Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga Myanmar

KTT 43 ASEAN akan digelar di Jakarta pada 5-7 September 2023

Jakarta, IDN Times - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN akan digelar di Jakarta pada Selasa-Kamis (5-7/9/2023). KTT tersebut akan mengakhiri satu tahun masa Indonesia di Keketuaan ASEAN 2023. 

Keketuaan ini menjadi sorotan dunia karena sebelumnya Indonesia sukses memimpin Presidensi G20 di tengah krisis global. 

Beberapa saat lalu, IDN Times sempat mewawancarai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, terkait fokus pemerintah sebagai Ketua ASEAN. Apa saja itu? Yuk simak wawancara lengkapnya di bawah ini!   

Baca Juga: Menlu Retno Buka Suara soal Langkah RI Atasi Isu Myanmar 

Mengambil tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, mengapa Indonesia mengambil tema itu? Dan apa prioritas Indonesia selama satu tahun ini?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarLogo keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. (Youtube Setpres RI)

Jadi tahun lalu, seperti tadi disampaikan, pada saat Presidensi G20, situasi dunia kan sulit sekali, tidak hanya sulit dari sisi politik, tapi juga dampak dari pandemik COVID-19 masih belum usai, dampak terhadap ekonominya, pemulihan ekonominya tidak secepat yang kita perkirakan, terus kemudian ada perang di Ukraina dan sebagainya.

Nah, latar belakang keketuaan Indonesia sebenarnya tidak jauh beda dari situasi dunia yang tahun lalu ada. Jadi dari tantangan eksternalnya more or less, sama. Karena rivalitas tinggi, perang belum selesai, pemulihan ekonomi bahkan proyeksi dari pertumbuhan ekonomi dunia juga semakin bleak.

Itu yang menjadikan Indonesia plus, kalo untuk ASEAN, tentunya ada tantangan internal yaitu mengenai masalah Myanmar. Nah, dengan situasi-situasi seperti itu kita menimbang dan memutuskan bahwa tema yang kita pilih adalah ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.

Saya ingin jelaskan sedikit, kenapa ASEAN Matters karena kita ingin menjadikan ASEAN ini tetap relevan, tetap penting, tidak hanya bagi rakyat ASEAN tetapi juga beyond dalam artian berarti bermanfaat bagi kawasan, bermanfaat bagi dunia.

Di bawah ASEAN Matters ini ada beberapa elemen yang penting. Pertama, pentingnya unity of ASEAN, kesatuan dari ASEAN. Karena kalau tidak ada unity berarti akan lebih sulit bagi ASEAN untuk tetap memainkan peran sentral. Peran sentral ini sangat penting untuk kawasan, karena apa? Rivalitas sangat tinggi. Dan kawasan Asia Tenggara tentunya tidak imune dari upaya atau dari pengaruh rivalitas ini.

Dan sejarah mengatakan bahwa in the last 50 years, ASEAN suka tidak suka, memegang peran yang sentral di dalam me-maintain peace and stabilty di kawasan. Jadi kita ingin sentralitas ini dapat terus diperankan oleh ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Dan di dalam ASEAN Matters ini juga kita tahu bahwa kita melihat ke dalam ASEAN, apakah ada kapasitas yang harus kita tingkatkan agar pada saat kita menghadapi tantangan, kita siap menghadapi tantangan-tantangan itu. Jadi itu satu bagian dari tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.

Bagian kedua mengenai Epicentrum of Growth-nya. Apa maksudnya Epicentrum of Growth? Presiden melihat bahwa, kita selalu melihat semua perjalanan dari sejarah. Oke. Di sejarah mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ASEAN itu selalu lebih tinggi dari dunia. Ini berarti kita punya aset, kita punya kekuatan di bidang ekonomi. Terus yang kedua, kita lihat penduduk ASEAN. Penduduk ASEAN sudah lebih dari 650 juta all together dan kalau kita lihat penduduk mudanya juga cukup kuat. Berbeda dengan penduduk komposisi demografi di banyak negara yang mengalami aging.

Di kita, itu productive age kita sangat kuat. Nah ini dua aset yang besar di bidang ekonomi demografi dan juga pertumbuhan ekonomi yang selalu di atas rata-rata dunia. Oleh karena itu, Presiden menginginkan atau mengharapkan agar Asia Tenggara ini tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.

Dan pusat pertumbuhan ekonomi dunia ini tidak mungkin ada kalau kawasan ini menjadi ajang rivalitas. Oleh karena itu, yang ASEAN Matters itu sebelumnya sebagai penopang pendukung dari Epicentrum of Growth.

Nah, pilar ketiganya di dalam keketuaan ini kita ingin mendorong implementasi dari ASEAN Outlook on the Indo Pacific. Jadi itulah penjelasan besarnya kenapa kita memilih tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, itu sudah dengan pertimbangan yang masak, diotak atik di sana sini, melihat situasi dunia, melihat di dalam dan sebagainya, akhirnya keputusan itu saya kira sangat pas dengan situasi saat ini.

Menyebut soal ASEAN Matters, salah satu prioritas Indonesia adalah memperkuat institusi dan efektivitas ASEAN itu sendiri. Apa yang ingin Indonesia perbaiki atau mungkin memperkuat ASEAN seperti apa ke depannya?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarPara Menlu ASEAN memakai batik di pertemuan AMM Retreat. (IDN Times/Sonya Michaella)

Jadi kita akan lihat banyak hal, makanya ini perlu sebuah, apa ya, keterusterangan. Karena kalau kita, kan kadang-kadang kita sulit untuk melihat apa sih kekurangan kita selama ini. Nah, kita melihat bahwa di sana sini ada hal, selalu ada hal yang harus diperbaiki.

Nah oleh karena itu, ASEAN itu sudah memutuskan untuk membentuk apa yang dinamakan High Level Task Force. Jadi, Task Force yang diisi pada tingkat yang tinggi yang dulu dipegang oleh Pak Wamen, Pak Mahendra Siregar dari Indonesia dan kita meng-co chair, kita menjadi co chair dengan Malaysia. Nah sekarang karena Pak Mahendra sudah menjadi Ketua OJK, maka dari Indonesia yang memimpin adalah Pak Dubes Triansyah Djani. Beliau adalah dulu Sherpa untuk G20.

Jadi kita turunkan dewanya Kemlu untuk mengawaki proses kerja dari HLTF itu, High Level Task Force. Beberapa hal yang ingin kita lihat bersama adalah misalnya penguatan proses pengambilan keputusan agar lebih responsif. Kemudian kita juga ingin melihat apakah penting dilakukan penguatan kelembagaan dan organ-organ ASEAN. Kemudian sinergi di antara mekanisme-mekanisme ASEAN yang ada.

Terus kalau kita sampaikan bahwa ini kita perlu sentralitas dan sebagainya, kita juga harus fair untuk melihat apakah dengan tantangan yang kita hadapi, dengan perang yang ingin kita mainkan, apakah sudah cukup kita ter-back up dengan masalah pendanaan. Jadi itu semuanya homework yang kita lihat satu-per satu, dilakukan oleh HLTF. HLTF nanti akan melakukan laporan kepada leaders, untuk nantinya saat akhir keketuaan Indonesia ada beberapa hal yang dihasilkan dari HLTF itu.

Rivalitas di kawasan kita ini menjadi salah satu tantangan ASEAN. Bagaimana Indonesia, sebagai ketua ASEAN, merangkul semua anggota ASEAN untuk menurunkan tensi para rivalitas ini?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarMenteri Luar Negeri RI Retno Marsudi perkenalkan logo keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. (dok. Kemlu RI)

Sebenarnya rivalitas itu sesuatu yang tidak bisa dihindari ya. Kompetisi, rivalitas. Kita sekolah aja kan ada kompetisi. Tetapi yang menjadi concern kita dan yang menjadi pesan kita selalu adalah oke kamu berkompetisi itu udah something yang enggak bisa dihindarkan, tapi manage your rivalries and competition. Jangan sampai kemudian tidak ter-manage sehingga menjadi konflik terbuka. Once konflik terbuka terjadi, konflik terbuka itu berarti perang, once perang terjadi, maka kita tidak pernah tahu kapan dia bisa selesai.

Contohnya Ukraina. Tidak ada yang mungkin pada saat mau terjadi, mulai terjadinya perang itu yang memperkirakan perang itu akan terjadi berlama-lama, satu tahun sudah per detik ini. Dan kita belum melihat juga kapan ini akan bisa selesai. Dan costnya, risiko dan dampak yang harus dirasakan oleh dunia, luar biasa. Nah oleh karena itu, kita selalu, pesan kita adalah jangan sampai rivalitas, kompetisi ini kemudian menjadi open conflict atau perang.

Oleh karena itu sebenarnya pada saat Indonesia menginisiasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific, sebenarnya dengan latar belakang pemikiran seperti itu. Bahwa kita lihat Asia Tenggara ada di tengah-tengah kawasan Indo Pasifik. Banyak negara yang sudah punya konsep Indo Pasifik. Sebagian besar konsepnya mereka mengambil pendekatan lebih banyak kepada security. Pada saat bicara soal security, ada tendensi untuk melakukan containment. Kemudian kita melihat, kita enggak bisa kalau saling meng-contain seperti itu nanti akhirnya bisa terjadi instabilitas, paling tidak.

Oleh karena itu, Indonesia menginisiasi ASEAN Outlook on the Indo Pacific, yang salah satu ruhnya, ruh yang paling tebal adalah inklusivity. Dalam artian, kalau kita mau melihat Indo Pasifik itu damai dan stabil, mari kita bekerja sama secara inklusif, secara semua. Dan yang ditonjolkan, kalau yang lain lebih menekankan pada aspek security, maka ASEAN menonjolkan atau menebalkan mengutamakan aspek kerja sama yang konkret. Jadi kerja sama konkret yang sifatnya inklusif, itu adalah ruh besar dari ASEAN Outlook on the Indo Pacific yang tujuannya adalah untuk menurunkan tensi agar tensi turun.

Isu Myanmar ini menjadi satu tantangan yang cukup besar di ASEAN. Bicara soal Special Envoy. Special Envoy ini mengikuti satu tahun keketuaan negara anggota ASEAN, untuk Special Envoy dari Indonesia, sudah disebut ada Office of Special Envoy, ini seperti apa mekanismenya?

https://www.youtube.com/embed/TEZ4jI4gqTg

Jadi, memang Five Point of Consensus mengatakan mengenai Special Envoy ini adalah Special Envoy of the Chair, yang berarti satu tahun. Tetapi bukan berarti satu tahun putus tidak ada sambungannya, kemudian mulai baru lagi, putus. Enggak. Karena misalnya, pada saat keketuaan Kamboja dan akhir keketuaan Kamboja, saya menerima handover, handover dari semua catatan apa yang sudah dilakukan Special Envoy di masa keketuaan Kamboja.

Jadi, saya tahu semuanya apa yang dilakukan saya tahu. Tanpa handover pun saya tahu, karena kan selalu diajak bicara kan. Nah itu memudahkan kita untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan chair-chair sebelumnnya untuk menangani masalah Myanmar ini. Dan sebenarnya kita lebih mudah karena dipandu oleh elemen-elemen Five Point of Consensus. Di situ ada humanitarian assistance, ada mengenai masalah engagement dengan all stakeholders, di situ ada elemen mengenai fasilitasi untuk inklusif dialog. Jadi kita lihat saja elemennya apa yang sudah dilakukan mana yang harus kita teruskan, di mana yang masih ada gap kita tambah dan sebagainya. Jadi sekali lagi, walaupun satu tahun tetapi bukan berarti putus. Putus per satu tahun, tidak. Itu ada continuity-nya.

Saya mengatakan ada Office of Special Envoy. Kenapa ada Office of Special Envoy? Ini untuk memudahkan pergerakan. Karena kalau Special Envoy-nya langsung hanya satu orang, menteri luar negeri misalnya, seperti yang dilakukan sebelum-sebelumnya, saya khawatir, pergerakan menjadi terbatas. Terbatas dari segi waktu, dan terbatas dari segi macam-macamnya. Karena kan piring yang ada di depan menteri luar negeri ini banyak banget nih yang harus ditangani di saat yang sama. Tapi kalau ada dedicated office dari Special Envoy yang menangani masalah Myanmar, maka katakanlah jika saya sedang sibuk, ini akan jalan terus. Dan ini sudah berjalan cukup banyak.

Memang dari awal saya mengatakan bahwa pendekatan yang kita lakukan paling tidak di awal proses adalah tidak menggunakan megafon diplomacy. Kita ingin pelan-pelan dan tidak dengan menggunakan megafon diplomacy meng-engage semua pihak. At least, sebagian besar pihak. Karena tanpa engagement semua pihak, kita tidak bisa mendengarkan posisi mereka masing-masing.

Kan Five Point of Consensus mengatakan memfasilitasi. Fasilitasi ini kan berarti kita harus mendengarkan semua dulu, kemudian apa yang bisa kita fasilitasi. Kayak bangun jembatan. Bangun jembatan kan kita harus ngerti nih, ini gapnya berapa panjang ya berapa meter ya, di sini kondisi tanahnya seperti apa, di sisi sini kondisi tanahnya seperti apa, supaya jembatan yang kita akan berusaha bangun itu pada saat dipasang kemudian ternyata lebih pendek, lebih panjang atau tidak sesuai dengan kontur tanah.

Jadi sekarang kita sudah melakukan engagement dengan most sebagian besar stakeholders, kita sudah berjalan sebenarnya cukup panjang, cukup banyak, kita sudah mendengarkan. Memang tidak muncul di media, di publik, memang kadang-kadang di dalam dunia seperti kita ini, seperti diplomasi ini, kadang-kadang ada saatnya kita muncul, ada saatnya kita harus tidak muncul demi tujuan yang lebih bagus, yang menguntungkan semua pihak.

Seperti waktu G20, G20 kan kita tidak banyak bicara pada saat negosiasi terjadi. Karena semua orang tidak ingin posisinya direveal di publik. Jadi kita diam tapi kita terus berbicara dengan mereka. Tiba-tiba, at the end, kita kemudian bicara ini loh hasilnya. Kurang lebih akan seperti itu. Tapi yang ingin saya yakinkan adalah bahwa kita sedang bekerja keras untuk mencoba agar dapat atau jalan menuju inklusive dialog itu mulai kita bangun, mulai kita buka.

Dan di situ lah perlu trust di antara mereka terutama, perlu trust dan kita sekali lagi tugas kita adalah memfasilitasi. Karena isu ini adalah isunya Myanmar, maka yang dapat menyelesaikan adalah bangsa Myanmar sendiri. ASEAN sebagai keluarga, kita membantu dan tentunya dari waktu ke waktu, kita akan lihat dan kita juga harus laporkan hasil kerja kita ke para pemimpin ASEAN.

Di ASEAN Foreign Minister Retreat yang baru saja digelar di Jakarta awal Februari, kursi Myanmar masih kosong. Apakah selama keketuaan Indonesia nanti, Indonesia menggelar pertemuan ASEAN, kursi itu akan tetap dibiarkan kosong?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarKursi Myanmar kosong di AMM Retreat 2023. (IDN Times/Sonya Michaella)

Kita kan harus menghormati keputusan-keputusan para pemimpin ASEAN. Jadi keputusan para pemimpin ASEAN di Phnom Penh, November (2022) mengatakan bahwa kita akan terus memonitor situasi di Myanmar selama tidak ada significance progress, kemajuan yang signifikan untuk implementasi dari Five Point of Consensus maka non political representation dari Myanmar yang diperkenankan untuk ikut di dalam KTT dan juga pertemuan tingkat menteri luar negeri. Yang artinya bahwa untuk KTT dan pertemuan tingkat menteri luar negeri Myanmar silakan diwakili tetapi tidak pada political level.

Political level itu biasany artinya menteri ke atas. Tetapi kalau mereka mau mengirimkan dan mereka sebagai negara anggota, mereka diundang. Tetapi tidak pada political representation, khusus untuk KTT dan pertemuan tingkat menteri luar negeri.

Bahwasanya mereka memutuskan untuk tidak mengirim, itu adalah haknya mereka. Tetapi kita mengundang dia sebagai negara anggota dan jelas untuk KTT, sekali lagi, untuk KTT dan pertemuan menteri luar negeri yang diundang adalah non political representation sesuai dengan keputusan para leaders ASEAN.

Dan ini tentunya sekali lagi kita fair kok, kita akan melihat dari waktu ke waktu progres implementasi Five Point of Consensus itu akan seperti apa. Kalau memang ada progresnya, maju dengan baik dan sebagainya, itu pasti akan ditinjau kembali.

Tadi Anda bilang, Office of Special Envoy sudah bergerak, sudah melakukan dialog, sudah bergerak banyak sekali, apakah Indonesia sudah berkomunikasi dengan NUG?

Sudah. Kan dengan major stakeholders, dengan semua stakeholders, dan tentunya NUG (National Unity of Goverment) salah satunya. 

Kemarin di AMM Retreat, bersejarah, untuk pertama kalinya Timor Leste duduk di pertemuan tingkat menteri ASEAN, tapi saat itu masih sebagai observer. Lalu bagaimana prosesnya dan kapan Timor Leste sah menjadi anggota ASEAN?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarMenlu Retno Marsudi menerima kunjungan Menlu Timor LesteAdaljiza Albertina Xavier Reis Magno. (dok. Kemlu RI)

Jadi kan pada saat KTT di Phnom Penh, keputusannya adalah secara prinsip menerima Timor Leste sebagai anggota ASEAN dengan status sebagai observer. Pertanyaannya kapan dia akan menjadi full member, antara.. secara prinsip menjadi anggota dengan status observer sampai menjadi anggota penuh itu ada roadmap.

Hal-hal yang memang harus dilakukan dan roadmap ini akan dibuat berdasarkan milestone yang ada atau hasil dari fact finding team yang dibentuk ASEAN Secretariat. Jadi, ini adalah bukan proses yang hanya terjadi satu malam, sudah bertahun-tahun, terus ada tim dari ASEAN Secretariat untuk mengakses kesiapan Timor Leste menjadi anggota ASEAN.

Banyak sekali karena kita kan ada tiga pilar kan ASEAN, pilar polkam, pilar ekonomi, pilar sosial budaya. Nah masing-masing me-report oh sejauh ini sudah terpenuhi, sejauh ini belum dan sebagainya. Nah report ini kemudian akan diambil, dituangkan ke dalam roadmap.

Kalau pertanyaannya adalah kapan akan menjadi full member, akan sangat tergantung kapan kesiapan Timor Leste memenuhi roadmap ini. Dan roadmap ini sekarang sedang dikerjakan dan mudah-mudahan selama keketuaan Indonesia ini, roadmap sudah jadi, supaya apa namanya upaya untuk memenuhi roadmap ini bisa juga dipercepat.

Indonesia menggelar dua kali KTT ASEAN, Mei dan September. Untuk yang Mei, bagaimana kesiapan Indonesia untuk menggelar KTT yang pertama dan sudah pasti di Labuan Bajo?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarThe Luxury Collection di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (IDN Times/Istimewa)

Insya Allah. Insya Allah di Labuan Bajo. Makanya saya dengan beberapa menteri terkait, jadi kan biasanya KTT itu ada dua persiapan besar ya. Satu persiapan substansi, jalan terus dan sekali lagi kita sudah menurunkan dewa-dewanya Kemlu semua untuk membantu proses penyiapan substansi, seperti waktu G20, semua dewa-dewanya Kemlu diturunkan untuk ngeroyoklah, untuk bersama-sama nanganin substansi. Jadi enaknya di Kemlu itu, kalau ada gawe besar itu, sekat itu gak ada. Sekat itu semua dibuang, ayo kita keroyokan semuanya terjun supaya misi kita berhasil.

Jadi, satu substansi, satu yang berkaitan dengan non substansi itu biasanya logistik dan sebagainya.

Nah, substansi tadi saya sampaikan sudah jalan terus. Di bagian logistik ini saya sudah tiga kali kalau tidak salah ya bolak-balik ke Labuan Bajo untuk melihat persiapan infrastruktur dan sebagainya, dan sebagainya, kita terus persiapkan logistiknya dan sebagainya.

Dan kita juga ingin menunjukkan sebenarnya kenapa Labuan Bajo, karena Indonesia ini kan luas ya, Indonesia itu cantik. Jadi ada baiknya juga tamu-tamu kita ini kita bawa untuk melihat bagian lain dari Indonesia yang tidak kalah cantiknya dengan bagian-bagian lainnya. Tapi memang punya karakter masing-masing. Nah kita ajak, kita tunjukkan, ini loh karakteristik dari Labuan Bajo, yang memang indah. Kita masih punya waktu sekitar tiga bulan untuk terus mempersiapkan Labuan Bajo menjadi tuan rumah dari KTT 42 ASEAN.

Jadi dua kali, KTT 42 dan KTT 43. KTT 43 akan di bulan September.

Lokasi KTT yang bulan September di mana?

Menlu Retno Blak-blakan soal ASEAN hingga MyanmarIlustrasi ASEAN. (IDN Times/Sonya Michaella)

Tempatnya kemungkinan besar akan di Jakarta. Karena KTT yang kedua, yang September itu memang besar. Tidak hanya para leaders ASEAN tapi ASEAN plus. Jadi kalau kita hitung, ASEAN kan 10, tamu kita itu.. in total itu ada sekitar 30 an negara. Jadi more or less jadi sama kayak G20. Jadi itu lebih besar sehingga dukungan infrastrukturnya harus lebih besar

Topik:

  • Anata Siregar
  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya