Malaysia Sebut 13 Wilayahnya Ditutup Kabut Asap dari Indonesia

Jakarta, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup Malaysia menyatakan, ada 13 lokasi di Malaysia yang mencatatkan kualitas udara yang tidak sehat.
Melalui citra satelit ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) yang berbasis di Singapura, terdeteksi ada 121 titik panas di Sumatra dan 122 titik panas di Kalimantan, Indonesia. Malaysia menilai, kabut asap yang ada di Malaysia karena kebakaran hutan di Indonesia.
“Titik panas ini tidak ada di Malaysia, tapi di Sumatra dan Kalimantan, Indonesia,” kata Direktur Jenderal DEO Malaysia, Wan Abdul Latiff Wan Jaffar, dikutip dari Straits Times, Selasa (3/10/2023).
Baca Juga: Malaysia Dapat 'Setoran' Kabut Asap dari Indonesia
1. Udara terburuk ada di Nilai
Sementara itu, tercatat pada Senin (2/10/2023) pukul 17.00 sore waktu setempat, Indeks Pencemaran Udara (API) menunjukkan bahwa kualitas udara terbutuk ada di Nilai (161), disusul Cheras di Kuala Lumpur (160), dan Seremban di Negeri Sembilan (159).
Sepuluh lokasi lainnya yang terdampak kabut asap adalah Batu Muda, Putrajaya, Petaling Jaya, Shah Alam, Klang, Banting, Johan Setia, Port Dickson dan Alor Gajah, dengan indeks kualitas udara antara 115 hingga 155.
Taiping, Bukit Rambai dan Alor Gajah sempat mencatatkan kualitas udara tidak sehat sejak Minggu, namun kualitas udara berangsur membaik pada malam hari.
2. Sekolah akan ditutup sementara jika kualitas udara memburuk
Editor’s picks
Jaffar mengungkapkan, sekolah bisa diminta untuk tutup sementara jika indeks kualitas udara mencapai 200.
“Aktivitas luar ruangan di sekolah dan taman kanak-kanak harus dihentikan jika indeksnya melebihi 100,” ucap dia.
Meskipun sempat turun hujan di Klang pada sore hari kemarin, namun kualitas udara tidak berubah banyak.
3. Jakarta sempat jadi kota dengan polusi terburuk di dunia
Sementara itu, jagat dunia maya Indonesia kini masih diramaikan dengan tebalnya polusi di Ibu Kota Jakarta.
Pada 11 Agustus 2023 lalu, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sigit Reliantoro, mengatakan ada beberapa faktor penyebab kualitas udara di Jakarta buruk beberapa waktu terakhir ini.
"Kalau dari siklus, Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta, karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering," ujar Sigit dalam konferensi pers di gedung KLHK, bulan lalu.
Baca Juga: Bikin Polusi, 7 Industri Disanksi Satgas Pencemaran Udara DKI