Ngeri, Erupsi dan Hujan Kaca Terjadi di Afrika Selatan

Fenomena alam yang mengungkap cara manusia modern bertahan dari erupsi

Pertama kali ketika seseorang melihat gunung adalah soal keindahannya. Terutama bagi mereka yang hobi mendaki, gunung adalah tempat yang menyenangkan untuk dijelajahi.

Indonesia sebagai negara kepulauan maritim juga mempunyai banyak gunung di berbagai wilayahnya. Baik gunung yang sudah tidak aktif lagi atau masih aktif dan berpotensi terjadi erupsi yang mengeluarkan sejumlah proyektil berupa lava, asap panas, batu, lahar dingin maupun proyektil lainnya yang membahayakan populasi manusia yang tinggal di sekitar area gunung dengan jangkauan tertentu.

Salju vulkanik pun juga bisa berdampak merugikan bagi lingkungan sekitar dan perubahan iklim. Seperti musim panas yang tidak kunjung datang, gagal panen, banyak orang yang terpaksa mengungsi, dan juga fenomena kelaparan. Baru - baru ini di Afrika Selatan fenomena aneh dari erupsi yang mengeluarkan pecahan kaca. Namun kali ini bukan dari erupsi gunung, melainkan erupsi ini berasal dari sejumlah celah yang berada di deretan karang di suatu wilayah di Afrika.

1. Hal serupa yang pernah terjadi pada erupsi Gunung Tambora

Ngeri, Erupsi dan Hujan Kaca Terjadi di Afrika SelatanYoutube.com

Pada tahun 1815 Gunung Tambora yang berdekatan dengan Danau Toba mengalami erupsi. Bahkan erupsi ini mendapat nilai letusan gunung antara 7 - 8, dalam data yang dicatat pada VEI atau Volcaninc Expolsivity. Dan para ahli geologi dari berbagai negara di dunia yakin bahwa letusan yang terjadi di gunung di wilayah Toba yang terjadi sekitar 74.000 tahun lalu adalah rekor letusan gunung paling kuat di dunia, dan mempunyai kekuatan letusan yang lebih dari letusan yang terjadi pada erupsi Gunung Tambora.

2. Lokasi dan penyebab erupsi yang terjadi di Afrika Selatan

Ngeri, Erupsi dan Hujan Kaca Terjadi di Afrika Selatanvoanews.com

Penemuan yang dituliskan Zenobia Jacobs dalam journal Nature pada fenomena yang terjadi di wilayah pesisir Pinacle Ponit yang berdekatan dengan Kota Mossel pada Senin 12/3/2018 waktu setempat, ia menemukan bahwa erupsi dari celah - celah karang ini mengeluarkan proyektil berupa pecahan kaca yang daya lontarnya bisa mencapai jarak 5,592 mil jauhnya.

Proyektil berupa pecahan kaca ini disebut dengan cryptotephra. Para peneliti dalam tim dan uga acob meyakini bahwa erupsi ini terjadi akibat hujan vulkanis yang terjadi selama beberapa dekade lamanya yang juga menyebabkan rusaknya ekosistem dan berkurangya bahan makanan dilihat dari fosil spesies manusia modern yang beserta alat berburu yang masih tersisa ditemukan para proses penggalian oleh tim peneliti di situs ini.

Menurut penjelasan Jacob dan para tim penelitinya, bentuk proyektil kaca ini menyerupai bentuk kail. Lanjutnya, bentuk pecahan kaca yang menyerupai kail ini terbentuk saat kaca ini bercampur dengan suhu panas dari proses erupsi. Dan untuk lokasi ditemukannya proyektil kaca ini, telah ditemukan oleh seorang ahli geologi Afrika Selatan bernama Curtis Marean di area gundukan pasir yang berada di sekitar wilayah pesisir Vleesbaai dan Pinacle Point. Marean adalah seorang director of excavation dan juga associate director of Institute of Human Right dari Arizona University. Selain itu ia juga seorang profesor di Nelson Mandela University's Center for Coastal Palosceience in South Afica.

3. Ditemukan juga fosil homo sapiens

Ngeri, Erupsi dan Hujan Kaca Terjadi di Afrika Selatanviralsnoop.com

Erupsi ini adalah fenomena unik berupa pecahan kaca yang menyembur keluar ada hal lain yang menjadi penemuan penting di tahun 2018 ini. Yakni penemuan fosil manusia modern dari spesies Homo sapiens yang dipekirakan telah tinggal di dalam celah di bagian bawah tebing pesisir yang menyerupai sebuah gua.

Menurut Marean, para manusia modern yang hidup di zaman purba ini mempunyai cara mempertahankan diri dari erupsi gunung, yakni dengan tinggal di dalam gua tersebut. Mereka paham bahwa ada waktu - waktu tertentu disaat volume laut sedang surut dan memberi kesempatan mereka untuk berlindung di dalam gua bagian bawah tebing itu.

Lanjutnya, Homo sapiens di zaman dulu sudah mempunyai teknologi berupa kayu, batu, dan kulit. Mereka mempunyai kemampuan berburu dan mengumpulkan bahan persediaan makanan. Seperti berburu zebra atau wildebeest dan juga mengumpulkan tumbuhan - tumbuhan tertentu yang bisa mereka olah menjadi makanan yang bisa mereka makan. Selain itu, mereka juga mempunyai peralatan - peralatan berukuran kecil yang dinamakan dengan mirolythic technology.

4. Lalu, ini korelasi keduanya dengan sebuah teori

Ngeri, Erupsi dan Hujan Kaca Terjadi di Afrika Selatanadnanreza.com

Erupsi yang menyemburkan pecahan kaca di pesisir Afrika ini oleh para ahli geologi dikaitkan dengan sebuah teori erupsi yang terjadi pada Gunung Tambora di wilayah Toba, Sumatera Utara. Teori yang dinamakan dengan catasthrope theory ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1990 oleh seorang ahli biologi bernama Michael Rampino dari New York Univesity, ahli vulkanologi Stephen Self dari University of Hawaii di Manoa, dan seorang jurnalis sains Ann Gibbons yang saat itu meliput erupsi yang terjadi pada Gunung Tambora di Sumatera Utara.

Yakni, teori ini mengungkapkan bahwa terjadinya erupsi pada suatu gunung dapat mengakibatkan pengurangan populasi manusia yang sangat tajam yang juga dikenal dengan sebutan population bottleneck. Lalu teori ini dikemabangkan lebih  lanjut oleh Stanley Ambrose dari University of Illinois dalam Kampanye Urbana.

Threedots Photo Verified Writer Threedots

Another world inside of me

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya