Pandemik COVID-19 Bakal Alami Masa Tergelap dalam 3 Bulan Ini

AS khawatirkan soal vaksin

Jakarta, IDN Times – Tiga bulan mendatang adalah masa yang paling berat bagi pandemik COVID-19 di Amerika Serikat. Michael Osterholm, ahli penyakit menular yang menjadi direktur Pusat Riset dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota mengingatkan hal ini dalam program wawancara “Meet the Press” yang ditayangkan stasiun televisi NBC, pada Minggu 18 Oktober 2020.

Osterholm mengatakan, negerinya akan mengalami “masa paling gelap selama pandemik” karena alami “problem besar dalam penyampaian pesan” berkaitan dengan COVID-19.

“Kita memiliki vaksin dan terapi untuk menurunkan (tingkat terinfeksi). Tapi, sebenarnya kalau Anda melihat periodenya, enam sampai 12 minggu ke depan akan menjadi masa yang paling gelap selama pandemik ini,” ujar Osterholm, menjawab pertanyaan pembawa cara Chuck Todd.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

1.Vaksin yang aman tidak akan tersedia sampai awal hingga kuartal ketiga 2021

Pandemik COVID-19 Bakal Alami Masa Tergelap dalam 3 Bulan IniIlustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Osterholm mengingatkan bahwa vaksin yang aman tidak akan tersedia sampai awal hingga kuartal ketiga tahun depan.

“Dan bahkan jika vaksin itu sudah ada, separuh dari populasi di AS masih bersikap skeptis untuk divaksinasi. Jadi, masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah soal penyampaian pesan,” ujar Osterholm.

2. Balapan produksi vaksin COVID-19 memicu kekhawatiran keamanannya

Pandemik COVID-19 Bakal Alami Masa Tergelap dalam 3 Bulan IniPresiden AS Donald Trump, dengan perban di tangannya, mencopot masker saat keluar ke balkon Gedung Putih (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Laman Business Insider melaporkan bahwa perlombaan memproduksi vaksin virus corona mencatat rekor dalam sejarah produksi vaksin. Kecenderungan balapan menemukan vaksin ini memicu kekhawatiran soal keamanannya. Di AS, produksi vaksin bahkan dikejar untuk memenuhi hasrat dan kepentingan politik. Sejauh ini para produsen belum membuat kesepakatan bersama bahwa vaksin yang sedang dibuat benar-benar aman digunakan manusia.

Sebagai contoh, pada bulan Maret 2020, perusahaan bioteknologi terkemuka Moderna, memulai proses membuat vaksin COVID-19 berikut uji klinisnya kurang dari 70 hari setelah melakukan pengurutan virusnya. Ini memangkas waktu setahun dari biasanya saat mengembangkan vaksin.

Sejak itu, dua perusahaan farmasi di AS, Moderna dan Pfizer, mengumumkan data awal yang menunjukkan bahwa vaksin yang mereka kembangkan memberikan imunitas kepada penerimanya, tanpa efek samping berarti. Hal itu membuat kedua perusahaan optimistis uji klinis vaksin terhadap manusia akan dirampungkan Oktober ini.

Begitu pun, ilmuwan dan ahli kesehatan masyarakat khawatir soal adu cepat pengembangan vaksin ini, sebelum ada data yang lebih lengkap soal keamanan dan efektivitas vaksin.

Anthony Fauci, kepala Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan Alergi AS, sosok yang dianggap sebagai “pemimpin ilmuwan” dalam penanganan pandemik di AS dan sering berseberangan pendapat dengan Presiden Donald J. Trump, mengatakan, vaksin yang aman dan efektif kemungkinan akan tersedia pada bulan April 2021.

“Kami memperkirakan bahwa sekitar 700 juta dosis vaksin akan tersedia pada akhir April 2021,” kata Fauci kepada CBS Evening News. Itu dengan catatan bahwa semua dari enam kandidat vaksin yang sedang dikembangkan, dapat membuktikan keamanan dan efektivitas vaksin.

Baca Juga: Debat Capres AS 2020, Biden Serang Trump Soal Penanganan COVID-19

3. Pandemik COVID-19 bakal memburuk di musim gugur dan musim dingin

Pandemik COVID-19 Bakal Alami Masa Tergelap dalam 3 Bulan IniCalon Presiden Amerika Serikat Joe Biden di East Las Vegas Community Center di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Jumat (9/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Osterholm mengkritisi fakta tidak adanya “suara kepemimpinan” yang memandu masyarakat selama pandemik. Dia adalah salah satu dari banyak ahli yang memperingatkan bahwa situasi pandemik COVID-19 akan memburuk selama musim gugur dan musim dingin ini.

“Jumat (16/10/2020, red), kita punya 70 ribu kasus dalam sehari, jumlah yang paling besar yang kita alami sejak situasi serius pada bulan Juli,” kata Osterholm. Menurut dia, angka kasus bakal terus melonjak dan antara saat ini dan musim liburan, AS akan mencatatkan sebanyak 67 ribu sampai 75 ribu kasus harian.

Soal kepemimpinan yang kata-katanya bisa menjadi rujukan warga, Osterholm menggambarkan situasinya dengan, ”Kepemimpinan perlu mengajak warga bersama-sama untuk memahami, mengapa kita harus melakukan (kebijakan) ini? Ini semacam pendekatan percakapan ala FDR. Ini yang tidak kita lakukan."

FDR adalah singkatan Franklin Delano Roosevelt, Presiden AS yang memimpin antara tahun 1933 sampai 1945. FDR satu-satunya presiden yang terpilih selama empat kali berturut-turut. Prestasi FDR adalah membawa AS pulih dari masa Depresi Hebat. Visinya soal organisasi internasional membawa pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Data Universitas John Hopkins menunjukkan, per hari Minggu 18 OKtober 2020 AS mencatatkan lebih dari 8,1 juta kasus dan 219 ribu kematian. Sehari sebelumnya, Sabtu 17 Oktober 2020, ada penambahan 57 ribu kasus.

Penanganan pandemik COVID-19 menjadi topik utama dalam kampanye presiden di AS, termasuk saat debat calon presiden dan calon wakil presiden. AS menjadi salah satu negara yang dianggap buruk dalam menangani pandemik.

Presiden Trump menunjukkan sikap tidak peduli terhadap protokol kesehatan, dengan tidak menggunakan masker dalam banyak kesempatan publik termasuk saat kampanye dengan kerumunan massa. Dia dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 dan sempat dirawat di rumah sakit. Gedung Putih disebut sebagai “penyebar massal” virus, karena selain Trump dan Ibu Negara Melania Trump, sejumlah pejabat dan staf juga dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Trump Iri dengan Anggota Gugus COVID-19 yang Lebih Populer Darinya

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya