Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia

Ternyata jumlah warga Muslim Rusia cukup banyak, lho

Moskow, IDN Times -  “Bagi kami, penganut Rusia Ortodoks, penganut Islam sebagaimana agama-agama lainnya adalah sahabat karib,” kata Hilarion Ayeef, Kamis, 13 September 2018.  Hilarion menjabat ketua departemen urusan eksternal di Gereja Ortodoks Rusia. Pendeta yang jago menciptakan lagu itu mewakili Sang Partriakh, pemimpin tertinggi Gereja Ortodoks Rusia yang sedang melakukan kegiatan lain.

Kunjungan ke kantor Patriarkh adalah bagian dari kegiatan delegasi Indonesia yang mengikuti acara Dialog kedua Indonesia-Rusia dalam hal antar agama dan antar media (2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue).

“Rusia mirip dengan Indonesia. Selain memiliki keragaman etnis dan agama, kehidupan beragama di kedua negara berlangsung cukup harmonis meskipun ada pemeluk agama yang mayoritas. Negara memberikan jaminan kepada pemeluk agama-agama untuk menjalankan ibadahnya,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Cecep Herawan.  Cecep memimpin delegasi Indonesia.

Bagaimana kehidupan beragama di negeri yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu?  Simak fakta-fakta berikut ini:

Baca Juga: Indonesia-Rusia Gelar Interfaith dan Intermedia Dialogue Kedua

1. Di Rusia, ada lebih dari 160 etnis dan masyarakat adat yang berbeda

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di RusiaIDN Times/Uni Lubis

Rusia merupakan salah satu negara di Eropa yang memiliki keragaman suku bangsa dan ras.  Ada lebih dari 160 etnis dan masyarakat adat yang berbeda. 

Bangsa Rusia terdiri dari etnis Rusia dengan tradisi Slavik Ortodoks yang kuat, bangsa Tatar dan Bashkir dengan akar budaya Muslim Turki, penganut Budha dari suku pengembara nomaden Buryats dan Kalmyks--suku bangsa yang masih menganut Shamanistik di belahan utara Rusia dan Siberia, suku-suku di dataran tinggi di wilayah Kaukasus Utara, dan bangsa Finno-Ugric di wilayah Barat Laut Rusia yang berbatasan dengan Finlandia dan wilayah Volga.

“Keberagaman sukubangsa dan ras menyebabkan kami memiliki keyakinan yang berbeda, namun negara melindungi penganut agama-agama,” kata Hilarion.

2. Budaya Rusia adalah budaya Kristen Ortodoks

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di RusiaIDN Times/Uni Lubis

Menurut data yang disiapkan Ditjen IDP, nilai budaya yang tertanam di masyarakat Rusia sendiri adalah budaya Kristen Ortodoks dari Byzantium Konstantinopel, yang pertama kali diadopsi oleh Pangeran Vladimir I, Grand Prince of Kievan Rus pada abad tahun 988 dengan penciptaan kode hukum tertulis bangsa Slavik Timur Pertama, Russkaya Pravda.

“Ini menjadikan budaya Rusia sangat dipengaruhi agama Ortodoks,” kata Dutabesar Republik Indonesia untuk Rusia, Muhamad Wahid Supriyanto.

3. Gereja Ortodoks Rusia memiliki pengaruh dalam pemerintahan

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue (Istimewa)

Federasi Rusia memiliki lebih dari 146,804 juta penduduk termasuk Crimea dan Sevastopol. Data ini diambil dari Layanan Data Statistik Negara Rusia. 

Penduduk Rusia mayoritas beragama Kristen Ortodoks (71,8 persen), beragama Islam (15 persen menurut data umum dan 17,5 persen data Mufti Rusia). Penduduk beragama Katolik (1,8 persen), Protestan (0,7 persen), Budha (0,6 persen), Yahudi (0,3 persen), lain-lain (0,9 persen)  dan warga tanpa agama (18,9 persen).

Federasi Rusia mengadopsi sistem ketatanegaraan sekuler yang tertuang pada Pasal 14 Konstitusi Rusia yang menyebutkan pelarangan pembentukan agama negara dan memerintahkan pemisahan agama dari negara.

"Meskipun demikian, Gereja Ortodoks Rusia memiliki pengaruh dalam sistem pemerintahan," kata Hilarion Ayeef.
 

Dubes Wahid mengatakan pada dasarnya kehidupan masyarakat Rusia dewasa ini sangat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Patriark sebagai pemimpin tertinggi Gereja Ortodoks Rusia.

 

4. Presiden Putin gencar menampilkan kesan sebagai sosok yang taat beragama

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue (IDN Times/Uni Lubis)

Sebagaimana layaknya calon presiden dalam proses kampanye, membangun citra publik jadi hal penting. Sebelum Pemilihan Presiden pada Maret 2018, media di Rusia gencar menampilkan Vladimir Putin sebagai sosok penyelamat nasional. Sejumlah tayangan media membangun citra bahwa Putin lah sosok yang dapat membangun Rusia sebagai negara besar.

Dalam beberapa kesempatan, media Rusia menampilkan figur Putin sebagai seorang umat Kristen Ortodoks Rusia yang taat. Salah satunya melalui pemberitaan ibadat Epiphany atau penyucian diri dengan menceburkan diri ke kolam air dingin. Ini dilakukan Putin pada Januari 2018.

Banyak yang berpikir Presiden Putin adalah seorang anggota Partai Komunis. Putin adalah seorang profesional yang pernah bekerja untuk KGB, dinas rahasia di era Uni Soviet.

Partai pendukung Putin, Partai Rusia Bersatu kini menguasai Duma, parlemen Rusia dengan 340 kursi. Partai Komunis di tempat kedua dengan 42 kursi.

5. Putin berupaya mendekati umat Islam di Rusia

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue (IDN Times/Uni Lubis)

Selain melakukan pendekatan dengan gereja kristen ortodoks, Putin juga gencar mendekati pemeluk agama Islam. "Banyak yang tidak tahu bahwa ada sekitar 25 juta penduduk beragama Islam di Rusia. Ada 8 daerah dengan penduduk beragama Islam," kata Dubes Wahid.
 

Sekitar 100 juta penduduk Rusia beragama Kristen Ortodoks Rusia meskipun sebagian besar dari mereka tidak menjalankan peribadatan secara utuh.

Agama Islam memiliki jumlah penganut terbesar kedua. Paling pesat perkembangannya. Muslim Rusia tersebar di wilayah Volga-Ural dan Kaukasus Utara dan kota besar seperti di Moskow dan St Petersburg. 

"Islam menjadi agama paling pesat perkembangannya," ujar Ketua Dewan Mufti atau Imam Besar di Rusia, Ravil Gaynutdin.

Saat ini terdapat 6.500 masjid di seluruh Rusia, dengan pertambahan 40-50 masjid baru setiap tahun.

Tidak heran Putin berpaling juga ke warga muslim.

Media mencatat bahwa sebelum Pilpres Maret 2018, Putin melakukan safari ke beberapa daerah otonom Islam di Federasi Rusia, antara lain Republik Tatarstan.

Berkali-kali Putin berupaya meyakinkan bahwa Islam adalah bagian integral dari Rusia. Putin menyampaikan pentingnya pendidikan Islam di Rusia.

"Putin meyakinkan bahwa umat Islam adalah bagian penting dalam masyarakat Rusia yang multikultur," ujar Wahid.

6. Pemerintah lokal rentan hadapi tekanan dari pemeluk agama mayoritas di tempat

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue (IDN Times/Uni Lubis)

Bukannya tidak ada masalah. Kehidupan beragama di Rusia juga alami masalah yang juga dihadapi di Indonesia. 

Pengamat menilai bahwa pemerintah lokal lebih rentan menghadapi tekanan dari pemeluk agama mayoritas di lokasi tempat.

Diskriminasi terhadap komunitas agama minoritas masih terjadi. Banyak daerah menerapkan kebijakan mereka tanpa merujuk kepada hukum federal yang berlaku.

Pusat Informasi dan Analisis "Sova' melaporkan bahwa aliran keagamaan baru seperti Saksi Yehuwa rentan alami diskriminasi keagamaan.

Pada 2017 Mahkamah Agung Federasi Rusia memutuskan untuk melarang ajaran Saksi Yehuwa di Rusia. Di Rusia terdapat 395 cabang dari aliran ini yang tersebar di seluruh federal Rusia dengan alasan kegiatan keagamaan itu memiliki nilai-nilai ekstremisme.

Pada tahun 2018 pengikut Saksi Yehuwa melaporkan diskriminasi yang dilakukan Pemerintah Federal Rusia ke Mahkamah HAM Eropa.

7. Kelompok Muslim juga hadapi tekanan dari Otoritas Rusia

Ketika Presiden Putin Gencar Mendekati Penganut Islam di Rusia2nd Indonesia-Russia Interfaith and Intermedia Dialogue (IDN Times/Uni Lubis)

Tekanan dialami penganut Salafisme, Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig, Said Nursi dan kelompok lain yang dianggap simpatisan gerakan terorisme.

"Hukum Rusia memungkinkan kelompok agama yang dicurigai berhubungan dengan kelompok terorisme dan beraliran radikal dikenakan pasal pelanggaran hukum," kata Hilarion. 

Dirjen Cecep Herawan mengatakan Indonesia dan Rusia mengalami masalah yang sama dalam menghadapi kelompok yang menyebarkan paham ekstrimisme dan terorisme. 

"Di sini lah pentingnya mempromosikan dialog, yang menjadi cara yang dipilih oleh diplomasi publik kita baik ke dalam maupun keluar negeri," kata Cecep.

Azyumardi Azra mengatakan Indonesia dianggap sebagai negara yang sukses dalam memberantas terorisme.

"Indonesia gunakan pendekatan lunak dan kerjasama antar instansi untuk memerangi terorisme," kata Azyumardi, staf khusus wakil presiden yang juga pakar sejarah Islam. Azyumardi menjadi anggota delegasi Indonesia pada dialog kedua antar agama dan media.

Siti Ruhaini Dzuhayatin, stafsus Presiden Jokowi bidang agama menggarisbawahi komitmen Presiden menangani masalah keadilan sosial, pemberantasan korupsi dan pemerintahan yang bersih untuk mencegah ekstremisme dan radikalisme. 

Selain dengan Rusia, Indonesia memiliki kegiatan bilateral antar agama dengan 29 negara lainnya.

"Kita tidak bermaksud mengajari negara mitra dalam dialog yang kita lakukan. Faktanya dasar negara Indonesia, Pancasila, mampu menjamin kemajemukan dan toleransi di Indonesia dan diapresiasi dunia," kata Cecep.

Dialog antar agama dan antar media dengan Rusia dilakukan pada 13-15 September 2018. Dialog yang sama akan dilakukan di Helsinki, Finlandia, pekan depan.

Baca Juga: Sudah Tahukah Kamu dengan 4 Fakta Unik Tentang Rusia Ini?

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya