Trump Tarik Rencana Soal Imigrasi, Pelajar Asing Tak Jadi Diusir 

Kebijakan ditarik ulang karena imigrasi digugat dua kampus

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump akhirnya meninjau ulang keputusannya yang ingin memulangkan pelajar asing yang belajar dengan metode daring pada semester musim gugur. Trump melalui Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) meminta agar pelajar dan mahasiswa menuntut ilmu di Negeri Paman Sam tidak sepenuhnya menggunakan metode daring. Sebab, ada ketentuan yang melarang hal tersebut. 

Sementara, pada musim panas lalu, kampus dan sekolah sepakat memberlakukan kebijakan belajar-mengajar secara daring demi mencegah pandemik COVID-19. Para siswa dan mahasiswa pun menjadi resah karena mereka tidak mungkin pindah sekolah atau kembali ke negara asal. 

Hingga akhirnya dua kampus elit yakni Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts menggugat kebijakan itu ke pengadilan. Hal itu lantaran Harvard masih berencana untuk menggelar kegiatan belajar-mengajar secara daring pada semester mendatang. Lalu, gugatan juga disampaikan oleh koalisi negara bagian yang terdiri dari perusahaan besar dan kampus-kampus. 

Keputusan pembatalan kebijakan itu disampaikan dalam sidang hearing yang digelar pada Selasa, 14 Juli 2020. Harian Singapura, The Straits Times pada Selasa kemarin melaporkan di dalam sidang itu pula dua kampus tersebut dan Pemerintah AS memilih untuk berdamai dan sepakat rencana itu tidak jadi diberlakukan. 

Sidang hearing berlangsung kurang dari empat menit. Lalu, apakah keputusan itu akan berlangsung permanen atau hanya sementara?

1. Keputusan untuk membatasi program kelas daring ditunda sementara waktu

Trump Tarik Rencana Soal Imigrasi, Pelajar Asing Tak Jadi Diusir Mahasiswa Harvard University. instagram.com/harvard

Kontroversi soal pelajar asing terancam bisa diusir bermula ketika ICE mengeluarkan kebijakan pada 6 Juli 2020 lalu tidak akan memperpanjang visa F-1 dan M-1 bila mereka memilih untuk mengikuti kegiatan akademik secara daring. Bila mereka tetap mengambil kelas daring, maka izin tinggal tidak lagi diperpanjang dan harus meninggalkan Negeri Paman Sam. ICE kemudian memberikan alternatif untuk mencari sekolah atau kampus lain yang memiliki program campuran (daring dan tatap muka) dan tatap muka penuh. 

Hal itu membuat jutaan pelajar asing termasuk, pelajar dari Indonesia merasa khawatir. Sementara, menurut seorang pejabat di Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) kemungkinan besar keputusan itu ditunda dan bukan dibatalkan. Artinya, ICE kembali memberi perpanjangan waktu bagi pelajar asing untuk tinggal meskipun mereka mengambil kelas daring dengan pertimbangan pandemik COVID-19. 

"Detail dari aturan ini masih dalam proses pembahasan," ungkap pejabat yang tak mau disebut namanya itu. 

Selain itu, ada pula wacana DHS akan memperlakukan pelajar asing yang sudah berada di AS sebelumnya dengan mereka yang baru masuk untuk kali pertama. 

Baca Juga: Pelajar Asing Terancam Dideportasi dari AS Bila Ikut Kuliah Daring

2. Jaksa agung Distrik California menilai keputusan Trump agar kampus kembali dibuka membahayakan kesehatan

Trump Tarik Rencana Soal Imigrasi, Pelajar Asing Tak Jadi Diusir Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat tiba di South Lawn Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 4 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria

Sementara, menurut Jaksa Agung California, Xavier Becerra yang memimpin jalannya gugatan terpisah dari aturan penggunaan visa, mengatakan kebijakan Trump yang semena-mena itu membahayakan kesehatan para mahasiswa dan masyarakat. 

"Di tengah krisis ekonomi dan kesehatan, kita tidak perlu pemerintah federal memperingatkan warga atau menghabiskan waktu semua orang melalui keputusan dan kebijakan yang berbahaya," tutur Xavier dan dikutip The Straits Times

3. Kebijakan baru imigrasi bisa mengancam 1 juta pelajar asing untuk dideportasi

Trump Tarik Rencana Soal Imigrasi, Pelajar Asing Tak Jadi Diusir (Data pelajar asing di Amerika Serikat) IDN Times/Sukma Shakti

Karena kebijakan baru imigrasi itu bisa berdampak terhadap 1 juta pelajar asing yang kini tengah menuntut ilmu di Amerika Serikat. Angka itu bertambah dua kali lipat lebih banyak bila mengacu ke data Institut Pendidikan Internasional AS. 

Di dalam gugatannya, Universitas Harvard dan MIT meminta agar kebijakan imigrasi itu dicabut. Menurut Rektor Universitas Harvard, Lawrence Bacow, dengan adanya kebijakan yang memaksa mahasiswa untuk masuk kelas di tengah pandemik menyebabkan sistem pendidikan di AS menjadi kacau. 

Salah satu mahasiswa yang khawatir akan terkena dampak adalah mahasiswa dari India, yang mengambil program pasca sarjana di Universitas Texas. 

"Sesungguhnya saya sedikit takut," kata mahasiswa yang tidak mau disebut namanya itu dan dikutip laman Channel News Asia

Ia mengaku tidak memiliki siapa pun di AS bila tiba-tiba ia terpapar COVID-19. Apalagi biaya pengobatan di AS bila terinfeksi virus Sars-CoV-2 jauh lebih mahal dibanding bila berobat di India. 

"Saya sudah berbincang dengan banyak orang yang benar-benar takut. (Mereka) sendirian di banyak negara berbeda," tutur mahasiswa berusia 25 tahun itu. 

Topik:

Berita Terkini Lainnya