Turki Keluarkan Travel Warning ke Eropa dan AS

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Turki mengeluarkan peringatan perjalanan atau travel warning bagi warganya yang ingin ke Eropa, pasca pembakaran Al-Qur’an oleh politikus Rasmus Paludan di Swedia dan Denmark, pekan lalu.
"Peringatan perjalanan ini mengingat kemungkinan ada serangan Islamofobia, xenofobia, dan rasisme," begitu pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Turki, dikutip DW, Selasa (31/1/2023).
Kemlu Turki juga meminta agar warganya yang sedang berada di luar negeri untuk menghindari daerah rawan unjuk rasa.
"Tindakan anti-Muslim dan anti-Turki baru-baru ini sangat berbahaya, intoleransi dan kebencian pada satu agama," lanjut pernyataan itu.
1. Peringatan perjalanan diberlakukan pula ke Amerika Serikat
Selain ke Eropa, Turki juga mengeluarkan peringatan perjalanan ke AS, yang disebutnya marak serangan verbal dan fisik terhadap orang asing. Tindakan rasisme, masih menurut Turki, juga marak dilakukan di seluruh AS.
Selain pembakaran Al-Qur’an, pemerintah Turki juga murka dengan adanya protes Kurdi di Swedia dan menyasar patung Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Turki yakin protes tersebut terkait Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa.
Baca Juga: Buntut Pembakaran Al-Qur'an, Kemlu Panggil Dubes Swedia untuk RI
2. Negara Nordik juga keluarkan travel advice untuk Turki
Travel advice atau saran perjalanan juga dikeluarkan oleh negara-negara Nordik untuk Turki yaitu Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia.
Keempat negara ini meminta warganya yang berada di Turki untuk menghindari wilayah protes di negara tersebut.
Sementara itu, warga Turki di Ankara dan Istanbul menggelar protes di Kedutaan Besar Swedia, terkait pembakaran Al-Qur’an oleh Paludan.
3. Swedia hentikan sementara proses masuk NATO
Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstrom, menyatakan proses permohonan negaranya untuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO telah dihentikan sementara waktu.
"Peristiwa selama beberapa pekan terakhir untuk sementara menyebabkan proses itu terhenti," kata Billstrom kepada surat kabar Expressen.
Namun, dia menyatakan pemerintah Swedia saat ini sedang menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk mempercepat proses tersebut.
Baca Juga: Massa Aksi Bela Al-Qur'an Serukan Boikot Produk Asal Swedia