DK PBB Tolak Usulan Rusia Selidiki Ledakan Nord Stream

Hanya tiga negara yang setuju, China, Brasil, dan Rusia

Jakarta, IDN Times - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menolak usulan Rusia soal penyelidikan independen terkait ledakan pipa Nord Stream, September 2022 lalu. Dari 15 anggota DK PBB, hanya China, Brasil dan Rusia sendiri yang menyetujui usulan diadakannya penyelidikan tersebut, dan 12 lainnya menolak.

Dilansir dari France24, Selasa (28/3/2023), setidaknya Rusia butuh sembilan suara agar penyelidikan Nord Stream dapat dilakukan oleh DK PBB.

1. Rusia minta pembentukan komisi penyelidikan

Dalam usulan ini, Moskow meminta pembentukan komisi untuk melakukan penyelidikan internasional yang komperehensif, transparan dan tidak memihak terhadap semua aspek soal ledakan pipa Nord Stream.

"Kami memiliki keraguan dan ini beralasan soal objektivitas dan transparansi penyelidikan yang dilakukan oleh sejumlah negara Eropa," kata Wakil Tetap Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.

Sebelumnya, penyelidikan telah dilakukan oleh Jerman, Denmark dan Swedia. Namun, Rusia tak mengetahui hasilnya.

Baca Juga: Tiru AS, Rusia Akan Tempatkan Rudal Nuklir Taktis di Belarus

2. Ada yang ditutupi dari penyelidikan negara Eropa

Selain itu, Nebenzia juga menduga penyelidikan yang dilakukan tiga negara Eropa tersebut bukan untuk menjelaskan penyebab ledakan Nord Stream, melainkan untuk menyembunyikan bukti dan membersihkan TKP.

Memang, sudah hampir enam bulan usai ledakan pipa Nord Stream 1 dan 2, siapa yang bertanggung jawab pun masih menjadi tanda tanya.

"Saya pikir, setelah pemungutan suara hari ini di DK PBB, kecurigaan soal siapa yang ada di balik ledakan Nord Stream, sudah jelas," ujarnya.

3. Rusia sempat tuding AS dalang dari ledakan

DK PBB Tolak Usulan Rusia Selidiki Ledakan Nord StreamPresiden Rusia Vladimir Putin (twitter.com/KremlinRussia)

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menduga Amerika Serikat (AS) adalah dalang di balik peledakan pipa gas Nord Stream tersebut. Pipa gas Nord Stream 1 dan 2 menghubungkan Rusia dan Jerman dan di bawah Laut Baltik.

"Yang harus selalu dilihat adalah mereka yang memiliki kepentingan. Siapa yang mempunyai kepentingan? Secara teoritis, tentu saja Amerika Serikat," kata Putin.

Baca Juga: Kazakhstan Akan Perketat Barang Ekspor ke Rusia

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya