID-19 mencapai tahap disetujui sebelum pilpres

Trump Perintahkan agar Vaksin COVID-19 Dibagikan 2 Hari Jelang PemiluAhli penyakit menular di AS, Dr. Anthony Fauci (ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis)

Sementara, dalam pandangan ahli penyakit menular di AS dan sekaligus anggota Satgas COVID-19 di Gedung Putih, Dr. Anthony Fauci, sulit memastikan bahwa vaksin penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 itu akan rampung pada November mendatang. Meskipun, ia tak menutup kemungkinan bisa saja hal tersebut terjadi. Namun, peluangnya sangat kecil. Bahkan, menurutnya kecil kemungkinan vaksin COVID-19 diberi persetujuan pada Desember 2020. 

"Saya menganggap, dan sangat yakin sebuah vaksin tidak akan disetujui untuk didistribusikan kepada rakyat AS bila belum dinyatakan aman dan efektif untuk dikonsumsi," ungkap Fauci seperti dikutip laman Chicago Tribune

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Kepala Penasihat Operation Warp Speed, Dr. Moncef Slaoui. Menurutnya, meski dikebut, kecil kemungkinan vaksin COVID-19 siap ddistribusikan kepada rakyat AS sebelum pilpres. 

Di sisi lain, ilmuwan yang juga menjadi penasihat di pemerintahan menilai surat yang ditulis oleh Direktur CDC tidak selalu bermakna mereka mendorong agar vaksin COVID-19 diburu waktu supaya segera rampung. 

"Bersiap untuk kesuksesan di awal merupakan tindakan yang bijak. Namun, itu hanya terjadi bila vaksin tersebut berhasil. Anda pasti akan langsung menindak lanjuti vaksin tersebut seandainya menimbulkan efek yang positif," ungkap ahli kardiologi dari Klinik di Cleveland, Dr. Steven Nissen. 

3. Vaksin COVID-19 harus dipastikan aman dan manjur sebelum didistribusikan ke rakyat AS

Trump Perintahkan agar Vaksin COVID-19 Dibagikan 2 Hari Jelang PemiluIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Dr. Anthony Fauci juga menegaskan ia tak ragu untuk ikut diimunisasi vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan farmasi AS dengan Departemen Kesehatan. Ia yakin instansi pemerintah tidak akan memberikan persetujuan terhadap suatu vaksin bila tidak dinyatakan aman dan efektif membentuk antibodi. 

"Dan saya selalu menggarisbawahi vaksin itu harus memiliki keduanya aman dan efektif. Bila dua faktor itu sudah terpenuhi, maka saya tidak akan ragu untuk ikut imunisasi dan bahkan, saya akan merekomendasikannya ke keluarga saya," ungkap Fauci dan dikutip stasiun berita CNBC

Janji yang sama juga diungkap oleh lima petinggi perusahaan farmasi di Negeri Paman Sam. Mereka mengatakan tidak akan mengedarkan vaksin bila belum memperoleh lampu hijau dari pemerintah. 

Sejauh ini Pemerintah AS telah menggelontorkan dana senilai US$1,95 miliar atau setara Rp2,86 triliun untuk memborong 100 juta vaksin COVID-19 buatan Pfizer Inc dan bioteknologi Jerman, BioNTech SE. Vaksin itu nantinya dibanderol dengan harga US$39 atau Rp571 ribu per sekali suntikan vaksin COVID-19. 

Baca Juga: Tolak Bayar Iuran ke WHO, Trump Alihkan Rp918 Miliar untuk yang Lain

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya