[WANSUS] Musim Haji, Ini Imbauan KJRI Jeddah untuk Calon Jamaah

Ambassador's Talk dengan Konjen RI di Jeddah

Jakarta, IDN Times - Musim haji segera dimulai. Berbagai persiapan pun sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, termasuk perwakilan di Arab Saudi yaitu KJRI Jeddah dan KBRI Riyadh.

Indonesia sendiri mendapat kuota haji seperti semula yaitu 221 ribu jamaah. Kuota ini terdiri atas jamaah haji reguler 203.320 jamaah, jamaah khusus 17.680 dan petugas haji 4.200 orang.

Pendaftaran seleksi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji 2023 juga sudah dibuka per 6 Januari 2023 kemarin.

Lantas, bagaimana persiapan perwakilan Indonesia di Jeddah untuk menyambut para calon jamaah haji nanti? Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Konsul Jenderal RI di Jeddah, Eko Hartono dalam program Ambassador’s Talk.

Baca Juga: Cerita Jemaah Haji: Dulu Itu Haji Kelaparan, Sekarang Kekenyangan

1. Apa persiapan KJRI Jeddah untuk menyambut musim haji, terutama untuk para jamaah dari Indonesia? Benarkah bahwa Indonesia mendapat kuota 221 ribu jamaah haji?

[WANSUS] Musim Haji, Ini Imbauan KJRI Jeddah untuk Calon JamaahPertemuan OKI di Jeddah (dok. KJRI Jeddah)

Benar, tetapi bukan lebih besar. Tahun 2019 juga sama, kita dapat 221 ribu. Jadi ini kuota resmi hasil kesepakatan Organisasi Kerjasama Islam atau OKI. Tapi, dulu pernah tahun 2018 itu kita dapat perolehan tambahan 10 ribu, tapi tahun breikutnya normal lagi jadi 221 ribu.

Nah, setelah pandemik COVID-19 membaik, situasi kesehatan di dunia juga membaik, Arab Saudi mulai memperbolehkan jamaah haji internasional kali ini. Kalau kemarin masih interna saja. Dan saat pandemik juga kita hanya dapat kuota 100 ribu-an.

Untuk persiapan, kita sudah melakukan berbagai persiapan organisasi, kerja sama dengan teman-teman di pusat terutama dengan Kemenag. Menag juga sudah turun langsung aktif memberikan arahan dan negosiasi dengan Menlu Arab saudi soal persiapan haji.

Intinya, yang paling penting kita sampaikan ke Saudi, berapa kuotanya, karena dampaknya ke mana-mana. Misalnya biaya masyair itu kan lima hari selama menjalankan haji, tempatnya di Arafah, Musdalifah dan Mina, inti dari haji kan di situ, mencari batu di musdalifah melempar jumroh. Nah lima hari inilah yang inti dari haji. Di situ kita nego karena lima hari itu sangat krusial untuk menentukan berapa biaya untuk pelaksanaan haji.

Lalu, kita ingin melihat kembali apakah ada kebijakan-kebijakan baru Saudi terkait haji ini. Mengenai persiapan, sudah langsung oleh Menag. Pada 9 Januari 2023 itu kita sudah deal dengan Saudi soal persiapan. Tim Kemenag juga sudah datang ke sini, kita juga sudah atur akomodasi, transportasi, dan katering.

2. Untuk kondisi COVID-19 di sana bagaimana?

COVID-19 di Saudi, setahun terakhir ini sudah landai. Informasi yang kami perolah kematian hanya satu kasus. Kalau sakit memang sudah tidak ada karantina, isoman.

Boleh dikatakan orang sudah melupakan COVID-19. Sudah jarang yang pakai masker. Walaupun jamaah umroh datang dari mana-mana, Indonesia juga, tapi tingkat penyebaran COVID-19 juga tidak naik dan semua tertangani dengan baik.

Baca Juga: Ini Perbedaan Tarif dan Layanan Mewah Haji Furoda dan Haji Plus 

3. Imbauan apa dari KJRI untuk para jemaah haji Indonesia mempersiapkan ibadah nanti?

[WANSUS] Musim Haji, Ini Imbauan KJRI Jeddah untuk Calon JamaahSuasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Musim haji ini bulan Mei akhir ya dimulai, itu sudah musim panas di sini. Walaupun tidak seperti tahun lalu itu panasnya 48-49 derajat Celcius, mungkin tahun ini 47 derajat lah. Tapi memang di sinikering, jadi bukan lembap. Nah karena kering ini jadi kita tidak berkeringat, maka kita harus jaga tubuh kita supaya terus terhidrasi. Banyak minum, makan buah-buahan.

Yang kedua, kadang jamaah kita ini terlalu bersemangat ibadah sunnah. Ini yg sering dilakukan jamaah kita. Banyak yang mendarat di Madinah, salat 40 kali di Masjid Nabawi selama 9 hari. Mungkin karena pertama kali menjalankan ibadah itu, pertama kali datang ke Tanah Suci jadi semangat. Padahal itu baru pemanasan, belum ibadah inti. Akibatnya, banyak jamaah yang kecapekan dan sakit sebelum ibadah hajinya sendiri.

Datang di Mekkah juga, semangat. Ibadah-ibadah sebelum ibadah haji jadi pas intinya malah capek dan sakit. Nah, sebenarnya kita harus fokus dalam ibadah hajinya yang 5 hari itu.

Yang ketiga jangan melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan pemerintah Saudi. Ada beberapa hal yang di Indonesia boleh tapi di Saudi dilarang. Contohnya, foto ramai-ramai pakai spanduk misalnya organisasi agama, spanduk travel apalagi partai politik. Dalam kasus ini, sempat ada beberapa yang ditangkap.

Jadi, tidak boleh ambil foto sembararangan juga. Seragam, foto jemaah lain juga. Foto petugas keamanan atau obyek-obyek vital, misalnya guest house Raja di sebelah masjid. Lalu jangan sembarangan ambil-ambil foto. Pernah ada jamaah haji kita ditangkap polisi karena mengambil foto guest house Raja itu. Curi-curi foto jamaah negara lain juga tidak boleh

Lalu, jamaah kita ini suka semua barang dibawa, tas penuh berat jadi capek. Suasana sudah panas, harus jalan kaki, bawaan banyak jadi capek duluan.

Imbauan kami, bawa barang-barang yang diperlukan saja. Botol minum juga bawa saja karena pasti ada layanan minum di sana.

4. Soal biaya haji naik jadi Rp69 juta, ini bagaimana tanggapan KJRI? Apakah kenaikan biaya itu ditentukan dari Saudi?

Jadi, ini kan belum final ya masih dibahas dengan DPR. Menag mengusulkan ke DPR agar biaya itu naik. Saya tidak akan menyentuh hasil finalnya, tapi yang ingin saya sampaikan adalah biaya haji yang ditanggung selama ini, setelah dibentuknya Badan Pengelola Keuangan Haji, biaya itu Rp75 juta-an dan separuh ditanggung BPKH, separuh ditanggung jamaah 35 jutaan.

Waktu 2019 juta segitu. Nah sekarang setelah Saudi menaikkan beberapa komponen barang karena naiknya PPN jadi semua harga juga ikut naik. Saudi menaikkan PPN ini tiga kali lipat, dari 5 persen jadi 15 persen. Tentu ini efeknya kenaikan harga di mana-mana, makanan, transportasi, akomodasinya juga.

Terbukti saat haji mulai 2020 saat hanya untuk domestik, waktu 2021, kami pernah ikut juga itu minimal Rp50 juta hanya lima hari, itu paling murah. Tahun 2022 kemarin, naik jadi 6 ribu Riyal untuk masyair. Kalau kita berhaji dari Indonesia, tidak mungkin cuma lima hari, rata-rata 25 hari bahkan ada yang 40 hari. Bayangkan kenaikan dari jumlah masyair plus sekian hari, dihitung biaya haji itu RP98 jutaan sebenarnya. Lalu apa yang terjadi di 2021?
Biaya haji juga sudah sama, Rp98 juta, kita sudah sepakat untuk memberangkatkan haji dan mepet waktunya, jadi ditalangi BPKH Rp1,5 T. Nah, kalau menalangi terus, lama-lama BPKH bisa kehabisan dana. Concern ini yang dipikirkan maka pemerintah coba untuk menaikkan. Jika tidak, nanti jamaah yang lain, anak-anak kita yang masih mengantre akan membayar penuh berapapun biaya itu.

5. Kita pindah ke isu PMI. PMI paling banyak ini kan di Saudi. Di Jeddah sendiri ada berapa? Dan rata-rata mereka bekerja di mana?

[WANSUS] Musim Haji, Ini Imbauan KJRI Jeddah untuk Calon Jamaahilustrasi TKI (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

KJRI Jeddah membawahi 4 provinsi yaitu Mekkah, Medinah, Tabuk dan Ashir. Di keempat provinsi ini jumlah PMI kita perkiraan ada 500 ribu orang. Kebanyakan di Mekkah, Madinah dan Jeddah.

Memang, rata-rata mereka bekerja di unskilled labour, seperti jadi ART, sopir. Tapi ada yang jadi pengusaha tapi sedikit. Yang kerja di perusahaan, pabrik juga ada. Yang jadi tukang kebun juga ada.

 

Baca Juga: KPK: Biaya Haji Harus Naik atau Rugikan Jemaah yang Belum Berangkat

6. Apakah KJRI Jeddah masih terima laporan PMI bermasalah?

Masih banyak. Kalau sekarang masuknya ilegal dari umroh. Mereka pakai visa ziarah, visanya legal tapi tidak melaksanakan ketentuan dari visa itu. Ziarah kan tidak boleh kerja. Kami masih menerima banyak sekali masalah-masalah soal PMI.

Jadi mereka malah overstayer, kerja tidak sesuai yang dijanjikan perekrut, gaji tidak dibayar, atau mungkin sakit dan tidak pernah pulang ke Indonesia. Ini masalah-masalah yang masih sering dihadapi.

7. Seperti apa KJRI mengantisipasi gelombang-gelombang kedatangan PMI ilegal?

Pertama, saya jelaskan untuk yang legal itu waktu datang pun itu ada welcoming program. Isinya kita berikan pengetahuan selama berada di Saudi. Kita beda budaya, kebiasaan, cara melayani orang, dan bagaimana kesadaran serta pentingnya mereka mengetahui haknya, berapa gajinya.

Karena saya banyak menemui dari PMI ini banyak yang tidak tahu digaji berapa. Bedanya, kalau legal pasti sudah jelas ada kontraknya, jelas penempatan di mana dan jam kerjanya. Masalah PMI legal itu kadang hanya soal jam kerja. Karena di kontrak cuma 8 jam tau-tau disuruh kerja 10 jam dan lebihnya tidak dibayar.

Yang ilegal bagaimana? Nah, kita tidak henti-hentinya mengimbau WNI yang ingin bekerja di Saudi itu jangan datang dengan visa ziarah. Begitu datang dengan visa ziarah, sudah pasti akan mendatangkan masalah di kemudian hari. Karena ilegal, jadi diperlakukan seenaknya, karena tidak ada proteksi juga.

Saya sama sekali tidak menghendaki para PMI ini datang tidak melalui jalur legal. Jadi mohon tunggu juga, kita sedang menata kembali untuk mencoba membuka moratorium penempatan PMI di sini.

Pesan saya untuk para calon PMI, jangan termakan bujuk rayu calo yang menjanjikan hal-hal manis dan jangan pernah berangkat bekerja menggunakan visa ziarah.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya