Diplomat Rusia di PBB Resign Usai Kritik Invasi Putin ke Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Seorang diplomat veteran Rusia, Boris Bondarev, mengundurkan diri dari posisinya. Saat ini, ia sedang ditempatkan di Misi Permanen Rusia untuk PBB di Jenewa, Swiss.
Bondarev, yang saat ini bekerja sebagai penasihat di misi tersebut, mengkritik invasi Rusia ke Ukraina dan menyebutnya sebagai tindakan agresif yang dilakukan Presiden Vladimir Putin.
1. Mengutuk invasi Rusia ke Ukraina
Bondarev menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Senin (23/5/2022) kemarin.
“Saya pergi ke kantor seperti hari-hari biasanya dan saya menyerahkan surat pengunduran diri saya. Saya keluar,” kata Bondarev, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (24/5/2022).
Dalam pernyataan yang diedarkan ke sejumlah misi diplomatik di Jenewa, Bondarev secara terang-terangan mengutuk invasi ke Ukraina dan mengecam Kementerian Luar Negeri Rusia.
“Selama 20 tahun karir diplomatik, saya telah melihat perubahan berbeda dari kebijakan luar negeri kami. Tetapi saya tidak pernah merasa malu dengan negara saya seperti pada 24 Februari tahun ini,” ucap dia.
Tanggal tersebut mengacu pada invasi Rusia ke Ukraina yang digambarkan Putin sebagai operasi militer khusus.
Baca Juga: Siap Lawan Rusia, Ukraina Akan Dapat Bantuan Militer dari 20 Negara
2. Kejahatan terhadap rakyat Ukraina
Editor’s picks
Bondarev menegaskan, invasi ke Ukraina merupakan hal kejam yang juga menyakiti warga Rusia.
“Perang agresif yang dilancarkan Putin melawan Ukraina dan juga melawan dunia Barat, bukan hanya kejahatan terhadap rakyat Ukraina, tetapi juga kejahatan serius terhadap rakyat Rusia,” tuturnya.
Hingga saat ini belum ada komentar atau pernyataan dari Misi Permanen Rusia untuk PBB mengenai pengunduran salah satu diplomatnya ini.
3. Protes langka yang dilontarkan diplomat Rusia
Pengunduran diri ini merupakan protes langka dari seorang diplomat Rusia karena perbedaan pendapat, terutama dalam narasi perang Moskow.
“Mereka yang merencanakan perang ini hanya menginginkan satu hal, untuk tetap berkuasa selamanya. Menikmati kekuatan tak terbatas dan imunitas penuh,” ujar Bondarev.
Bahkan, Bondarev mengkritik Kementerian Luar Negeri Rusia yang sudah tidak lagi berada di jalur diplomasi, melainkan penghasutan perang.
“Saat ini, Kemlu bukan soal diplomasi. Ini semua tentang penghasutan perang, kebohongan, dan kebencian,” tambahnya.
Diplomat itu mengatakan bahwa ia belum menerima reaksi dari pejabat Rusia.
Baca Juga: Lawan Propaganda Kremlin, YouTube Hapus Ribuan Video Pro-Invasi Rusia