Demonstran Myanmar Lawan Polisi Pakai Jemuran Pakaian Wanita
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Demonstran di Myanmar menggunakan trik khusus demi menghadapi polisi dan militer yang selalu menghalau dalam upaya menyampaikan aspirasi terkait kudeta dari junta. Mereka memakai mitos yang selama ini berkembang di masyarakat.
Para demonstran melawan polisi dan militer dengan menggunakan jemuran pakaian wanita. Demonstran sengaja membentangkan jemuran pakaian wanita di sudut-sudut jalan Myanmar, karena ada mitos tertentu yang berkembang di masyarakat jika melewatinya.
Trik ini terbilang ampuh. Karena, laju polisi dan militer saat hendak mendekati mereka lebih lambat. Kenapa harus pakaian wanita?
1. Berkaitan dengan mitos
Baca Juga: Kemlu: WNI yang Ingin Keluar dari Myanmar Bisa Gunakan 2 Maskapai
Dalam kepercayaan masyarakat Myanmar, melewati jemuran pakaian wanita akan mendatangkan sial. Terlebih, kalau mereka melewati jemuran pakaian dalam wanita dan kain tradisional Myanmar, longyi.
Apalagi buat pria. Lewat di bawah jemuran pakaian wanita, apalagi dalaman, bisa berujung sial.
"Ada kepercayaan, kalau melewati jemuran pakaian wanita, pasti kesialan mendekati Anda. Apalagi, kalau melewati jemuran longyi," kata seorang demonstran dilansir RTHK.
2. Generasi muda tak lagi percaya
Editor’s picks
Sebenarnya, kepercayaan ini mulai pudar di sekitar warga Myanmar. Generasi muda Myanmar saat ini berpikir lebih logis dan tak percaya akan mitos tersebut.
Namun, di kalangan tertentu, seperti polisi dan militer, mitos ini masih tertanam kuat dan sangat dipercaya.
"Generasi yang lebih muda tak lagi percaya. Tapi, tentara masih yakin mitos tersebut. Itu kelemahan mereka. Jadi, kami punya waktu lebih banyak untuk kabur kalau situasinya darurat," terang sang demonstran.
3. Polisi akali pakai tembakan
Sementara, polisi mengakali perlawanan demonstran yang memakai jemuran pakaian wanita dengan memanfaatkan tembakan peluru karet.
Gas air mata hingga granat kejut juga dipakai oleh polisi demi menghalau demonstran. Dengan cara ini, polisi sama sekali tak harus melewati jemuran pakaian wanita yang dibentangkan demonstran.
Situasi di Myanmar memang semakin tak terkendali. Selama sebulan terakhir, korban jiwa akibat demonstrasi di Myanmar, sudah menyentuh 50.
PBB dan sejumlah negara tetangga sudah meminta agar junta militer menghentikan aksinya karena telah melanggar HAM. Namun, permintaan itu tak didengar oleh mereka.
Baca Juga: Kisah Haru Ma Kyal Sin, Pendemo yang Tewas Ditembak Militer Myanmar