Rodrigo Duterte Minta Putin Hentikan Invasi ke Ukraina

Duterte juga dicap sebagai pembunuh karena perang narkobanya

Jakarta, IDN Times - Presiden Filipina Rodrigo Duterte baru-baru ini mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasinya ke Ukraina. Namun, ia berdalih tidak mengutuk Putin.

Duterte yang secara terbuka menyebut Putin sebagai idola dan teman, menyuarakan teguran ini untuk pertama kalinya atas invasi Rusia ke Ukraina.

Ia menyesalkan akibat invasi Rusia, harga minyak global melonjak dan memukul sejumlah negara, termasuk Filipina.

Baca Juga: Vladimir Putin Dituduh Rekrut Ahli Bom Suriah untuk Hancurkan Ukraina

1. Tidak mengutuk Putin, hanya menegur

Rodrigo Duterte Minta Putin Hentikan Invasi ke UkrainaPresiden Filipina Rodrigo Duterte berbicara dalam sebuah konferensi pers pada 9 Februari 2021. (Facebook.com/Presidential Communications (Government of the Philippines))

Duterte mengklaim tidak mengutuk Putin, tapi hanya menegur sahabatnya itu, agar menghentikan invasi ke Ukraina yang telah berlangsung tiga bulan.

Sementara, Duterte juga pernah dicap sebagai pembunuh karena melakukan perang anti-narkoba. Duterte memerintahkan polisi membunuh mereka dengan menembak di tempat ketika kedapatan membawa narkoba.

“Saya membunuh pelaku kriminal, penjahat. Saya tidak membunuh anak-anak dan orang tua,” kata Duterte, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (24/5/2022).

2. Duterte mendesak Putin menghentikan pengeboman

Rodrigo Duterte Minta Putin Hentikan Invasi ke UkrainaPresiden Rusia Vladimir Putin memasukkan kertas suaranya di sebuah tempat pemungutan suara dalam pemilihan parlemen kota Moskow di Moskow, Rusia, pada 8 September 2019. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Duterte juga meminta Putin berhenti mengebom dan menembak peluru artileri ke daerah permukiman.

“Dan Rusia juga harus mengizinkan warga sipil yang tidak bersalah untuk mengungsi dengan aman sebelum melancarkan pengeboman,” ujar dia.

Duterte tak setuju dengan pelabelan Putin terhadap invasinya dengan menyebut “operasi militer khusus”, dan dia menegaskan perang tersebut adalah perang skala penuh yang dilancarkan melawan negara berdaulat.

Baca Juga: Diplomat Rusia di PBB Resign Usai Kritik Invasi Putin ke Ukraina

3. Duterte membunuh tersangka narkoba dan mengesampingkan HAM

Rodrigo Duterte Minta Putin Hentikan Invasi ke UkrainaPresiden Filipina, Rodrigo Duterte (ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro)

Duterte sempat mengatakan tidak akan pernah meminta maaf atas kematian terduga tersangka pengguna atau pengedar narkoba. Mereka meninggal dalam operasi "war on drugs", kebijakan melawan narkoba mendapat kecaman dari kelompok hak asasi manusia (HAM).

Data pemerintah menunjukkan ada lebih dari 6.200 tersangka narkoba tewas dalam operasi tersebut, sejak Duterte menjabat sebagai Presiden Filipina dari Juni 2016 hingga November 2021.

Dia bersumpah melindungi penegak hukum atas seluruh perbuatan yang mereka lakukan. Duterte bahkan mendorong aparat untuk melawan, ketika mereka menghadapi ancaman di tengah operasi.  

Pendekatan serupa juga Duterte terapkan untuk menumpas pemberontak komunis. Duterte siap pasang badan apabila ada aparat yang dipenjara atas nama pelanggaran HAM.

“Lupakan hak asasi manusia (HAM). Itu pesan saya. Saya bersedia masuk penjara, itu tidak masalah,” pungkas dia, kala itu.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya