[UPDATE] Kasus COVID-19 di India Kini Terbanyak Kedua di Dunia

Jumlah kasus COVID-19 di India melampaui Brasil 

Jakarta, IDN Times - Penyebaran virus corona di India semakin hari semakin memburuk. Stasiun berita Al Jazeera pada Senin (7/9/2020) melaporkan India per hari ini mencatat 90.802 kasus baru. Dengan temuan itu, maka kini ada 4,2 juta warga India yang terpapar virus ini.

Sedangkan di Brasil ada 4,1 juta warga yang terpapar COVID-19. Dengan demikian maka India berada di bawah Amerika Serikat di posisi kedua negara yang paling parah dihantam pandemik COVID-19. Di peringkat teratas masih diduduki Negeri Paman Sam. 

Pada hari ini Kementerian Kesehatan India mencatat 1.016 orang meninggal akibat COVID-19. Sehingga, total pasien COVID-19 yang meninggal di sana mencapai 71.642 orang. 

Meski kondisi pandemik COVID-19 di India memburuk, namun pemerintah tetap melonggarkan pembatasan pergerakan manusia. Salah satunya sistem kereta bawah tanah di ibu kota Delhi tetap beroperasi mulai hari ini setelah selama lima bulan sempat terhenti. 

"Padahal, India mencatatkan kasus harian lebih banyak dibandingkan negara lain di dunia, tetapi pelonggaran pembatasan tetap dilakukan," ungkap jurnalis Al Jazeera, Elizabeth Puranam. 

Ia juga menyebut angka kasus COVID-19 di lapangan sesungguhnya jauh lebih besar dibandingkan yang dilaporkan oleh pemerintah. Mengapa Pemerintah India tetap memutuskan untuk melonggarkan aturan pembatasan pergerakan manusia meski angka kasus COVID-19 terus naik?

1. 12 rute kereta bawah tanah di India tetap beroperasi meski kasus COVID-19 masih tinggi

[UPDATE] Kasus COVID-19 di India Kini Terbanyak Kedua di DuniaIlustrasi kereta bawah tanah di India (www.aap.com.au)

Meski kasus COVID-19 di India terus naik, tetapi kereta bawah tanah di Delhi kembali beroperasi pada hari ini. Ada sekitar 12 rute yang sudah mulai beroperasi setelah selama tujuh bulan absen beroperasi. Semula, Pemerintah India menghentikan operasional kereta bawah tanah untuk mencegah meluasnya pandemik COVID-19. Sebab, berdasarkan data yang dikutip dari stasiun berita BBC, per harinya kereta bawah tanah bisa mengangkut 2,7 juta penumpang. 

Pemerintah India akhirnya tetap membolehkan operasional kereta bawah tanah demi kembali menggerakan perekonomian. Namun, pemerintah mengatakan warga bisa tetap terlindung asal mengikuti protokol kesehatan yang ada seperti mengenakan masker sepanjang berada di dalam stasiun, menjaga jarak dan mengecek suhu. 

Selain itu, pemerintah tidak langsung membuka semua rute kereta bawah tanah. Mereka membukanya secara bertahap. 

Rute yang dibuka yakni jalur kuning dan menghubungkan 37 stasiun di sepanjang Delhi utara menuju ke Kota Gurgaon. Jalur kuning merupakan jalur yang paling tua dan sekaligus tersibuk. Per harinya kereta bawah tanah Delhi bisa mengangkut 1,45 juta penumpang. 

Tetapi, pemerintah rupanya mengatur jam operasionalnya agar tidak ada penumpukan penumpang. Pada pagi hari, kereta bawah tanah beroperasi dimulai pukul 07:00 waktu setempat dan berlangsung selama empat jam. Lalu, di malam hari, jalur kereta itu juga beroperasi selama empat jam hingga pukul 20:00 waktu setempat. Layanan operasi bisa saja diperpanjang pada hari Jumat. 

Jarak antar penumpang di dalam gerbong kereta juga akan diperhatikan, supaya tak terlalu dekat. Pejabat berwenang mengatakan sebanyak 800 petugas dikerahkan untuk memastikan protokol kesehatan dipatuhi oleh para penumpang. 

Baca Juga: 10 Negara dengan Kasus Kematian Corona Harian Tertinggi, Ada Indonesia

2. India terancam mengalami resesi ekonomi pertama sejak tahun 1979

[UPDATE] Kasus COVID-19 di India Kini Terbanyak Kedua di DuniaIlustrasi resesi (IDN Times/Arief Rahmat)

Akibat pandemik COVID-19 ini India diprediksi memasuki resesi ekonomi pertama sejak tahun 1979. Perekonomian India pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi minus 23,9 persen dibandingkan tahun 2019. 

Kontraksi ekonomi yang dialami India menjadi yang terparah di antara negara-negara lain pada periode yang sama. Dikutip dari stasiun berita CNN, pada kuartal I tahun 2020, India memang tak mengalami resesi. Perekonomian India tumbuh 3,1 persen. Namun, untuk kuartal kedua, pertumbuhan India akan mengalami negatif lebih dalam. 

Hal itu terjadi tak lain akibat Pemerintah India sempat mengalami lockdown sementara beberapa waktu lalu. Kebijakan itu menghancurkan konsumsi rumah tangga, nilai investasi dan kinerja permintaan. 

Konsumsi rumah tangga di India menyusut hampir 27 persen, sedangkan investasi tahunan turun 47 persen. Konsumsi pemerintah memang meningkat 16 persen tapi tak sanggup mengimbangi penurunan tajam di sektor lainnya. 

3. Sebanyak 196 dokter di India tercatat meninggal akibat COVID-19

[UPDATE] Kasus COVID-19 di India Kini Terbanyak Kedua di DuniaIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara, dalam menghadapi pertempuran menghadapi COVID-19, India per 8 Agustus 2020 lalu sudah kehilangan 196 dokter. Data yang dikutip dari Asosiasi Tenaga Medis India (IMA), sebagian besar dari dokter yang wafat adalah dokter umum. Oleh sebab itu, IMA meminta agar hal ini menjadi perhatian dari Perdana Menteri Narendra Modi. 

"Data dari IMA, sebanyak 170 dokter dari 196 orang berusia di atas 50 tahun. 40 persen di antaranya merupakan dokter umum," ungkap IMA dan dikutip India Times

Organisasi yang menaungi tenaga medis itu pun mengaku cemas terhadap keselamatan para koleganya dalam menghadapi pandemik. Apalagi angka dokter yang terpapar COVID-19 lalu meninggal diprediksi akan terus naik. 

Penyebab dokter umum yang paling banyak terpapar, kata IMA, karena banyak pasien yang mengalami gejala COVID-19 diawali dari demam. Sehingga, ditangani lebih dulu oleh dokter umum. Sebagai bentuk rasa kekhawatiran, IMA sampai melayangkan surat ke PM Modi. 

Mereka meminta agar Pemerintah India menjamin perlindungan yang cukup bagi para dokter dan keluarganya. Sebab, mereka masuk ke dalam kelompok rentan. Selain itu, IMA meminta agar pemerintah memberikan jaminan asuransi bagi semua dokter. 

"Laporan yang membuat kami kecewa yakni dokter dan keluarganya bila terpapar tidak mendapat tempat tidur perawatan di rumah sakit. Dalam banyak kasus, mereka juga tidak diberi obat. Oleh sebab itu, IMA meminta perhatian yang memadai dari pemerintah," ungkap mereka. 

Baca Juga: Tak Cermat Lakukan Lockdown, India Alami Kekacauan di Dalam Negeri

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya