Taliban Tahan Dosen Afghanistan yang Kritik Larangan Perempuan Kuliah

Dosen dipukuli dan dibawa paksa Taliban  

Jakarta, IDN Times - Otoritas Taliban Afghanistan menahan seorang dosen pada Jumat (3/2/2023), karena mengkritik kebijakan soal larangan perempuan untuk berkuliah. 

Bulan lalu, media sosial dihebohkan oleh aksi seorang pria bernama Ismail Masha. Dosen jurnalisme itu protes dengan menyobek gelar ijazahnya ketika siaran televisi berlangsung.

“Mulai hari ini saya tidak membutuhkan ijazah ini lagi karena negara ini bukan tempat untuk mengenyam pendidikan. Jika kakak dan ibu saya tidak bisa belajar, maka saya tidak terima pendidikan ini,” kata Mashal dalam siaran Tolonews pada Desember.

Baca Juga: 5 Fakta Ismail Mashal, Profesor Afghanistan yang Ditahan Taliban

1. Mashal dipukuli dan dibawa paksa Taliban  

Taliban Tahan Dosen Afghanistan yang Kritik Larangan Perempuan KuliahIlustrasi penjara (unsplash.com/Emiliano Bar)

Melansir Al Jazeera, asisten Mashal yakni Farid Ahmad Fazli, mengatakan bahwa dosen itu dipukuli tanpa ampun dan dibawa paksa oleh anggota Taliban. Sementara itu, pejabat Taliban Afghanistan Abdul Haq Hammad mengkonfirmasi penahanan Mashal.

“Guru Mashal telah terlibat dalam tindakan provokatif terhadap sistem selama beberapa waktu, badan keamanan membawanya untuk penyelidikan.” kata Hammad selaku direktur Kementerian Informasi dan Kebudayaan.

Aksi oleh Mashal terjadi usai serangkai aksi unjuk rasa dari perempuan dan aktivis. Mereka protes terhadap pemerintah Taliban yang membatasi hak-hak perempuan, termasuk larangan mengikuti pendidikan tinggi.

Baca Juga: Wakil Sekjen PBB Temui Taliban Bahas Hak Perempuan 

2. Perjuangan Mashal dalam membela perempuan Afghanistan   

Sebelum ditahan, siaran televisi lokal menunjukan bahwa Mashal membawa banyak buku di sekitar Ibu Kota Kabul dan menawarkannya kepada warga yang hendak lewat. Fazli mengatakan Mashal ditangkap pada Kamis. Dia meyakini bahwa dosen itu tidak melakukan kejahatan. 

“Dia memberikan buku gratis kepada saudara perempuan (perempuan) dan laki-laki, dia masih dalam tahanan dan kami tidak tahu di mana dia ditahan,” ungkap Fazli.

Protes dari kalangan pria umumnya jarang terjadi di Afghanistan. Namun bagi Mashal, yang menjadi dosen selama lebih dari 10 tahun, mengatakan akan membela hak-hak wanita.

“Sebagai laki-laki dan sebagai guru, saya tidak dapat melakukan apa pun untuk mereka, dan saya merasa sertifikat saya menjadi tidak berguna. Jadi, saya merobeknya,” ujar Mashal.

“Saya meninggikan suara saya. Saya berdiri dengan saudara perempuan saya… Protes saya akan terus berlanjut bahkan jika itu mengorbankan nyawa saya.” lanjut dia.

3. Kondisi Afghanistan pasca larangan perempuan untuk bersekolah diberlakukan

Taliban Tahan Dosen Afghanistan yang Kritik Larangan Perempuan KuliahPotret aksi unjuk rasa yang menuntut hak-hak perempuan pada Sabtu (13/8/2022) di Kabul, Afghanistan (twitter.com/Elisalizderosa)

Dilansir Al Jazeera, para ahli mengatakan mayoritas sekolah menengah khusus perempuan di Afghanistan masih ditutup. Tak hanya itu, Taliban juga melarang akses siswi kelas tujuh sampai 12 untuk bersekolah. 

Selama lima bulan terakhir, banyak perempuan menggelar aksi unjuk rasa dengan menuntut hak-nya atas pendidikan, pekerjaan dan kebebasan. Otoritas Taliban diketahui kerap represif terhadap demonstran, seperti memukul, mengancam dan menangkap perempuan yang mengikuti unjuk rasa.

Sebelum berkuasa pada Agustus 2021, Taliban sempat berjanji akan menegakkan hak-hak perempuan dan kebebasan pers. Namun setelahnya, otoritas mulai membatasi kehendak mereka seperti era Keamiran Islam Afghanistan tahun 1996-2001, dilansir Arab News.

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya