WEF 2021 Digeser ke Singapura Gegara Lebih Aman dari COVID-19

Singapura hanya mencatat 29 jiwa yang meninggal karena COVID

Jakarta, IDN Times - Singapura ditunjuk menjadi tuan rumah Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada Mei 2021 mendatang. Hal itu lantaran Singapura dianggap berhasil mengendalikan pandemik COVID-19 dibandingkan Swiss. 

Berdasarkan data yang dikutip dari situs World O Meter hari ini, Negeri Singa berhasil mempertahankan angka kematian akibat pandemik COVID-19 sebanyak 29 jiwa. Jumlah kasus aktif pun tergolong rendah yakni 88 orang dan tidak ada yang dirawat dalam kondisi kritis. 

Stasiun berita BBC, Selasa (8/12/2020) melaporkan ini menjadi kali kedua penyelenggaraan WEF diadakan di luar Swiss. Sebelumnya, pada 2002 lalu, WEF digelar di New York sebagai bentuk solidaritas terhadap Amerika Serikat yang menjadi korban serangan teror 11 September 2001. 

Menurut keterangan tertulis dari penyelenggara WEF perubahan lokasi dinilai perlu dilakukan karena mempertimbangkan keamanan dan keselamatan. 

"Sejalan dengan situasi saat ini terkait kasus COVID-19, maka diputuskan Singapura menjadi tempat untuk diadakan pertemuan itu," demikian keterangan tertulis dari panitia WEF. 

Apa komentar dari Pemerintah Singapura usai dipilih menjadi tuan rumah WEF?

1. Singapura makin percaya diri dinilai bisa mengendalikan pandemik

WEF 2021 Digeser ke Singapura Gegara Lebih Aman dari COVID-19IDN Times/Reza Iqbal

Menteri Perdagangan Chan Chun Sing mengatakan keputusan panitia WEF untuk memindahkan lokasi pertemuan dari Swiss ke Negeri Singa menjadi penegasan bahwa mereka sanggup memberikan tempat yang aman, netral dan kondusif bagi pelaku ekonomi dunia. Pemerintah Negeri Singa memberlakukan upaya keselamatan dimulai dari tes COVID-19 ketika tiba di sana. Selain itu, mereka akan melakukan pelacakan kontak bila terbukti terpapar COVID-19. 

Saat ini, Singapura masih memberlakukan kebijakan PSBB di level kedua yang artinya pertemuan dibatasi maksimal lima orang. Bekerja dari rumah juga masih dipilih oleh sebagian besar perusahaan untuk beroperasi. 

Rencananya, pertemuan WEF akan digelar pada 13-16 Mei 2021. Pertemuan WEF akan kembali digelar di Swiss pada 2022. 

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Forum Ekonomi Dunia Spesial, RI akan Bahas Omnibus Law

2. Singapura berhasil membuat landai kurva COVID-19 di kluster asrama pekerja migran

WEF 2021 Digeser ke Singapura Gegara Lebih Aman dari COVID-19Ilustrasi Bandara Singapura (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Salah satu kluster COVID-19 yang disorot di Singapura adalah asrama bagi pekerja migran asing. Mereka yang tinggal di asrama tersebut mayoritas bekerja di sektor konstruksi. 

Laman VOA News melaporkan puncak dari kasus COVID-19 dengan kluster asrama pekerja migran terjadi pada April lalu. Jumlah kasus bahkan mencapai 1.400 kasus. Bahkan, pernah ditemukan 200 kasus baru di negara kota itu. 

Melihat hal itu, Kementerian Ketenagakerjaan Singapura akhirnya membuat rencana baru. Mereka fokus untuk membenahi sistem penempatan pekerja migran dan pemulihan kesehatan mereka. Sebab, sebelumnya, asrama yang diperuntukkan bagi pekerja migran asing sempit dan memudahkan terjadinya penularan virus Sars-CoV-2. 

Kemenaker mengeluarkan instruksi bagi semua pekerja asing yang tinggal di asrama agar melakukan isolasi mandiri. Pada Agustus lalu, pemerintah sudah rampung melakukan tes COVID-19 terhadap para pekerja migran. 

"Ini berarti semua pekerja yang tinggal di asrama entah telah berhasil sembuh atau telah dites lagi dan hasilnya negatif," demikian pernyataan Kemenaker Singapura dalam keterangan tertulis pada 11 Agustus 2020 lalu. 

Langkah selanjutnya yang dilakukan Pemerintah Singapura yaitu memperbaiki layanan kesehatan bagi pekerja migran. Selain itu, Negeri Singa membangun delapan asrama baru hingga akhir 2020. Sebagian pekerja migran akan dipindahkan ke asrama baru agar tidak terjadi kepadatan. 

3. Singapura membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bangkit dari resesi

WEF 2021 Digeser ke Singapura Gegara Lebih Aman dari COVID-19IDN Times/Arifina Budi

Kendati disebut-sebut sukses mengatasi pandemik COVID-19, namun perekonomian Singapura tak luput dari resesi. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) pada 14 Juli 2020 lalu, Negeri Singa secara teknis resmi memasuki resesi ekonomi. Harian Mainichi Shimbun Jepang menyebut pertumbuhan GDP Singapura di dua kuartal terus mengalami angka negatif. 

Institusi itu menyebut ekonomi Singapura terkoreksi per tahun (Year-on-Year) 12,6 persen memasuki kuartal kedua tahun 2020. Padahal, di kuartal pertama, perekonomian Singapura sudah mengalami penurunan 0,3 persen. 

MTI mengatakan GDP di kuartal pertama mengalami angka negatif karena pemerintah menerapkan semi lockdown yang disebut "Circuit Breaker."

Kebijakan itu berlaku mulai dari 7 April hingga 1 Juni 2020 lalu yang bertujuan untuk mencegah penyebaran pandemik COVID-19. Selain itu, rendahnya permintaan dari luar turut berkontribusi terhadap angka GDP yang negatif ini. 

Setelah beberapa bulan, Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperkirakan pemulihan ekonomi di sana membutuhkan waktu lebih lama. Denyut perekonomian Singapura diperkirakan akan melambat di kuartal-kuartal mendatang. Hal itu karena perusahaan dan rumah tangga terus membatasi pengeluaran lantaran mereka kehilangan pemasukan. Selain itu, situasi yang tidak pasti menyebabkan tertahannya investasi dan pengeluaran  diskresioner.

Baca Juga: Jokowi Banggakan Omnibus Law di World Economic Forum

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya