Cerita Para Pelajar WNI Rayakan Lebaran di Negeri Seberang 

IDN Times mewawancarai 2 pelajar RI di Saudi dan Inggris

Jakarta, IDN Times - Hari raya Idul Fitri di Indonesia menjadi momen tepat untuk berkumpul dengan sanak saudara dan makan ketupat. Para pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di luar negeri pun tidak ketinggalan dengan tradisi Lebaran Indonesia, meski tinggal jauh dari keluarga.

Meski susana Lebaran di Indonesia berbeda dengan sejumlah negara-negara di Timur Tengah maupun Eropa, namun para pelajar Indonesia ini tetap bisa menjalankan tradisi Idul Fitri sama seperti di Tanah Air.

Berikut wawancara khusus IDN Times dengan dua pelajar Indonesia, Muhamad Affin Bahtiar yang menempuh studi Criminology and Criminal Justice di Universitas Leeds, dan M RIfqi Arsyaf, yang menempuh studi Islamic Finance di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

Baca Juga: Salat Idul Fitri di Taiwan, Gema Takbir yang Kembali Berkumandang!

1. Lebaran di Inggris dan Arab Saudi, bagaimana rasanya? Untuk Inggris, karena muslim jadi minoritas di sana, apa perbedaannya?

Cerita Para Pelajar WNI Rayakan Lebaran di Negeri Seberang Ilustrasi Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. (Unsplash.com/Yasmine Arfaoui)

Affin: Di Inggris ini komunitas muslim sudah mulai berkembang dan terlihat. Jadi kita enggak berasa minoritas banget, ketika puasa dan Lebaran. Teman-teman juga bisa lihat pemimpin-pemimpin kota di Inggris itu muslim.

Lalu di Oxford Street itu untuk pertama kalinya ada ornamen Ramadan. Biasanya ada di bulan Desember untuk Natal dan Tahun Baru, nah sekarang sudah ada buat Ramadan.

Lalu, Lebaran juga KBRI London bikin acara untuk salat Id. Teman-teman dari luar London juga datang ke London untuk silaturahmi. Komunitas-komunitas muslim selain di London juga banyak. Komunitas Indonesia juga banyak, jadi yang berhalangan datang ke London masih bisa merasakan vibes Lebaran di kota masing-masing.

Rifqi: Saya kebetulan berlebaran di tanah suci, pusatnya Islam. Lebaran hari pertama di Arab Saudi jatuh di Jumat 21 April 2023 kemarin. Perbedaannya itu waktu salat Id karena kita salat di Makkah langsung jadi harus persiapan 5-6 jam sebelumnya. Karena jumlah orang yang mau salat di sini itu banyak sekali, bisa sampai 2,5 juta orang. Jadi kita harus stand by untuk dapat tempat yang nyaman.

Mungkin ini juga efek dari pandemik di mana sempat sepi juga Mekkah dan sekarang semua umat muslim dari seluruh dunia beribadah di sini.

Baca Juga: Akan Selalu Dirindu, Ini 7 Tradisi Ramadan Unik dari Berbagai Negara

2. Idul Fitri di Indonesia ini berbeda dengan Inggris dan Arab Saudi. Di masing-masing negara, siapa yang menentukan jatuhnya hari raya itu?

Cerita Para Pelajar WNI Rayakan Lebaran di Negeri Seberang Suasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Affin: Di Inggris juga sama seperti Saudi, hari Jumat 21 April 2023. Ini menarik, karena kami sempat menunggu sampai sore di hari Kamis-nya, kami masih bingung ini Lebaran besok atau lusa, karena Indonesia kan lusa ya. Nah, kami belum menerima pengumuman.

Di sini, kami merujuk pada London Central Mosque, seperti masjid agung gitu dan merujuk ke Arab Saudi juga. Teman-teman Indonesia di sini juga menyesuaikan pengumuman dari KBRI London, jadi official kami tunggu dari KBRI. Sementara, KBRI juga menunggu dari pemerintah Inggris dan London Central Mosque.

Nah, Kamis malam sekitar pukul 19.00, diumumkanlah bahwa Lebaran besok. Wah, kami langsung panik karena belum belanja buat masak-masak Lebaran.

Rifqi: Kalau di Arab Saudi ini, ada badan tersendiri yang observasi hilal dari satu pekan sebelumnya. Itu juga sudah ada pengumuman bahwa ada awan yang menyelimuti Saudi jadi mungkin Lebaran tanggal 22 April karena hilal susah terlihat.

Tapi di tanggal 20 April malam itu, kami dapat info bahwa terlihat hilal yang derajatnya lebih tinggi daripada Indonesia, yaitu di atas 4 derajat. Jadi pemerintah Saudi menentukan Lebaran jatuh di hari Jumat, 21 April 2023. Mungkin perbedaan waktu setiap negara juga mempengaruhi ya.

3. Hari pertama Lebaran, kegiatan kalian apa saja selain salat Id tentunya?

Cerita Para Pelajar WNI Rayakan Lebaran di Negeri Seberang Suasana halal bihalal KBRI London. (dok. KBRI London)

Affin: Di Inggris, teman-teman di London nih kami tiga hari berturut-turut makan gratis makanan Indonesia, yang enak-enak. Hari pertama ada Open House KBRI London di Wisma Nusantara. Sebelumnya ada salat Id dulu, lalu Open House.

Teman-teman non Muslim juga datang, ada sukarelawan dari PPI UK juga. Menarik karena teman-teman non Muslim juga ikut bantu penjagaan, arus masuk saat salat Id, mengatur tamu masuk. Jadi benar-benar kita dapat rasa Lebaran bukan untuk Muslim saja, tapi perayaan Indonesia bersama-sama tanpa memandang agama mana pun. Lebih kepada silahturahmi, makan bareng.

Di hari kedua ada Open House dari Wakil Dubes RI di London dan hari ketiga ada Open House dari Atase Pertahanan RI di London.

Rifqi: Kalau dari Madinah ini yang terdekat sebenarnya KJRI Jeddah. Hanya kami harus naik bus selama 6 jam. Jadi ya jauh juga. Jadi kadang kita sama teman-teman komunitas Indonesia di Madinah ini masak bareng, open house barang. Bikin acara sendiri. Rasa Lebaran-nya masih sangat terasa walaupun kita mengadakan acara sendiri.

Tapi tahun ini kebetulan saya menyusul keluarga yang sedang ibadah di Makkah jadi Lebaran bareng keluarga.

Baca Juga: 5 Tradisi Lebaran dari Berbagai Belahan Dunia

4. Throwback sedikit ya ke bulan Ramadan kemarin, bagaimana kalian menyiapkan makanan untuk sahur dan buka puasa?

Cerita Para Pelajar WNI Rayakan Lebaran di Negeri Seberang Ilustrasi Inggris (IDN Times/Isidorus Rio)

Affin: Seru. Karena kita di sini buka puasa jam 21.00 malam ya terakhir kemarin, dan imsak itu jam 05.00 sampai 05.30-an. Dari masa itu saja juga sudah perjuangan puasanya ya, adaptasi jam.

Tapi di Inggris ini, ada open iftar. Jadi walaupun kita di Inggris, tapi ada komunitas Muslim yang bisa kita datangi kalau bulan puasa. Seperti open iftar di Stadion Chelsea kemarin. KBRI London juga mengadakan open iftar setiap hari Sabtu.

Di hari-hari lain, cukup mudah cari makanan. Di sini restoran halal cukup banyak jadi kita tenang juga. Walaupun tidak banyak, tapi pasti ada. Nah, biasanya makanan halal lebih murah daripada makanan general.

Kalau enggak masak, mungkin sekali makan bisa 10-15 Poundsterling. Kalau sahur ya saya yang cepat aja, goreng telur, karena males keluar. Kalau buka puasa jadi agak ingin lebih karena seharian sudah puasa. Biasanya cari makanan Turki, Arab, Pakistan. Restoran Indonesia juga ada.

Rifqi: Kalau puasa di Saudi, kurang lebih waktunya sama dengan Indonesia, paling beda 1 jam. Untungnya, puasa tahun ini di bulan Maret akhir, jadi masih kebagian sisa-sisa winter sedikit. Kalau di musim panas, cuaca di sini bisa sampai 40 derajat panasnya.

Nah, di Saudi ini kalau bulan puasa, orang-orang jadi semakin baik. Mereka kadang membagikan makanan untuk sahur atau buka puasa. Di daerah kampus saya itu ada satu keluarga dari kerajaan yang tiap tahun selalu bagi-bagi makanan. Jadi mudah sekali untuk sahur dan buka puasa di sini. Kalau mau hemat untuk pelajar juga bisa banget karena pembagian makanan selama bulan puasa itu banyak sekali.

Ada restoran Indonesia juga, tapi agak jauh dari kampus. Jadi kemarin saya sahur dan buka memang kebanyakan ala Timur Tengah.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya