Lockdown Lagi, Warga Shenzhen China Demo 

Lockdown berlaku sejak kemarin

Jakarta, IDN Times - Puluhan warga China yang tinggal di Shenzhen, berunjuk rasa akibat akan diberlakukannya lagi penguncian wilayah atau lockdown terkait penyebaran virus COVID-19 di provinsi tersebut.

Para warga berjalan sambil berteriak ‘cabut penguncian COVID’ di Shawei, distrik Futian di mana pemerintah kota berkantor.

Beberapa warga bahkan mengaku dipukul oleh aparat keamanan yang menghalangi mereka berunjuk rasa. 

Baca Juga: Cerita Jokowi Tak Lockdown pada Awal Pandemik: Saat Itu Saya Semedi

1. Transportasi dihentikan sementara jelang lockdown

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (28/9/2022), sejumlah transportasi pun terpaksa dihentikan pengoperasiannya, termasuk stasiun kereta bawah tanah Shawei, yang ditutup mulai pukul 22.00 malam waktu setempat pada Senin (26/9/2022).

Pemberhentian transportasi umum ini disebut sebagai bagian dari pencegahan dan pengendalian pandemik.

Baca Juga: Jokowi Bantah Konflik China-AS Meluas ke Laut China Selatan

2. Lockdown mulai hari Selasa

Lockdown Lagi, Warga Shenzhen China Demo Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, pemerintah kota memutuskan lockdown dimulai pada Selasa (27/9/2022) kemarin. Lockdown ini berlaku di 14 daerah yang dianggap berisiko tinggi, yaitu distrik Futian, Luohu dan Longgang.

Warga diminta untuk tetap berdiam diri di rumah. Namun pemerintah kota Shenzhen tidak merilis data psati berapa warga yang terinfeksi COVID-19 baru-baru ini sehingga lockdown diberlakukan kembali.

3. Dilaporkan hanya ada 10 kasus baru

Lockdown Lagi, Warga Shenzhen China Demo Shenzen Bao'an International Airport (fuksas.com)

Menurut media setempat, hanya ada 10 kasus COVID-19 baru di kota besar berpenduduk lebih dari 18 juta orang tersebut.

Shenzhen, yang bertetangga dengan Hong Kong, baru saja melonggarkan peraturan terkait penyebaran virus COVID-19 pada September ini.

Namun, pemerintah kota hanya mengizinkan warga untuk naik angkutan umum, memasuki restoran atau mengakses layanan publik termasuk rumah sakit jika mereka memiliki bukti tes negatif PCR dalam waktu 24 jam.

 

Baca Juga: China ke Rusia: Setop Perang di Ukraina, Jangan Sampai Efeknya Meluas!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya