Krisis Ekonomi Inggris Kian Parah, Berikut Faktanya

Warga Inggris terpaksa ada yang menjadi PSK

Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi kini sedang melanda Inggris. Menurut data dari Kantor Statistik Nasional, Inggris adalah satu-satunya negara anggota G27 yang belum pulih sepenuhnya dari pandemik, dengan PDB 0,2 persen, lebih kecil dari awal 2020.

Bank Inggris bahkan memprediksi, ekonomi negaranya kemungkinan akan merosot lagi hingga terjadi inflasi 11 persen.

“Inggris memang sedang berjuang untuk tumbuh dan menghadapi kemungkinan resesi yang lebih dalam,” kata analis senior pasar Oanda, Craig Erlam, dikutip dari CNN, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga: Eks Menkeu Inggris, Rishi Sunak Siap Maju Jadi PM Inggris

1. Keputusan PM Liz Truss disebut salah satu pemicunya

Krisis Ekonomi Inggris Kian Parah, Berikut FaktanyaLiz Truss (paling depan), Menteri Luar Negeri Inggris. (Twitter.com/Liz Truss)

Bank Inggris menaikkan suku bunga setengah poin persentasi yang dinilai sederhana untuk mengatasi inflasi. Namun, kurang dari 24 jam, Truss lantas mengumumkan rencana pemotongan pajak.

Keputusan Truss dinilai memperparah kondisi ekonomi Inggris. Mata uang Poundsterling berada dalam titik terendah terhadap dolar AS, sepanjang sejarah.

Sejumlah media Inggris melaporkan, kondisi ini membuat beberapa wilayah di negara tersebut harus menangguhkan layanan kereta api, karena pekerjanya memutuskan mogok kerja.

Dilaporkan, tidak ada layanan kereta api yang beroperasi dari London ke kota-kota besar seperti Newcastle, Edinburgh, dan Brighton.

2. Warga Inggris berunjuk rasa karena krisis biaya hidup

Pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu, ribuan warga Inggris berunjuk rasa atas sulitnya biaya hidup mereka. Sebab, harga gas dan listrik melonjak.

Aksi unjuk rasa ini disebut sebagai unjuk rasa terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dan digelar di beberapa kota besar, termasuk Skotlandia, Glasgow, Liverpool, Belfast, dan Manchester.

Dilansir dari Guardian, seorang pengunjuk rasa ikut protes di depan stasiun The King’s Cross, London, mengatakan tagihan listrik sangat tinggi. Ia juga harus kembali ke rumah orang tuanya lantaran tidak bisa membayar sewa rumah yang tinggi.

Selain itu, hampir delapan juta orang dilaporkan telah menjual barang-barang pribadinya untuk menutupi tagihan listrik.

Baca Juga: RI Tekankan Kerja Sama Ekonomi Hijau ASEAN dengan Korsel dan Inggris  

3. Warga Inggris menggunakan kredit dan menjadi PSK

Krisis Ekonomi Inggris Kian Parah, Berikut FaktanyaIlustrasi Suasana Sekitar London Bridge, London, Inggris (IDN Times/Anata)

Sementara itu, sekitar 10,7 juta orang telah melihat tagihan energi mereka naik £100 atau sekitar Rp1,7 juta lebih sejak April 2022. Selain itu, lonjakan biaya energi membuat lebih banyak orang meminjam uang untuk mencoba memenuhi kebutuhan.

Badan amal itu memperkirakan, lebih dari 15 juta orang harus menggunakan kredit untuk membayar kebutuhan pokok. Sementara, satu dari 10 orang harus meminjam uang dari keluarga atau teman mereka demi menghadapi krisis ini.

Data English Collective of Prostitution juga menjelaskan, jumlah perempuan yang menjadi pekerja seks komersial (PSK) meningkat sepertiga dari angka biasanya, karena biaya hidup yang tinggi.

Banyak perempuan menjadi pekerjaan seks untuk pertama kalinya, sementara mereka yang telah berhasil meninggalkannya, harus kembali menjadi pekerja seks untuk membayar tagihan rumah tangga.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya