Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis Rappler

Maria Ressa akan melawan

Honolulu, IDN Times - "Lewat tengah malam, 28 Juni, kami mendapatkan informasi bahwa pemerintah menutup izin operasional bisnis Rappler," ujar Maria Ressa, pendiri dan CEO Rappler, situs berita terkemuka di Filipina. Maria yang juga penerima hadiah Nobel Perdamaian 2021 itu, menyampaikan informasi tersebut di ruang VIP bagi pembicara utama acara Konferensi Media Internasional yang diadakan East West Center di Hawaii Convention Center, Honolulu Selasa pagi waktu setempat (28/6/2022).

Kami janji bertemu untuk wawancara. Lewat pesan singkat, Maria meminta saya datang ke ruangan tempat dia tengah merampungkan presentasinya. "Saya akan menyampaikan berita ini saat presentasi. Keputusan ini ancaman bagi kemerdekaan pers di Filipina," ujar Maria.

Dia tampak tegar. Sesekali dia menyesap kopi sambil mengedit pernyataan publik Rappler tentang penutupan operasional bisnis itu. Maria melakukan beberapa komunikasi telepon. "Apakah sebagai pemimpin redaksi kamu pernah bersiap jika suatu ketika media kamu dibredel," tanya Maria.

"Rappler pasti sudah siap, karena tekanan Pemerintahan Duterte sudah lama, sejak 2016," jawab saya. "Betul, kami sudah bersiap," kata Maria.

Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis RapplerMaria Ressa, pendiri dan CEO Rappler. (IDN Times/Uni Lubis

Satu jam kemudian, Maria Ressa naik panggung dalam balutan blazer nuansa warna putih. Dia memulai presentasi di sesi berjudul "Perang Kata-Kata" dengan menyampaikan kabar buruk itu, dengan mengulangi pertanyaan kepada hadirin, "Siapa di antara kalian yang bersiap jika suatu ketika media kalian dibredel? Apa yang akan kalian lakukan? Karena, hal itu kami alami. Kalian orang-orang pertama yang saya beritahu soal ini," ujar Maria. Sebanyak 300-an peserta konferensi sempat terdiam. Selama pidato Maria mendapatkan tepuk tangan dukungan sambil berdiri dari peserta.

Maria menyampaikan bahwa otoriras bursa saham Filipina menerbitkan perintah yang mengkonfirmasi keputusan sebelumnya yang mencabut sertifikat atau lisensi bisnis korporasi Rappler.

Maria Ressa mengatakan Rappler akan melawan keputusan yang dibuat hanya dua hari sebelum kekuasaan Presiden Rodrigo Duterte berakhir.

"Kami (Rappler) tidak akan tutup, kami akan mengajukan banding atas keputusan ini, karena jelas prosesnya tidak biasa," ujar Maria.

Filipina akan dipimpin Bongbong Marcos Jr, putra mantan presiden Filipina yang juga dikenang sebagai diktator, Ferdinand Marcos. Marcos senior jatuh dari kekuasaannya 36 tahun lalu lewat kekuatan rakyat. Putra Marcos akan memimpin Filipina selama enam tahun ke depan, didampingi Wakil Presiden Sara Duterte, putri Presiden Duterte.

Berikut potret Maria Ressa saat menyiapkan pidato dan keterangan pers soal penutupan Rappler.

Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis RapplerMaria Ressa, pendiri dan CEO Rappler saat mendapat informasi penutupan Rappler. (IDN TImes/Uni Lubis)
Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis RapplerMaria Ressa, pendiri dan CEO Rappler saat mendapat informasi penutupan Rappler. (IDN TImes/Uni Lubis)
Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis RapplerMaria Ressa, pendiri dan CEO Rappler saat mendapat informasi penutupan Rappler. (IDN TImes/Uni Lubis)
Pemerintah Duterte Putuskan Cabut Izin Bisnis RapplerRappler Statement yang disampaikan Maria Ressa, pendiri dan CEO Rappler. (IDN Times/Uni Lubis)

Baca Juga: Ditahan Selama 21 Jam, Akhirnya CEO Rappler Maria Ressa Dibebaskan

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Eddy Rusmanto

Berita Terkini Lainnya