Myanmar Datangi Pengungsi Rohingya, Uji Coba Pemulangan ke Rakhine
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rombongan tim dari pemerintah Myanmar dilaporkan telah tiba di Bangladesh. Mereka rencananya akan melakukan skema percontohan untuk memulangkan sekitar 1.200 minoritas Rohingya yang ada di kamp penampungan Cox’s Bazar.
Ribuan, bahkan jutaan pengungsi Rohingya terjebak di dalam kamp-kamp penampungan yang tak layak huni di Bangladesh, sejak eksodus besar-besaran pada 2017. Mereka diusir dari Negara Bagian Rakhine oleh junta militer Myanmar.
Dilansir Channel News Asia, Jumat (26/5/2023), Bangladesh dan Myanmar kini sedang berusaha memulangkan 1.200 orang kembali ke Rakhine.
Baca Juga: Sejak Kudeta, Myanmar Telah Impor Senjata Senilai Rp14,8 Triliun
1. Myanmar mencoba bicara dengan Rohingya
Rombongan yang terdiri dari 14 orang pejabat Myanmar itu, tiba dengan perahu di kota perbatasan Teknaf. Namun, mereka tak memberikan komentar atau pernyataan kepada media yang sudah menunggu.
Tim dari Myanmar ini direncanakan bakal mencoba berbicara dengan Rohingya. Mereka ingin membangun kepercayaan bagi para Rohingya.
Baca Juga: Delegasi Rohingya di Bangladesh Akan Cek Kamp Buatan Junta Myanmar
2. Banyak Rohingya yang tak mau kembali
Meski demikian, banyak Rohingya yang masih meragukan tawaran Myanmar untuk kembali ke Rakhine. Skema percontohan ini nantinya akan mencoba untuk membawa 20 orang Rohingya untuk kembali ke kamp sementara di Rakhine.
“Proses pemulangan ini hanya pura-pura. Jika martabat kami tidak dijamin, tidak ada gunanya kami kembali ke sana,” kata seorang pemimpin Rohingya.
Baca Juga: Junta Myanmar Akan Pulangkan Ribuan Pengungsi Rohingya dari Bangladesh
3. Rohingya tidak mau kembali jika bukan sebagai warga negara
Seorang pengungsi Rohingya yang terdaftar dalam skema percontohan pemulangan ini mengatakan, mereka tidak ingin kembali ke Myanmar jika tinggal di kamp pengungsi.
“Tempat kami harus dikembalikan kepada kami, hak kami untuk hidup seperti kelompok etnis yang lain harus dijamin secara hukum. Jika tidak, kami tidak bisa percaya lagi dengan para pembunuh itu,” ucap dia.