Selepas Lockdown, Seorang Dokter di Wuhan Wafat Akibat COVID-19

Kulit dr. Hu Weifeng menghitam karena kena virus corona

Jakarta, IDN Times - Publik Tiongkok kembali diliputi kemarahan ketika mengetahui ada lagi satu tenaga medis yang meninggal karena COVID-19. Ia adalah Hu Weifeng, seorang ahli urologi di RS Pusat Wuhan. 

Harian Singapura, The Straits Times (2/6) melaporkan Hu meninggal pada (29/5) lalu. Hu menjadi korban pertama yang diketahui publik usai Wuhan mencabut status karantina wilayah. 

Ia meninggal usai dirawat di rumah sakit selama lebih dari empat bulan. Hu menjadi dokter keenam di fasilitas medis di Kota Wuhan itu yang meninggal karena COVID-19. Ia sempat menjadi sorotan karena foto yang menggambarkan kulitnya menghitam viral pada April lalu. Menurut pemeriksaan medis, kulit Hu berubah menjadi hitam karena organ hatinya mengalami fungsi abnormal. 

Lalu, bagaimana kisahnya ia bisa tertular virus corona? Mengapa publik di Tiongkok geram usai Hu diketahui meninggal?

1. dr. Hu Weifeng terpapar virus corona pada awal Januari dan kondisinya sempat membaik

Selepas Lockdown, Seorang Dokter di Wuhan Wafat Akibat COVID-19Dokter Hu Weifeng meninggal di RS Pusat Wuhan karena COVID-19 (Tangkap Layar BTV)

Stasiun berita BBC (2/6) melaporkan ia terpapar COVID-19 pada awal Januari lalu, ketika virus corona muncul di Kota Wuhan. Ia termasuk petugas medis yang ikut merawat pasien COVID-19. 

Selama dua bulan, perawatannya sempat dipindahkan dari RS Pusat Wuhan ke rumah sakit lainnya. Kondisinya mengalami kemajuan pada pertengahan Maret lalu, tetapi kembali memburuk pada akhir April dan Mei gara-gara adanya pendarahan di bagian otak. 

Selain dr. Hu, rupanya ada kolega lainnya yang bernama dr. Yi Fan yang juga terpapar COVID-19. Yi juga bekerja di RS Pusat Wuhan dan kulitnya ikut menghitam ketika dalam proses pemulihan. Keduanya kemudian dikenal oleh publik Tiongkok di dunia maya sebagai "dua dokter Wuhan berwajah hitam." Perjuangan keduanya menuai pujian luas dari publik di Tiongkok lantaran kondisi mereka sempat kritis. 

Banyak pengguna media sosial yang berkomentar kulit mereka yang berubah menjadi hitam adalah bekas luka fisik seumur hidup. Itu merupakan risiko berat menjadi garda terdepan dalam melawan COVID-19. 

dr. Yi berhasil pulih dari penyakit COVID-19. Tetapi, dr. Hu tidak keluar dari sana selamanya. 

Baca Juga: Dokter Tiongkok yang Pertama Kali Peringatkan Bahaya Corona, Tewas

2. dr. Hu Weifang bekerja di rumah sakit yang sama dengan whistle blower dr. Li Wenliang

Selepas Lockdown, Seorang Dokter di Wuhan Wafat Akibat COVID-19Li Wenliang (Weibo)

Belakangan diketahui, dr. Hu juga bekerja di rumah sakit yang sama dengan tenaga medis yang kali pertama mengabarkan kemunculan virus corona di Wuhan pada Desember lalu, dr. Li Wenliang. Tapi, tidak diketahui apakah dr. Hu saling kenal dengan dr. Li karena keduanya bekerja di departemen berbeda. 

Stasiun berita BBC melaporkan di RS Pusat Wuhan mempekerjakan sekitar 4.200 staf medis. Belum diketahui dengan jelas bagaimana dr. Hu dan dr. Li bisa tertular virus corona. Tetapi, keduanya terpapar virus yang diberi nama Sars-CoV-2 itu pada pertengahan Januari. 

Penyebab meninggalnya dr. Hu pun hingga saat ini belum diketahui oleh publik. Harian Global Times hanya menyebut dr. Hu menjadi tidak stabil secara emosi dan kondisnya parah. 

3. Publik Tiongkok meragukan transparansi data pasien COVID-19

Selepas Lockdown, Seorang Dokter di Wuhan Wafat Akibat COVID-19(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Kematian dr. Hu membuat publik Tiongkok geram. Mereka kemudian melampiaskan kekesalannya di media sosial. Puluhan ribu pengguna media sosial di Sina Weibo menggunakan tagar #WuhanCentralHospitalDoctorHuWeifengPassedAway. Ada pula yang menggunakan emoji lilin sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal. 

Pengguna media sosial lainnya juga mempertanyakan mengapa dr. Hu bisa meninggal dan menyerukan agar petinggi RS Pusat Wuhan segera dipecat. 

"Kapan pimpinan RS Pusat Wuhan akan dimintai pertanggung jawabannya? Ini sudah petugas medis kelima yang meninggal di RS Pusat Wuhan karena virus corona," kata seorang pengguna Sina Weibo lainnya. 

Pengguna media sosial lainnya juga mempertanyakan transparansi data yang kerap disampaikan oleh Pemerintah Tiongkok. Mereka justru heran karena sebelumnya pemerintah menyampaikan ke publik sudah tak ada lagi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Oleh sebab itu, status karantina wilayah di Wuhan bisa dicabut. 

Publik pun menduga masih banyak pasien lainnya yang dirawat karena penyakit lain yang dipicu virus corona, tetapi mereka dinyatakan negatif COVID-19. 

4. Tiongkok tidak pernah terbuka soal jumlah tenaga medis yang terpapar COVID-19

Selepas Lockdown, Seorang Dokter di Wuhan Wafat Akibat COVID-19Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Sejak awal Tiongkok tidak pernah terbuka mengungkap secara keseluruhan jumlah petugas medis yang meninggal karena COVID-19. Tetapi, otoritas di bidang kesehatan Tiongkok telah memberikan penghargaan anumerta bagi 34 petugas medis. 

Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok memang pernah menyampaikan pada Februari lalu ada 3.387 petugas medis yang terpapar COVID-19. Namun, mereka tak menyampaikan jumlah tenaga medis yang meninggal. 

https://www.youtube.com/embed/peYO9b8N3dA

Baca Juga: Sudah Cabut Lockdown, Wuhan Laporkan Ada Kasus Baru COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya