Universitas Oxford Kembali Lanjutkan Uji Klinis Vaksin COVID-19

Satu relawan sakit usai disuntik vaksin COVID-19

Jakarta, IDN Times - Setelah sempat dihentikan sementara, Universitas Oxford dan perusahaan farmasi Astra Zeneca akan melanjutkan uji klinis tahap ketiga vaksin COVID-19. Sebelumnya, uji klinis itu sempat dihentikan selama enam hari, lantaran seorang relawan mengalami sakit usai disuntikan vaksin hasil uji mereka. 

Stasiun berita BBC, Minggu (13/9/2020), melaporkan Astra Zeneca dan Universitas Oxford tidak bersedia mengungkap apa penyakit yang dialami relawan tersebut, dengan alasan rahasia. Namun, harian The New York Times melaporkan, relawan yang diimunisasi di Inggris itu didiagnosa "transverese myelitis", sindrom peradangan yang dapat memengaruhi sumsum tulang belakang, yang kemungkinan bisa terjadi karena infeksi virus. 

Meski demikian, pada Sabtu kemarin, 12 September 2020, Universitas Oxford memutuskan kembali melanjutkan uji klinis tahap ketiga. Menurut Oxford dan Astra Zeneca, tahap uji klinis masih aman dilakukan. Informasi itu disambut baik oleh Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock. 

"Penghentian sementara yang dilakukan kemarin menunjukkan bahwa faktor keselamatan akan selalu diutamakan. Kami akan mendukung para ilmuwan untuk bisa menemukan vaksin yang efektif secepat mungkin," ungkap Hancock dan dikutip dari stasiun berita BBC

Sementara, pihak Oxford menyatakan dalam uji klinis yang melibatkan relawan dalam jumlah besar, respons seperti relawan jatuh sakit adalah reaksi yang bisa diprediksi. Apa ini berarti vaksin yang dikembangkan Oxford dan Astra Zeneca tetap aman bila diberi izin edar?

1. Uji klinis tahap ketiga vaksin Oxford-Astra Zeneca melibatkan 30 ribu relawan di tiga negara

Universitas Oxford Kembali Lanjutkan Uji Klinis Vaksin COVID-19Ilustrasi imunisasi vaksin COVID-19. IDN Times/Arief Rahmat

Stasiun berita BBC melaporkan uji klinis tahap ketiga Oxford dan Astra Zeneca melibatkan 30 ribu relawan dari tiga negara, yakni Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan. Stasiun berita Al Jazeera Juli 2020, melaporkan vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford dan Astra Zeneca menggunakan virus AZD1222, virus yang umumnya ditemukan pada hewan simpanse lalu ditambahkan spike glikoprotein, bahan genetik dari virus corona. 

Oxford dan Astra Zeneca memodifikasi virus corona agar sel-sel di dalam tubuh menerima instruksi, untuk membentuk daya tahan terhadap virus Sars-Cov-2. Sebelum melalui uji klinis tahap ketiga, vaksin itu sukses diujikan pada tahap pertama dan kedua. 

Tahap pertama dan kedua digelar pada April dan Mei serta melibatkan 1.077 relawan sehat, baik perempuan maupun laki-laki. Masing-masing relawan diberikan vaksin secara acak sebanyak satu dosis. Suntikan selanjutnya diberikan satu bulan sesudahnya. Pada uji klinis pertama, antibodi berhasil muncul di 91 persen relawan satu bulan usai mereka disuntikan vaksin sebanyak satu dosis. 

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford dan Astra Zeneca berhasil memicu tubuh untuk memproduksi sel T (limofisit T). Sel itu adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran utama pada kekebalan seluler. 

Baca Juga: Uji Klinis Vaksin COVID-19 Buatan Oxford Disetop Sementara, Kenapa?

2. Para ilmuwan memperingatkan Inggris di titik kritis yang tak bisa mengendalikan virus corona

Universitas Oxford Kembali Lanjutkan Uji Klinis Vaksin COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, ilmuwan yang tergabung dalam kelompok penasihat di jajaran Pemerintah Inggris, Mark Walport mewanti-wanti negeri Ratu Elizabeth itu di titik kritis tak bisa lagi membendung pandemik. Ketika berbicara kepada radio BBC, Walport mengatakan, situasi itu sudah bisa dilihat dari apa yang dialami negara tetangga Inggris, Prancis dan Spanyol. Di kedua negara itu, angka penularan virus corona kembali naik setelah sebelumnya sempat terkendali. 

Transmisi kasus COVID-19 di Inggris sendiri kembali melonjak. Pemerintah Inggris pada Sabtu, 12 September 2020 merilis angka harian kasus virus corona mencapai 3.497. Ini merupakan hari kedua berturut-turut kasus COVID-19 di sana menembus angka 3.000 kasus. Sehingga, dengan adanya penambahan itu menambah total 365.174 kasus dan angka kematian 41.623 kasus. 

3. Pemerintah Inggris kembali memperketat aturan dan melarang perkumpulan lebih dari enam orang

Universitas Oxford Kembali Lanjutkan Uji Klinis Vaksin COVID-19Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. instagram.com/borisjohnsonuk

Sama seperti Pemprov DKI Jakarta, Inggris pun kembali memperketat aturan pembatasan interaksi antar manusia. Mulai Senin, 14 September 2020, warga Inggris dilarang berkumpul dengan jumlah lebih dari enam orang. Bila membandel, warga akan dikenai denda 100 Poundsterling atau setara Rp1,9 juta. 

Jika sebelumnya warga sudah pernah melanggar aturan serupa, maka nilai dendanya meningkat berlipat-lipat. Otoritas setempat maksimum boleh mengenakan denda hingga mencapai 3.200 Poundsterling atau setara Rp61,4 juta. 

Pemerintah Inggris menyebut larangan itu berlaku bagi perkumpulan sosial di dalam atau luar ruangan. Tetapi, aturan tersebut tidak akan berlaku bagi sekolah, tempat kerja, prosesi pemakaman, tim yang tengah berolah raga dan resepsi pernikahan yang mematuhi protokol COVID-19. Namun, implementasinya di lapangan menyebut polisi tidak bisa membubarkan pertemuan sosial, kecuali jumlah orang yang mengikuti lebih dari 30 individu. 

Baca Juga: 5 Fakta Masjid Central London, Bangunan Klasik Terkenal di Inggris

Topik:

  • Rochmanudin
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya