Usai Gelar Pemilu, Kasus COVID-19 Melonjak di Sabah Malaysia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Malaysia menghadapi lonjakan kasus COVID-19 tertinggi sejak 11 September 2020. Hal itu terjadi beberapa hari usai digelarnya pemilihan umum di negara bagian Sabah.
Harian Singapura, The Straits Times, Selasa (29/9/2020) melaporkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Malaysia ada 150 kasus COVID-19 baru yang ditemukan pada Minggu, 27 September lalu.
Sementara Malay Mail melaporkan, pemilu negara bagian itu diikuti oleh 447 kandidat yang memperebutkan 73 kursi.
Namun, pemilu itu pada akhirnya tidak bisa diikuti oleh politikus yang dinyatakan positif COVID-19. Banyaknya kandidat yang absen karena Sabah kini menjadi episentrum pandemik virus corona di Malaysia. Lantas, Bagaimana Pemerintah Malaysia menekan laju COVID-19?
1. Kasus COVID-19 di Malaysia tembus 11.034
Berdasarkan data yang dikutip dari laman The Edge Markets pada Senin, 28 September 2020, total kasus COVID-19 mencapai 11.034 di Negeri Jiran. Kasus aktif COVID-19 per Senin kemarin naik hingga 1.011.
Ini merupakan kali pertama ditemukan lebih dari 1.000 kasus corona terhitung sejak pertengahan Juni lalu. Sementara, angka kematian di Negeri Jiran akibat COVID-19 masih tetap 134 orang.
Data dari Kementerian Luar Negeri menunjukkan, ada dua WNI yang wafat akibat COVID-19 di Malaysia. Negeri Jiran terus melakukan tes kepada warganya. Berdasarkan data dari situs World O Meter, Malaysia memiliki kapasitas tes 44.714 per 1 juta penduduk.
Baca Juga: Kasus COVID-19 Terus Naik, Malaysia Larang WNI Masuk Negaranya
2. Pemilu di negara bagian Sabah dimenangkan partai koalisi PM Muhyiddin Yassin
Editor’s picks
Dalam pemilu di Sabah, koalisi Gabungan Rakyat Sabah (GRS) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin, berhasil menggulingkan pemerintah koalisi Warisan Sabah yang dipimpin oleh menteri utama Shafie Apdal. Partai Koalisi GRS berhasil memenangkan suara sebanyak 38 kursi dari 73 kursi yang diperebutkan.
Dari 73 kursi yang diperebutkan, partai koalisi GRS memenangkan suara sebanyak 38, hingga dapat memberikan aliansi mayoritas sederhana yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan negara bagian yang baru. Sedangkan, koalisi Warisan Sabah meraih 32 kursi dan calon independen memenangkan tiga kursi tersisa.
Dengan adanya kemenangan ini, maka Muhyiddin bisa dikatakan tetap bertahan sebagai Perdana Menteri karena koalisi pemerintahannya dinilai solid. Klaim Anwar Ibrahim bahwa ia sudah menguasai mayoritas suara di parlemen pun terbantahkan.
3. Warga dari 23 negara dilarang masuk Malaysia karena angka kasus COVID-19 di atas 150 ribu
Sementara, cara lain untuk mencegah masuknya kasus impor, Malaysia menutup pintu bagi warga dari 23 negara, termasuk Indonesia. Aturan itu mulai diberlakukan oleh Pemerintah Negeri Jiran sejak 7 September 2020. Malaysia menutup pintunya bagi 23 negara karena memiliki angka kasus COVID-19 lebih dari 150 ribu.
Menteri Pertahanan Ismail Sabri Yakoob mengatakan, kebijakan akan dievaluasi setiap minggu. Berikut daftar 23 negara yang warganya dilarang sementara waktu masuk ke Malaysia:
- Amerika Serikat
- Brasil
- India
- Rusia
- Peru
- Kolumbia
- Afrika Utara
- Meksiko
- Spanyol
- Argentina
- Chile
- Iran
- Bangladesh
- Inggris
- Arab Saudi
- Pakistan
- Prancis
- Turki
- Italia
- Jerman
- Irak
- Filipina
- Indonesia
"Kriteria penilaian risiko impor terjangkit COVID-19 berdasarkan scoring board: sistem merit Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) yang menggunakan data dari Europe CDC dan Our World in Data," ungkap Ismail seperti dikutip laman The Star Malaysia.
Selain itu, ada pula enam kriteria yang diterapkan oleh Pemerintah Malaysia dalam menetapkan larangan sementara bagi warga dari negara tertentu, antara lain jumlah kasus COVID-19 dalam kurun waktu 14 hari sebelumnya, insiden per satu juta penduduk dalam tempo 14 hari ke belakang, kadar kematian 14 hari ke belakang per satu juta penduduk, kadar kematian kasus kumulatif, indeks pemulihan, dan kasus COVID-19 yang mencapai 150 ribu.
Baca Juga: Akses Masuk WNI ke Malaysia Mulai Dilonggarkan, Benarkah?