Imbas Perang Rusia-Ukraina, IMF Peringatkan Ancaman Resesi Global 2023

AS akui tengah hadapi ketidakpastian ekonomi global

Tangerang Selatan, IDN Times - Dana Moneter Internasional (IMF), pada Kamis (6/10/2022), memperingatkan risiko resesi yang lebih tinggi pada 2023. Perang Rusia-Ukraina membuat proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi global menjadi berubah drastis.

Sebagai informasi, perang di Ukraina telah menaikkan harga pangan dan energi secara global. Rusia merupakan pemasok energi dan pupuk global terbesar, dan konflik di wilayah itu membuat pasokan pangan serta energi menjadi terganggu.

Pandemik COVID-19, meningkatnya inflasi dan, memburuknya kondisi iklim juga berdampak pada ekonomi dunia. Meningkatnya utang oleh negara-negara berpenghasilan rendah juga memperburuk krisis lainnya.

1. Untuk ketiga kalinya, IMF turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global  

Di depan audiens di Universitas Georgetown, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Geogieva mengatakan, risiko terhadap resesi kemungkinan meningkat dan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. 

Untuk ketiga kalinya, lembaga tersebut menurunkan proyeksi pertumbuhan global. Kali ini, IMF mengharapkan angka 3,2 persen untuk 2022 dan 2,9 persen untuk 2023.

Berubahnya proyeksi IMF dimulai ketika bank sentral di seluruh dunia menaikan suku bunga, untuk menjinakkan dampak inflasi. The Fed Amerika Serikat (AS) jadi paling agresif dalam menaikan suku bunganya, disusul bank sentral dari Asia dan Inggris.

"Pengetatan kebijakan moneter terlalu banyak dan terlalu cepat, dan melakukannya secara tersinkronisasi di seluruh negara, dapat mendorong banyak ekonomi ke dalam resesi yang berkepanjangan," ujar Georgieva, dikutip dari AP.

Baca Juga: Megawati Klaim Utang Indonesia ke IMF Lunas Saat Dia Jadi Presiden

2. AS akui tengah hadapi ketidakpastian ekonomi global  

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memilih fokus terhadap solusi bagaimana AS dan sekutunya mampu berkontribusi untuk melakukan investasi jangka panjang bagi ekonomi global.

Yellen menyerukan solusi kebijakan yang ambisius, mengatakan bahwa “ekonomi global menghadapi ketidakpastian yang signifikan”.

Dirinya terlihat enggan menggunakan kata resesi, dikutip dari France 24.

Maurice Obstfeld, ekonom di University of California, mencatat bahwa pengetatan yang terlalu banyak oleh The Fed dapat mendorong ekonomi ke dalam kontraksi keras yang tidak diperlukan.

Banyak negara telah melihat dampak besar dari invasi Ukraina terhadap ekonomi mereka. Proyeksi suram IMF sejalan dengan perkiraan lain untuk penurunan pertumbuhan.

Pidato Georgieva dan Yellen itu muncul jelang pertemuan tahunan IMF yang terdiri dari 190 negara, termasuk Bank Dunia yang bertujuan untuk mengatasi risiko terhadap ekonomi global.

3. AS tegaskan tidak akan mundur untuk hadapi ketidakpastian ekonomi global  

Karena banyak negara berkembang tengah menghadapi semua tantangan secara bersamaan, seperti utang, kelaparan dan biaya yang meledak, Yellen mengatakan bahwa ini bukan saatnya bagi AS untuk mundur.

Pekan lalu, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan, ekonomi global akan kehilangan 2,9 triliun dolar AS (sekitar Rp44 kuadriliun) pada 2023 karena perang.

Proyeksi tersebut muncul setelah aliansi OPEC+ pada Rabu, sepakat untuk memangkas produksi minyak global. Hal itu untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat, serta menghadapi situasi ekonomi global yang lebih lemah.

Baca Juga: IMF: Larangan Ekspor Memperparah Krisis Pangan Dunia

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya