Pencalonan PM Baru Ditolak Syiah, Irak 10 Bulan Tanpa Kepala Negara

Demonstran kelompok syiah Irak serbu gedung parlemen

Tangerang Selatan, IDN Times - Pencalonan Perdana Menteri Irak oleh partai-partai yang didukung Iran, mendapatkan respons gelombang penolakan dari para pengikut pemimpin syiah Irak, Muqtada al-Sadr.

Perselisihan yang masih berlangsung antara kelompok syiah dan kurdi menciptakan hambatan untuk pembentukan pemerintahan Irak yang baru. Tercatat bahwa negara itu mengalami kebuntuan terpanjang pascapemilu.

Lebih dari sembilan bulan sejak pemilihan Oktober 2021, anggota parlemen yang ditugaskan untuk menentukan presiden dan perdana menteri terlihat tidak mencapai kesepakatan. Hal itu menjadikan Irak sebagai wilayah tanpa kepala negara atau kabinet selama 291 hari.

Baca Juga: Ambil Artefak, Turis Inggris Terancam Hukuman Mati di Irak

1. Layanan publik dan pekerjaan makin berkurang akibat tertundanya pemerintahan baru   

Warga Irak mengatakan layanan publik dan pekerjaan semakin berkurang disaat Irak memperoleh keuntungan yang bagus dari penjualan minyak setelah minyak mentah berada di harga tertinggi. Serta tidak dilanda perang besar sejak kekalahan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) lima tahun lalu, dikutip dari Reuters.

"Tidak ada pemerintah, jadi tidak ada anggaran, jalan-jalan tetap berlubang, listrik dan air langka dan ada layanan kesehatan dan pendidikan yang buruk," kata Mohammed Mohammed, pensiunan pegawai negeri sipil berusia 68 tahun dari kota selatan Nassiriya.

Kebuntuan telah membuat Irak tanpa anggaran untuk 2022, di mana penundaan itu berdampak pada pengeluaran untuk proyek-proyek infrastruktur dan reformasi ekonomi. 

Saat ini, Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi yang akan berhenti masih terus menjalankan jabatannya. Apabila semua partai tidak menyepakati pemerintahan baru, Kadhimi mungkin akan tetap menjabat sampai pemilihan baru dapat diadakan.

Akibat penundaan itu, ribuan demonstran dari pendukung ulama syiah Moqtada al-Sadr menyerbu gedung parlemen di Baghdad pada Rabu malam, Sambil meneriakkan slogan menentang saingan politik Syiahnya setelah muncul kesepakatan tentang calon Perdana Menteri.

Baca Juga: Irak Penjarakan-Vonis Mati Warganya yang Punya Hubungan dengan Israel

2. Aksi unjuk rasa serupa pernah terjadi pada 2019 dan berakhir tragis  

Ratusan demonstran dari pengikut pemimpin syiah Irak Muqtada al-Sadr telah menyerbu gedung parlemen di Baghdad pada Rabu (27/7/2022). Aksi itu terjadi untuk memprotes pencalonan perdana menteri oleh partai-partai yang didukung Iran.

Melansir Al Jazeera, kondisi serupa pernah terjadi ketika protes massal di Baghdad dan Irak selatan saat 2019. Saat itu, demonstran menuntut untuk pencopotan partai yang telah berkuasa sejak pimpinan AS 2003 yang melengserkan diktator Saddam Hussein. 

Demonstran juga menuduh pemerintahan melakukan korupsi besar-besaran dan berusaha menghentikan Irak menjadi negara maju. Alhasil, pasukan keamanan dan milisi membunuh ratusan demonstran dan protes berujung gagal pada 2020.

Pada akhirnya, Kadhimi menanggapi demonstrasi itu dan berjanji untuk menghukum pembunuh demonstran dan mengadakan pemilihan awal yang diadakan pada 10 Oktober.

“Apa pun bentuk pemerintahan, itu akan terdiri dari orang-orang dan partai-partai yang membunuh teman-teman kita,” kata Ali al-Khayali, seorang aktivis antipemerintah yang berpartisipasi dalam demonstrasi.

Baca Juga: Irak Bayar Utang Gas Rp23,7 Trilliun ke Iran usai Negosiasi

3. Rancangan pemerintahan baru butuh waktu lama akibat kepentingan partai

Pembentukan pemerintahan Irak sering memakan waktu berbulan-bulan, hal itu karena dibutuhkan kesepakatan dari semua partai politik yang bersangkutan.

Sejak Saddam digulingkan, partai-partai syiah yang mewakili mayoritas demografis Irak telah memegang jabatan untuk Perdana Menteri, untuk jabatan presiden biasanya dari kelompok kurdi, dan ketua parlemen dari kelompok Sunni.

"Kami akan berdemonstrasi sampai politisi dan kelompok korup yang didukung oleh Iran hilang," kata Sheikh Safaa al-Baghdadi, seorang guru agama, sesaat sebelum pengunjuk rasa memasuki parlemen.

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya