WHO: Angka Penularan COVID-19 di Asia Tenggara Terus Naik

28 persen kasus baru di dunia disumbang dari Asia Tenggara

Jakarta, IDN Times - Badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan secara umum kenaikan kasus COVID-19 di dunia sudah mulai melambat. Namun, hal itu tidak berlaku untuk kawasan Asia Tenggara dan Mediterania Timur. 

Dikutip dari stasiun berita Channel News Asia, Selasa, 25 Agustus 2020, dalam pemaparan data epidemiologi yang dikeluarkan pada Senin kemarin disebut kawasan Amerika Serikat masih menjadi area yang paling parah terpapar COVID-19. Hampir separuh kasus baru COVID-19 ditemukan di Negeri Paman Sam. Lalu, 62 persen dari total kematian di seluruh dunia pada pekan lalu juga ada di AS. 

"Lebih dari 1,7 juta kasus COVID-19 dan 39 ribu kematian baru dilaporkan ke WHO selama satu pekan terakhir hingga 23 Agustus. Ini mengalami penurunan empat persen dalam jumlah kasus (dan 12 persen) penurunan angka kematian dibandingkan pekan lalu," demikian kata WHO. 

Di bawah AS, ada kawasan Asia Tenggara sebagai area terdampak paling parah kedua yang terpapar COVID-19. WHO melaporkan ada peningkatan 28 persen kasus baru dan 15 persen tingkat kematian. Salah satu negara yang menyumbangkan angka paling tinggi kenaikan kasusnya adalah India. 

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan India, pada periode 16 - 22 Agustus 2020 ada 5.814 pasien yang meninggal dunia akibat COVID-19. Sementara, pada 19 Agustus 2020 lalu ada 1.092 pasien yang meninggal. Di sisi lain penyebaran kasus COVID-19 terus meluas hingga ke negara tetangganya di Nepal.

1. Korea Selatan mengalami peningkatan kasus COVID-19 hingga 180 persen

WHO: Angka Penularan COVID-19 di Asia Tenggara Terus NaikIlustrasi warga Korea Selatan menggunakan masker di tengah pandemik (ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji)

Berdasarkan data yang diterima oleh WHO di kawasan Asia Pasifik bagian barat, kenaikan kasus COVID-19 justru mengalami penurunan hingga 5 persen. Hal ini dipicu penyebaran yang semakin berkurang di kawasan Jepang, Australia, Singapura, Tiongkok, dan Vietnam. 

Sedangkan, di Korea Selatan (Korsel), kasus justru semakin melonjak. Angkanya mencapai 180 persen. Padahal, Negeri Ginseng sempat dipuji sebagai negara yang mampu mengendalikan pandemik COVID-19. Kenaikan kasus di sana dipicu kumpul-kumpul terkait kegiatan religi. 

Alhasil, Pemerintah Korsel juga mewajibkan warganya untuk mengenakan masker dan memutuskan agar siswa kembali bersekolah jarak jauh. 

Baca Juga: Upaya Membangkitkan Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemik Virus Corona

2. Kasus COVID-19 di Benua Eropa mengalami kenaikan dalam tiga pekan terakhir

WHO: Angka Penularan COVID-19 di Asia Tenggara Terus NaikIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Kenaikan kasus COVID-19 juga terjadi di Benua Eropa. Kenaikan kasus bahkan terjadi secara konsisten dalam tiga pekan terakhir. "Tetapi, sempat terjadi penurunan sedikit (sekitar 1 persen) dalam pekan terakhir dan angka kematian juga terus mengalami penurunan dalam di kawasan tersebut," tutur dia. 

Sedangkan, angka kasus dan kematian di Benua Afrika juga dilaporkan mengalami penurunan hingga 8 dan 11 persen dalam pekan terakhir.  "Diprediksi karena terjadi penurunan di kawasan Aljazair, Kenya, Ghana, Senegal dan Afrika Selatan," demikian bunyi laporan itu. 

3. WHO berharap pandemik COVID-19 berakhir dalam kurun waktu dua tahun

WHO: Angka Penularan COVID-19 di Asia Tenggara Terus NaikDirektur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (REUTERS/Denis Balibouse)

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, berharap pandemik COVID-19 ini bisa terlewati dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. Itu artinya kurang dari waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan pandemik flu Spanyol tahun 1918 lalu. 

Menurut Ghebreyesus, dibandingkan 100 tahun lalu, virus lebih cepat menular sebab kini antar manusia saling terkoneksi. "Tetapi, di waktu bersamaan, kita memiliki teknologi dan pengetahuan untuk lebih cepat menghentikannya," tutur dia seperti dikutip laman VOA News, 21 Agustus 2020 lalu.

Jadi, katanya menambahkan, saat ini, manusia memiliki sisi negatif karena saling terhubung, tetapi dengan teknologi yang lebih canggih, seharusnya pandemik lebih mudah diatasi. 

Baca Juga: Pendaftar Relawan Vaksin Sinovac Sudah Lampaui Target

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya