Imbas Krisis Energi, Jerman Akan Naikkan Harga Gas

Jerman juga berencana beralih ke batu bara

Tangerang Selatan, IDN Times - Kementerian Ekonomi Jerman mengumumkan bahwa kondisi negaranya memasuki fase kedua darurat energi. Jerman berisiko kekurangan gas dalam jangka waktu yang panjang.

Kondisi itu imbas Rusia yang mengurangi suplai pengiriman gas. Sebelumnya, Jerman telah berada dalam fase pertama dari rencana daruratnya sejak akhir Maret. 

Fase kedua darurat energi ini memungkinkan perusahaan utilitas untuk memberikan harga gas yang tinggi kepada pelanggan. Dengan begitu, permintaan untuk stok gas akan menurun.

1. Pengumuman krisis energi akibat minimnya kiriman gas dari Rusia  

Kementerian Ekonomi dan Energi, Robert Habeck, mengatakan bahwa alasan peringatan itu adalah pengurangan kiriman gas dari Rusia sejak 14 Juni lalu.

Apabila pengiriman tersebut masih dibawah level rendah 40 persen, maka target Jerman untuk mencapai stok penyimpanan sebesar 90 persen sampai Desember tidak akan tercapai. 

“Tidak ada gunanya berpura-pura, pembatasan pengiriman gas sama dengan serangan ekonomi terhadap kami oleh Putin. Strategi Putin secara terang-terangan membangkitkan rasa tidak aman, menaikkan harga, dan mengganggu masyarakat kita," kata Habeck.

“Meski belum terasa, kita sedang dalam krisis gas. Mulai sekarang, gas akan menjadi barang langka," sambung dia. 

Dilansir reuters, pada rencana fase kedua, Berlin akan menyediakan pinjaman kredit sebesar 15,76 miliar euro untuk memenuhi fasilitas penyimpanan gas pada musim panas ini, dan meluncurkan model lelang gas untuk mendorong pengguna industri dalam menghemat gas. 

Baca Juga: Imbas Rusia Potong Pasokan Gas, Jerman Mulai Beralih ke Batu Bara

2. Krisis terjadi karena Jerman terlalu bergantung pada gas Rusia  

Hebeck juga mengatakan, krisis energi saat ini merupakan imbas dari pemerintahan jerman sebelumnya, yang terlalu bergantung pada gas Rusia dan tidak mencari alternatif sumber lain.

“Hal itu (darurat energi) kembali menghantui kita, dan harus diatasi secepat mungkin,” ujar Habeck.

Sampai saat ini, Jerman berusaha secepat mungkin untuk mengisi ketersediaan gas sebelum memasuki musim dingin. Hal itu dilakukan untuk menghadapi kemungkinan embargo dari Eropa atau Moskow yang berpotensi memutus penuh suplai gas. 

3. Rencana Jerman beralih ke batu bara

Sempat bertentangan dengan visi-misi dari partai hijau, pemerintah Jerman berencana untuk membangun dua terminal gas alam cair terbaru di daerah pantai utara. Hal itu untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara.

“Jika rencananya berhasil, unit penyimpanan akan penuh pada musim dingin. Ada tingkat tertentu harapan bahwa kita dapat mengelola ini. Tapi jangan salah, kita belum sampai, stok gas baru 60 persen,” kata Habeck.

Dilansir The Guardian, pada 14 Juni, Gazprom mengumumkan akan mengurangi pengiriman gas melalui pipa Nord Stream sebesar 40 persen. Alasan Gazprom yaitu perbaikan teknis dari suku cadang pipa oleh perusahaan Siemens milik Jerman. Namun, Habeck berpendapat bahwa alasan tersebut dibuat-buat.

Habeck memanggil para pemimpin industri Jerman ketika pengumuman rencana darurat dilakukan. Ia juga mengingatkan bahwa tiap perusahaan besar bisa saja kekurangan gas secara berbulan-bulan untuk musim dingin mendatang.

Baca Juga: Mengenal Panzerhaubitze 2000, Artileri Jerman yang Dikirim ke Ukraina

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya