[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya Antiklimaks

Biasanya penuh, tahun ini haji hanya diikuti 1.000 jemaah

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel menyebut ibadah haji yang digelar tahun 2020 benar-benar terasa berbeda. Ia menyebutnya antiklimaks lantaran jumlah calon jemaah haji yang sangat dibatasi yakni sekitar 1.000 orang dan dengan sederet protokol kesehatan ketat. Ini merupakan kali kelima ia mengawal penyelenggaraan ibadah haji sejak bertugas di Saudi sejak tahun 2016 lalu. 

Pemerintah Saudi menilai ini merupakan jalan tengah terbaik untuk mengakomodir keinginan umat Islam yang tetap ingin menunaikan ibadah haji saat pandemik. Mereka memilih untuk membuka kesempatan menunaikan rukun Islam kelima itu hanya bagi warga lokal dan ekspatriat yang sudah berada di Negara Petro Dollar tersebut. Otomatis ratusan ribu calon jemaah haji di Tanah Air harus menunda mimpinya menjejakan kaki di tanah suci. 

Lantaran dibayangi kenaikan penyebaran virus corona, Saudi menetapkan berbagai kriteria yang ketat. Mereka tak ingin penyelenggaraan ibadah haji 2020 menjadi klaster penyebaran baru. 

Menurut Agus, Pemerintah Saudi memberikan 30 persen dari kuota haji diberikan kepada petugas keamanan dan kesehatan yang berada di garda terdepan perang melawan pandemik. Maka tak heran muncul banyak keluhan soal pemberian kuota haji di media sosial. Bahkan, yang mengeluh adalah warga lokal Saudi sendiri. 

"Kok ini sudah 70 persen diberikan ke orang asing, kami yang jenuin 30 persen tetap tidak bisa masuk? Padahal, saya juga ingin menghajikan ibu dan anggota keluarga yang lain," ungkap Dubes Agus ketika berbicara di program 'Ambassador's Talk' by IDN Times dengan topik "Berhaji di Tengah Pandemik" yang tayang di YouTube pada 15 Juli 2020 lalu. 

Tetapi Pemerintah Saudi tetap bergeming. Mereka tetap memberlakukan sederet aturan ketat dan kuota yang terbatas. Dubes yang juga merupakan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengatakan apa yang jadi kebijakan Saudi saat ini merupakan instruksi dari Raja Salman sehingga tak bisa dibantah. 

Saudi, kata Dubes Agus, mengerahkan personel militer selama ibadah haji untuk memastikan protokol kesehatan dipatuhi. 

"Bila tetap ada yang bandel, maka akan dikenakan denda yakni SR10 ribu atau setara Rp40 juta. Itu untuk pelanggaran pertama. Bila melanggar lagi maka itu tambah lagi, bisa berlipat-lipat," kata dia. 

Berdasarkan data dari KJRI Jeddah pada Jumat (31/7/2020), dari 1.000 orang yang menunaikan ibadah haji terbatas, ada 14 WNI yang berhasil lolos. Pemberitahuan bahwa mereka lolos untuk menunaikan ibadah haji disampaikan oleh otoritas Saudi melalui pesan pendek. 

Apakah masih ada peluang bahwa Saudi akan membuka ibadah umrah setelah haji? Apa pengaruhnya penyelenggaraan ibadah haji yang sangat terbatas bagi perekonomian Saudi? Simak wawancara khusus IDN Times dengan Dubes Agus:

Apa pengalaman haji yang paling berkesan bagi Anda selama menjadi Duta Besar Indonesia di Kerajaan Arab Saudi?

[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya AntiklimaksDuta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh menyambut kedatangan jemaah haji RI tahun 2019 (Tangkapan layar Facebook Agus Maftuh)

Semuanya berkesan, termasuk pengalaman haji tahun 2019 itu yang paling berkesan, karena ada pangeran ring 1 yang menjemput jemaah haji Indonesia yaitu Faisal bin Salman, putera Raja Salman yang juga Gubernur Madinah. Kami kebetulan memiliki hubungan dekat dengan putera Raja Salman. Jemaah haji asal Indonesia tahun lalu dijemput karena dianggap paling ideal, jadi percontohan. Bagi otoritas di Saudi, jemaah haji asal Indonesia paling rapi, sopan, tidak ngeyel dan mengikuti aturan-aturan. 

Tahun 2019 menjadi tahun di mana adalah kuota terbesar jemaah haji Indonesia yaitu 231 ribu plus haji dengan visa furoda sebanyak 7.000 orang. Jadi, haji tahun kemarin itu kalau kami jumlah termasuk WNI di Saudi kira-kira 245 ribu dan itu angka terbesar di dalam sejarah ibadah haji. Tapi, tahun 2020, ibadah hajinya antiklimaks karena jumlahnya cuma 10 ribu. 

Baca Juga: Ibadah Haji Terbatas di Saudi Dimulai dengan Protokol Kesehatan Ketat

Apakah sudah diketahui berapa banyak jumlah WNI di Saudi yang lolos dan mendapat kuota berhaji tahun 2020?

Belum ada pengumuman resmi dari Kementerian Haji. Kami juga belum mendapatkan informasi mengenai berapa WNI yang lolos. Ketika kemarin pendaftaran ditutup, banyak dari warga yang protes di media sosial. Mereka yang protes itu bukan ekspatriat tapi orang-orang Saudi. Mereka mengaku sudah menunggu lima tahun untuk berhaji tapi malah tiba-tiba gak bisa berhaji. Perlu saya informasikan, haji di Saudi untuk anak muda, mereka yang berusia 20 tahun-25 tahun belum berhaji. 

Walaupun lokasinya lebih dekat tidak lantas otomatis warga Saudi lebih mudah memperoleh kesempatan naik haji. Orang yang tinggal di Mekkah saja tidak otomatis bisa naik haji, karena untuk berhaji kan dibutuhkan izin khusus yang diberi nama "tasreh", bahkan sampai dipajang di baliho besar. 

Pemerintah Saudi sudah menerapkan sederet protokol kesehatan selama ibadah haji, tapi siapa yang nantinya mengawasi bahwa protokol itu benar-benar diterapkan?

Saudi sudah menyiapkan pasukan-pasukannya, petugasnya di beberapa check point, termasuk Padang Arafah, Mina, Mekkah dan Muzdalifah. Hal lain yang perlu diketahui Saudi memberikan 30 persen kuota beribadah haji bagi petugas keamanan dan kesehatan. Mereka ini harus yang terlibat langsung dalam global war on pandemik corona. Warga di luar petugas keamanan dan kesehatan tak bisa mengambil kuota ini. 

Banyak keluhan yang disampaikan di media sosial berisikan kemarahan dan rasa cemburu. "Kok ini sudah 70 persen diberikan ke orang asing, kami yang jenuin 30 persen tetap tidak bisa masuk? Padahal, saya juga ingin menghajikan ibu dan anggota keluarga yang lain." Sementara, persyaratan lainnya bagi calon jemaah haji adalah wajib karantina pra dan paska (menunaikan ibadah haji). Pemerintah Saudi juga menegaskan mereka yang tidak terdaftar, tidak bisa masuk ke tempat-tempat suci seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina mulai 28 Juli atau tiga hari sebelum bulan haji. 

Selama sekitar 15 hari, Saudi mengerahkan pasukan untuk menjaga area suci itu. Bila tetap ada yang bandel, maka akan dikenakan denda yakni SR10 ribu atau setara Rp40 juta. Itu untuk pelanggaran pertama. Bila melanggar lagi maka itu tambah lagi, bisa berlipat-lipat. Saudi juga menyebut penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dilakukan amat sangat terbatas sekali. Sebenarnya beribadah haji dengan jumlah yang terbatas lebih nyaman, karena gak perlu berdesak-desakan. 

Apakah ada pengaruhnya ke perekonomian Saudi ketika biasanya di musim haji kedatangan 2,5 juta jemaah, lalu tahun ini menurun hanya 10 ribu orang?

[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya AntiklimaksProtokol kesehatan yang diterapkan selama ibadah haji 2020 (IDN Times/Arief Rahmat)

Yang pasti ada pengaruhnya, karena hari-hari ini kawan-kawan kami terkejut dengan kebijakan baru Pemerintah Saudi yang memberlakukan pajak 15 persen. Itu mencakup semua produk. Jadi, misalnya kalau kita hendak membeli ponsel SR1.000 maka ditambah pajak 15 persen yang harus dibayar SR1.150. Jadi, sekarang ibu-ibu para protes karena semuanya mahal di Saudi. Tetapi, walaupun ada dampak ekonomi, Saudi kan termasuk negara kaya sehingga penanganannya akan berbeda ketika kena gonjang-ganjing ekonomi. 

Lagipula kan Saudi menjadi tuan rumah untuk G20. Presiden Jokowi sebenarnya juga akan ke Saudi. Tapi, kami belum tahu apakah pertemuan tersebut akan diubah formatnya menjadi virtual. Kami masih menunggu informasi dari Saudi. 

Kapan rencananya puncak pertemuan G20 dimulai di Saudi?

Rencananya di bulan Oktober. Tapi, sidang-sidang lainnya sudah dimulai, termasuk Menkeu Sri Mulyani sudah ke Riyadh dan bertemu Menkeu anggota G20. Ya, semoga saja penerbangan internasional ketika itu sudah dibuka. Saat ini memang semua penerbangan internasional masih ditutup kecuali bila pemerintah ingin membawa pulang warganya ke Tanah Air, maka Saudi akan mempermudah proses clearance. Itu yang dilakukan oleh salah satu maskapai Indonsia yang melakukan repatriasi. 

Karena kan ada begitu banyak ekspatriat di Saudi, seperti dari Mesir kira-kira dua juta, Ethiopia angkanya juga sama. Sedangkan, Indonesia angkanya belum ketahuan karena kan mereka kalau kemari gak lapor ke KBRI atau KJRI. Mereka diam-diam saja karena masuk Saudi dengan menggunakan izin untuk umrah atau haji lalu gak pulang. Maka sempat muncul lelucon, bahwa yang mengetahui jumlah sesungguhnya WNI di Saudi hanya Allah SWT, KBRI sendiri tidak tahu. 


Data yang dimiliki oleh Kemenlu mencapai 350 ribu. Tetapi, perkiraan saya di lapangan itu ada sekitar 1 jutaan WNI namun sudah berstatus overstayed (melebihi izin tinggal di Saudi). Namun yang jelas kami di KBRI atau KJRI tidak pernah membeda-bedakan saudara kami (entah masuk ke Saudi secara legal atau overstayed), yang penting darah mereka adalah WNI.

Apakah benar ada rumor yang menyebut, walau haji tahun 2020 hanya terbuka bagi warga lokal, warga asing pun masih bisa menunaikan ibadah haji secara mandiri?

Gak bisa. Saya saja yang posisinya Dubes untuk Saudi, saya juga gak yakin bisa masuk, karena pemberlakukan aturannya strict. Apalagi haji-haji mandiri, mau (masuk) ke Saudi lewat mana? Semuanya kan sudah ditentukan oleh sistem. Warga Mekkah saja tidak bisa menunaikan ibadah haji, masak orang di luar Saudi bisa masuk?

Berbicara mengenai pandemik, mengapa banyak WNI yang terpapar COVID-19 di Saudi meninggal dunia?

[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya AntiklimaksGejala orang yang terinfeksi virus corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Memang WNI yang meninggal paling banyak akibat virus corona memang Saudi. 185 orang positif COVID-19, sedangkan yang meninggal 51 (data 15 Juli 2020). Ini kan menunjukkan 25 persen, padahal angka kematian di Saudi akibat COVID-19 menunjukkan 1 persen, kemarin 0,7 persen. Kalau dilihat angkanya kecil. 

Tapi, kalau untuk WNI termasuk besar. Akhirnya saya analisa dan observasi ke lapangan. Staf kami berkunjung ke semua rumah sakit untuk mengecek apakah ada WNI yang dirawat. Saya tanamkan di benak staf kami agar membantu warga kita yang kesulitan karena di sana ditemukan Tuhan. Jadi, Tuhan tidak hanya bisa ditemukan di Ka'bah, masjid, musala, tapi Tuhan juga ada di diri WNI yang kesulitan. 

Kami tahu ada WNI yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 tidak selamanya dari Kemenkes Saudi, tetapi dari satgas yang terpercaya dan menghubungi kami. Kalau ditanya kenapa angka kematian WNI di Saudi tinggi, 80 persen dari mereka adalah laki-laki dan sebagian besar bekerja di luar rumah sebagai sopir, penjaga toko, mereka kerja di sektor konstruksi. Sedangkan, WNI yang bekerja di dalam rumah sebagai asisten rumah tangga hitungannya kecil. 

Apa yang dilakukan oleh KBRI untuk menyadarkan WNI agar mematuhi protokol kesehatan?

Kami sudah lama melakukan kampanye untuk menghindari COVID-19. Termasuk saya mendapatkan tempat berbicara di stasiun televisi di Saudi secara langsung kepada para WNI. 

Di satu sisi, karena otoritas di Saudi menyadari jumlah WNI sesungguhnya ada lebih dari 1 juta, maka semua komunikasi disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Ini istimewa. Kemenkes Saudi membuat dalam format audio, visual, dan teks. Ada tim khusus yang membantu proses penerjemahan dari Bahasa Saudi ke Indonesia, karena ini bisa dibilang adalah masa keemasan antara Saudi dengan Indonesia. 

Di Saudi kan sempat memberlakukan jam malam untuk mencegah pandemik COVID-19, apakah masih terus berjalan hingga kini?

Sudah tidak. Tetapi, waktu itu ada mahasiswa Indonesia yang tertangkap karena melanggar jam malam dan dikenakan denda SR15 ribu (Rp50 juta), tapi akhirnya saya bantu lobi ke Saudi dan akhirnya bisa dibebaskan tanpa bayar denda. 

Apakah Saudi sudah mulai fokus untuk membuat vaksin sendiri?

[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya AntiklimaksLacak perkembangan vaksin di dunia (IDN Times/Sukma Shakti)

Saudi sudah konsentrasi untuk membuat vaksin COVID-19, termasuk APD, Saudi membuat sendiri. Mereka tidak masalah kalau untuk memberikan insentif berupa sembako ke warga atau menurunkan harga listrik, dsb. 

Apa masih ada keluhan dari WNI yang sempat kena lockdown di Saudi seperti misalnya tidak mendapat sembako?

Banyak keluhan dan itu yang membuat kami jarang ada di kedutaan. Banyak yang kontak kami dan curhat "Pak Dubes, kami sudah habis kontrak, tidak bisa makan dan hanya punya duit SR20." Akhirnya kami memberlakukan operasi kemanusian dan dilakukan secara cepat. 

KBRI Riyadh akhirnya membagikan sembako bagi saudara-saudara kita dengan satu semangat yakni menolong orang susah akan menemukan Tuhan. Untuk seluruh area Saudi sudah dibagikan sekitar 6.000 - 7.000 paket sembako. Tapi, kami harus seleksi siapa yang bisa menerima (bantuan sembako) karena anggaran KBRI dipotong banyak untuk pandemik, sehingga kami urunan bareng untuk hal-hal yang sifatnya darurat. 

Permasalahan dialami oleh WNI yang tidak memiliki izin tinggal (undocumented). Tapi, saya bilang tidak apa-apa asal setelah melalui proses verifikasi, terbukti WNI ya akan kami bantu. Yang penting mereka punya paspor walau masa berlakunya sudah habis 20 tahun lalu. 

Kami memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) sekitar SR150 atau Rp500 ribu. Bagi WNI yang berkeluarga nominalnya SR250 atau Rp800 ribu. Kami verifikasi apakah WNI itu benar-benar membutuhkan atau sudah memperoleh pekerjaan lag

Bagaimana pengaturan beribadah di masjid bagi warga Saudi di tengah pandemik?

Di sini protokol kesehatan diberlakukan secara ketat. Contoh ketika Ramadan kemarin, tidak boleh ada warga Saudi yang ibadah tarawih di masjid. Instruksi itu diikuti karena datang dari Raja, karena itu dianggap di atas segalanya oleh warga Saudi. Tetapi, instruksi itu dikeluarkan semata-mata untuk menyelamatkan nyawa dan jiwa warganya. 

Apakah sudah diperoleh kepastian kapan Saudi akan kembali membuka umrah usai musim haji?

[WANSUS] Dubes Agus: Ibadah Haji Saat Pandemik Rasanya AntiklimaksANTARA FOTO/REUTERS/Ganoo Essa

Sampai saat ini belum ada (informasi dari Saudi). Tetapi, kalau pun dibuka, itu akan diberlakukan protokol kesehatan yang amat sangat ketat karena terkait keselamatan jiwa. Saudi sering mengatakan ada begitu banyak informasi hoaks, oleh sebab itu mereka mengajak publik untuk merujuk pada sumber-sumber resmi, kerajaan terkait beredarnya sebuah berita.

Apakah Pemerintah Saudi membolehkan warganya untuk salat Ied Adha di masjid?

Saudi membolehkan salat di masjid dengan protokol kesehatan yang ketat tapi di lapangan terbuka tidak boleh. 

https://www.youtube.com/embed/0skqg1oENIw

Baca Juga: Langgar Aturan Jelang Haji, Belasan Jemaah Didenda Saudi Rp38 Juta

Topik:

Berita Terkini Lainnya