Uni Eropa: China Mustahil Jadi Mediator Rusia-Ukraina

China dianggap terlalu condong ke Moskow

Jakarta, IDN Times - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan, China tak bisa menjadi mediator untuk perdamaian Rusia dan Ukraina. Namun, Beijing bisa menjadi fasilitator.

Hal ini disebabkan karena China terlalu condong ke Rusia. “China tidak membedakan antara agresor dan korban agresi,” kata Borrell, dikutip dari TVP World, Sabtu (1/4/2023).

Baca Juga: China Mau Pasok Senjata ke Rusia, Jerman: Ada Konsekuensinya!

1. China tak pernah mengutuk Rusia

Uni Eropa: China Mustahil Jadi Mediator Rusia-UkrainaANTARA FOTO/REUTERS/Evgenia Novozhenina

Selain itu, China juga tak pernah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan tidak pernah menyerukan agar Rusia menarik pasukannya dari Kiev.

“China seharusnya bisa menggunakan pengaruhnya kepada Rusia, menekan mereka agar bisa melakukan perdamaian di Ukraina,” ungkapnya.

Menurut Borrell, satu-satunya jalan damai untuk perang ini adalah rencana yang diajukan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, November 2022 lalu.

Salah satu permintaan Zelenskyy adalah pasukan Rusia segera keluar dari Ukraina dan mengembalikan status quo Ukraina sebelum pencaplokan Krimea pada 2014.

2. Spanyol desak China bicara dengan Ukraina

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, mendorong Presiden China Xi Jinping berbicara dengan Zelenskyy.

Hal itu untuk memahami soal proposal perdamaian Kiev guna membantu mengakhiri invasi Rusia.

Spanyol mendukung proposal perdamaian buatan Ukraina yang meminta seluruh wilayahnya dikembalikan, termasuk Krimea yang dicaplok oleh Rusia pada tahun 2014.

"Saya percaya itu adalah rencana yang meletakkan dasar untuk perdamaian yang tahan lama di Ukraina dan selaras dengan piagam PBB dan prinsip-prinsipnya, yang telah dilanggar oleh (Presiden Rusia Vladimir) Putin dengan invasinya," tegas Sanchez.

3. China juga usulkan 12 poin perdamaian Rusia-Ukraina

Uni Eropa: China Mustahil Jadi Mediator Rusia-UkrainaPresiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. twitter.com/KremlinRussia_E

Bulan lalu, Beijing mengajukan proposal perdamaian berisikan 12 poin terkait penyelesaian konflik Ukraina. Isinya termasuk meminta Moskow-Kiev untuk gencatan senjata. Namun, proposal itu menarik perhatian beberapa pejabat Uni Eropa (UE) di China.

Sebab, Rusia tidak dinyatakan sebagai agresor dalam konflik tersebut.

Meski demikian, Sanchez juga memuji isi proposal China yang menolak penggunaan senjata nuklir sebagai ancaman, dan penghormatannya terhadap integritas teritorial.

Baca Juga: China Anggap Konflik Rusia-Ukraina Lepas Kendali  

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya