Presiden Ukraina Minta Sanksi Ekonomi ke Rusia Lebih Berat

Sanksi yang berat agar Rusia sadar akan konsekuensi invasi

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, dunia harus meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Zelenskyy mengutarakan hal ini di perhelatan World Economy Forum (WEF) dalam sebuah rekaman video.

Pernyataan Zelenskyy ini berbarengan ketika militer Ukraina mengklaim telah menahan serangan Rusia di Sievierodonetsk, sebuah kota di timur Ukraina yang menjadi salah satu target Rusia setelah menaklukan Mariupol.

Baca Juga: Rodrigo Duterte Minta Putin Hentikan Invasi ke Ukraina

1. Zelenskyy tekan negara-negara untuk jatuhkan sanksi berat ke Moskow

Presiden Ukraina Minta Sanksi Ekonomi ke Rusia Lebih BeratPresiden Ukraina, Vlodymyr Zelensky. (twitter.com/ZelenskyyUa)

Dengan konflik Rusia-Ukraina yang memasuki bulan keempat, Zelenskyy mendesak negara-negara untuk menjatuhkan sanksi yang berat kepada Rusia. Zelenskyy menuduh negara-negara lain hanya memberikan sanksi ringan.

"Sanksi harus maksimal, sehingga Rusia dengan jelas mengetahui konsekuensi langsung dari tindakan mereka," kata Zelenskyy dikutip dari Channel News Asia, Selasa (24/5/2022).

Zelenskyy menuntut adanya embargo minyak, pemblokiran semua bank Rusia, dan penghentian semua kegiatan perdagangan.

"Bisnis asing harus menarik diri sepenuhnya dari Rusia dan industri teknologi Rusia harus terputus dari Barat," tegas dia lagi.

Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan sejumlah perusahaan lain memang diketahui telah menarik diri dari Rusia. Di antaranya McDonald's dan Starbucks.

2. Perang Rusia dan Ukraina sangat berdampak pada ekonomi Afrika

Presiden Ukraina Minta Sanksi Ekonomi ke Rusia Lebih Beratunsplash.com/Annie Spratt

Perekonomian negara-negara Afrika memburuk sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Harga bahan pokok seperti sereal dan bahan bakar dilaporkan semakin meningkat.

Diketahui, banyak negara Afrika bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk impor gandum, pupuk, atau minyak nabati. Beberapa negara yang tidak begitu ketergantungan impor dari kedua negara tersebut, bahkan secara tidak langsung, terkena imbas dari kenaikan harga komoditas utama dunia.

“Banyak negara di Afrika sudah mengalami krisis pangan. Kenaikan harga menambah penderitaan jutaan orang yang jatuh ke dalam kemiskinan oleh pandemik COVID-19, yang membutuhkan tindakan segera oleh pemerintah dan komunitas internasional,” kata Human Rights Watch, dalam laporannya.

Pemerintah dan donor bantuan kini harus memastikan akses pangan yang terjangkau di Afrika, dengan meningkatkan bantuan ekonomi serta upaya perlindungan sosial. Jika tidak, jutaan orang di seluruh benua Afrika mungkin mengalami kelaparan.

3. Beberapa negara Afrika abstain dalam resolusi PBB atas invasi Ukraina

Presiden Ukraina Minta Sanksi Ekonomi ke Rusia Lebih BeratOrang-orang menghadiri upacara penghormatan kepada para pembela Ukraina yang gugur, termasuk tentara yang tewas dalam pertempuran dengan pemberontak pro-Rusia di bandara Donetsk hari ini pada tahun 2015, di sebuah peringatan di dekat markas besar Kementerian Pertahanan di Kyiv, Ukraina, Kamis (20/1/2022). (ANTARA FOTO/Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS.)

Sementara itu, pada awal Maret, Senegal abstain dari pemungutan suara pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diadopsi secara luas untuk meminta Rusia menarik diri dari Ukraina.

Namun, beberapa minggu kemudian ia memilih mendukung resolusi lain yang menuntut Rusia menghentikan perang.

Hampir setengah dari negara-negara Afrika abstain atau tidak memberikan suara pada dua resolusi PBB tersebut.

Baca Juga: Menko Airlangga: Perang Rusia-Ukraina Berdampak pada Harga Mie

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya