Maenslantkering, Si Raksasa Besi yang Jadi Solusi Banjir di Belanda

Maeslantkering layak tiru gak, nih, di Indonesia?

Den Haag, IDN Times - Bencana banjir di tahun 1953 tak akan dilupakan oleh warga Belanda. Banjir yang terjadi pada tanggal 31 Januari malam dan 1 Februari pagi saat itu menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di Belanda. Tentunya, peristiwa tersebut menjadi pengalaman pahit bagi mereka.

Namun, dari kejadian itulah muncul tekad pemerintah untuk memecahkan masalah. Bahkan, pemerintah Belanda berhasil menciptakan teknologi tinggi yang bisa menangkal banjir.

"Kita juga belajar dari kesalahan masa lalu. Hampir dua ribu orang tenggelam saat itu," kata Jeroen Kemar, juru bicara dari Maeslantkering, salah satu nama penghambat badai laut di Belanda.

Sebagai negara yang mendiami wilayah berpermukaan rendah, pemerintah Belanda ingin membuat rakyatnya bisa tidur nyenyak saat badai datang. Oleh karena itu, sejumlah infrastruktur delta dibangun guna mengantisipasi ancaman banjir.

1. Terdapat 15 infrastruktur penghambat banjir di Belanda

Maenslantkering, Si Raksasa Besi yang Jadi Solusi Banjir di BelandaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Jeroen mengatakan, terdapat 15 pembangunan infrastruktur untuk menghambat banjir. Namun, ia mengatakan hanya mengelola 4 penghambat saja. Salah satu yang dikelolanya adalah mega-proyek infrastruktur delta Maeslantkering.

Jeroen menceritakan, awalnya karena keuangan yang tak terlalu banyak, Belanda membangun penghambat badai laut yang kecil. Namun, dari tahun ke tahun, uang yang dikumpulkan semakin banyak sehingga mereka bisa membangun penghambat yang begitu besar.

"Saat itu, pemerintah bilang 'ini tidak akan terjadi lagi'. Dan saat itu kami membangun dengan uang yang sedikit, sebuah penghambat kecil. Dan setelah itu, kami mendapatkan uang lagi. Karena setiap tahunnya selalu mendapatkan uang dari pajak kami," kata Jeroen.

"Lalu, ketika kita membayar untuk itu, kita tidak pernah masalah dengan perbaikannya karena kita membuat sesuatu yang berguna," lanjutnya.

Baca Juga: Kunjungi Korban Banjir, DPRD DKI Temukan Penyebab Banjir Jakarta

2. Infrastruktur Maeslantkering dilengkapi dengan dua lengan baja

Maenslantkering, Si Raksasa Besi yang Jadi Solusi Banjir di BelandaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Pantauan IDN Times, penghambat badai Laut Utara Maeslant itu memang terlihat begitu besar. Penghambat besar itu berwarna putih. Infrastruktur Maeslantkering dilengkapi dua lengan baja yang dapat bergerak secara otomatis.

Menurutnya, dari ide yang diciptakan oleh Pemerintah Belanda ini, banyak negara di seluruh dunia yang meniru untuk membangun penghambat

"Dan saat ini, semua negara memiliki ide yang sama untuk membangun penghalang seperti kami," ucapnya.

3. Maeslantkering tertutup dua kali, pada tahun 2007 dan 2018

Maenslantkering, Si Raksasa Besi yang Jadi Solusi Banjir di BelandaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Jeroen menyampaikan bahwa penghambat raksasa itu membutuhkan waktu dua jam untuk menutup. Sejak kehadirannya, baru dua kali mega-infrastruktur Maeslantkering ini menutup guna menghambat luapan air laut akibat badai Laut Utara yang dahsyat. Ketika itu Maeslantkering ditutup pada 9 November 2007 dan awal 2018 lalu.

"Setelah kita menutup penghambat, kita harus segera membuka penghambat karena kapal-kapal sudah menunggu. Karena kalau penghambat tertutup seharian, hal itu akan mengurangi perekonomian," ujar dia.

Jeroen juga menjelaskan, teknologi komputer yang dipakai untuk Maeslantkering bukanlah komputer biasa. Mereka menggunakan komputer khusus, sehingga mereka bisa terhindar dari para hacker.

Baca Juga: Unggul dari Anies Soal Solusi Banjir, Ahok: Ikuti Desain Belanda

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya