WHO Peringatkan Krisis Pandemik COVID-19 Bisa Terus Memburuk 

WHO menilai banyak negara yang tak patuhi aturan kesehatan

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemik COVID-19 akan terus semakin memburuk bila negara-negara di dunia tak mematuhi protokol kesehatan. Berdasarkan data dari laman World O Meter pada Selasa (14/7/2020), sudah ada 13 juta orang di seluruh dunia yang terpapar virus Sars-CoV-2 itu. Sebanyak 575.547 di antaranya meninggal dunia akibat pandemik. 

"Biarkan saya bicara blak-blakan. Terlalu banyak negara yang menuju arah yang keliru. Virus ini tetap menjadi musuh utama publik nomor satu," kata Tedros ketika menggelar rapat virtual di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss pada Senin, 13 Juli 2020 dan dikutip dari kantor berita Reuters

Ia menambahkan bila aturan yang menjadi dasar seperti mengenakan masker saja tidak diikuti. Maka satu-satunya prediksi ke depan yaitu pandemik COVID-19 semakin memburuk. 

"Kondisinya akan terus buruk dan memburuk," tutur dia lagi. 

Data yang dimiliki oleh WHO pada Minggu kemarin lebih mengejutkan. Sebab, pada hari itu, ada 230 ribu kasus positif COVID-19 dari 10 negara. Namun, 50 persen di antaranya hanya disumbang oleh dua negara yaitu Amerika Serikat dan Brasil. 

Lalu, apa pendapat WHO soal sekolah yang aktivitasnya dibuka kembali di tengah pandemik?

1. Sekolah seharusnya baru dibuka ketika penyebaran virus berhasil ditekan

WHO Peringatkan Krisis Pandemik  COVID-19 Bisa Terus Memburuk Ilustrasi Sekolah di Tengah Pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha)

Menurut Direktur program darurat WHO, Mike Ryan, mendorong agar isu pembukaan sekolah tidak dijadikan komoditas politik. Kendati di beberapa negara, sekolah bagi siswa sudah mulai dibuka sejak Maret lalu, tetapi, Ryan mendorong agar para siswa baru diizinkan menempuh sekolah virus corona berhasil ditekan. 

Di Tiongkok, kegiatan sekolah sudah dibuka kembali sejak April lalu. Kementerian Pendidikan Tiongkok, seperti dilansir dari stasiun berita BBC, mewajibkan suhu para siswanya dicek sebelum masuk ke ruang kelas. 

Salah satu negara yang mendebatkan apakah sekolah perlu kembali dibuka adalah Amerika Serikat. Stasiun berita Al Jazeera, Senin, 13 Juli 2020 melaporkan Menteri Pendidikan Betsy Devos sepakat dengan atasannya yakni Presiden Donald J. Trump agar sekolah kembali dibuka. Termasuk di daerah di mana pandemik COVID-19 tergolong tinggi penyebarannya. 

"Anak-anak perlu kembali ke sekolah, mereka perlu segera kembali ke ruang kelas," ungkap Devos ketika diwawancarai oleh stasiun berita CNN

"Keluarga pasti menginginkan agar anaknya kembali ke sekolah dan itu bisa dilakukan secara aman," tutur dia lagi. 

Pernyataan itu justru disampaikan oleh Davos ketika pejabat kesehatan di pemerintahan Trump menyebut semua hal harus dipertimbangkan. 

Sementara, WHO mendorong agar diberlakukan lagi lockdown lokal di area yang penyebaran COVID-19 nya sudah tidak terkendali.

Baca Juga: WHO: Kita Semua Ingin Ini Berakhir, Tapi Pandemik Masih Jauh dari Usai

2. WHO masih belum terima notifikasi resmi dari Presiden Trump yang ingin bawa AS hengkang dari WHO

WHO Peringatkan Krisis Pandemik  COVID-19 Bisa Terus Memburuk Ilustrasi markas WHO di Jenewa, Swiss (Website/www.who.int)

Ketika dikonfirmasi soal rencana Trump yang ingin bawa AS keluar dari keanggotaan WHO, Tedros mengaku belum menerima notifikasi resmi. Di dalam surat itu, AS menyatakan resmi keluar dari organisasi yang bermarkas di Jenewa itu pada 6 Juli 2021 mendatang. 

Sementara, sejak awal, WHO terus dituding kerap lebih berpihak kepada Tiongkok. Sedangkan, Trump yakin Tiongkok adalah negara pertama penyebaran COVID-19. 

3. Tim WHO berangkat ke Tiongkok untuk melakukan investigasi asal mula virus corona

WHO Peringatkan Krisis Pandemik  COVID-19 Bisa Terus Memburuk ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Tim yang terdiri dari dua orang telah berangkat ke Tiongkok pada Jumat pekan lalu untuk melakukan investigasi asal mula virus corona. Dua orang itu yakni spesialis di bidang kesehatan hewan dan epidemiolog. Mereka akan bekerja sama dengan ilmuwan Tiongkok untuk menentukan cakupan investigasi dan pertanyaan yang diajukan. 

Namun, WHO enggan menyebut nama dua anggota tim yang dikirim ke Tiongkok. 

"Kami tahu (virus corona) mirip dengan virus yang ada di dalam kelelawar, tetapi apakan ia menular ke manusia melalui perantara. Ini yang harus dicari jawabannya," ungkap juru bicara WHO, Margaret Harris dan dikutip Reuters

Baca Juga: Jokowi: Puncak Virus Corona Agustus atau September

Topik:

Berita Terkini Lainnya