ASEAN dan China Kembali Bahas Laut China Selatan 

Pertemuan dilakukan pada pekan lalu di Siem Reap, Kamboja.

Jakarta, IDN Times - Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN menggelar pertemuan dengan China terkait Code of Conduct (COC) Laut China Selatan pada akhir bulan ini di Siem Reap, Kamboja.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengonfirmasi pertemuan yang akan dihadiri oleh pejabat 10 negara ASEAN dan China.

1. Pertemuan pertama di tengah pandemik

ASEAN dan China Kembali Bahas Laut China Selatan Bendera ASEAN. (setnas-asean.id)

Zhao mengatakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama yang digelar setelah dua tahun pandemik COVID-19. Selama pandemik, pertemuan terkait Laut China Selatan digelar secara daring.

“Pembentukan COC secara jelas diatur dalam Declaration of Conduct dan mewakili aspirasi serta kebutuhan bersama China dan negara-negara ASEAN,” kata Zhao, dikutip dari Radio Free Asia, Selasa (31/5/2022).

Zhao menegaskan bahwa China sepenuhnya percaya diri dalam mencapai konsensus COC, yang akan memberikan jaminan serta aturan lebih kuat untuk stabilitas di Laut China Selatan.

Baca Juga: Filipina Kecam Manuver Kapal China di Laut China Selatan

2. Sengketa Laut China Selatan

ASEAN dan China Kembali Bahas Laut China Selatan Kapal China yang merapat ke kapal Filipina di Laut China Selatan pada Maret 2022. (dok. Phillipines Coast Guard)

China dan empat negara anggota ASEAN yaitu Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam memiliki klaim masing-masing atas Laut China Selatan.

Sebelumnya, China telah memicu sejumlah ketegangan dengan beberapa negara Asia lainnya setelah menunjukkan ketetuan nine dash line. Ketentuan nine dash line atau sembilan garis putus merupakan sembilan titik yang menjadi pedoman bagi China atas pertimbangan historis untuk mengklaim wilayah Laut China Selatan.

China yang selama ini mengklaim Laut China Selatan miliknya dipatahkan oleh pengadilan arbitrase internasional pada 2016 bahwa China tak memiliki dasar hukum di perairan tersebut.

Titik-titik ini ditentukan secara sepihak oleh China tanpa melalui konvensi hukum laut internasional di bawah PBB atau UNCLOS 1982, yang mana negara tersebut juga menandatanganinya. China menyatakan bahwa nine dash line muncul setelah Perang Dunia II, namun jauh sebelum UNCLOS 1982.

Selama dua tahun terakhir, karena adanya pandemik COVID-19, negosiasi Laut China Selatan cukup terhambat.

China dan ASEAN menyepakati Declaration of Conduct of Parties atau DOC pada 2022. Namun, proses COC berjalan lambat di samping adanya konflik di perairan tersebut.

3. Kapal China kerap merapat di Laut China Selatan

ASEAN dan China Kembali Bahas Laut China Selatan potret kondisi di Laut China Selatan (pixabay.com/user1488365914)

Kapal penjaga pantai China dikabarkan telah melakukan 'manuver jarak dekat' di Laut China Selatan pada Maret 2022 lalu. Kapal China tersebut dikabarkan membatasi pergerakan kapal Filipina yang berlayar di dekatnya.

Insiden yang terjadi pada 2 Maret 2022 tersebut terjadi selama operasi patroli maritim penjaga pantai Filipina di sekitar Beting Scarborough atau dikenal sebagai Bajo de Masinloc. Tidak diketahui apakah Filipina telah mengajukan protes secara diplomatik atas insiden tersebut.

Kapal China itu diyakini telah melakukan manuver jarak dekat di atas area sekitar 21 yard (19,2 meter) ke arah kapal Filipina BRP Malabrigo, kata seorang penjaga pantai Filipina.

“Ini membatasi ruang manuver BRP Malabrigo–jelas melanggar Peraturan Internasional 1972 untuk Mencegah Tabrakan di Laut (COLREG)."

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya