Trump Dapat Dukungan 35 Persen Pemilih Muslim, Kok Bisa?

Pemilih muslim ada 1 jutaan

Jakarta, IDN Times – Meskipun sejak awal sering melontarkan pernyataan yang mendiskreditkan muslim, Presiden Donald J. Trump mendapatkan dukungan 35 persen suara pada Pemilihan Presiden AS 2020 yang rampung digelar 3 November 2020 dari kalangan ini. Data ini disajikan oleh VoteCast The Associate Press. Kandidat Partai Demokrat Joe Biden dapat 64 persen dukungan suara muslim.

Survei VoteCast melibatkan elektorat tingkat nasional, dengan parameter demografi, persepsi terhadap kedua kandidat, Trump dan Joe Biden, opini mereka atas sejumlah isu dan bagaimana warga menggunakan hak pilihnya.

Penilaian dilakukan sejak beberapa hari sebelum hari-H, sampai tempat pemungutan suara ditutup pada tanggal 3 November malam. Survei dilakukan kepada lebih dari 110 ribu orang di seantero AS dengan margin error +/- 0,4 persen. Datanya bisa dianggap sebagai alternatif dari exit poll yang biasa dilakukan. Data terakhir dimutakhirkan pada 4 November 2020, pukul 11.40 waktu Timur AS.

Baca Juga: Fakta-fakta yang Kamu Perlu Tahu tentang Pilpres AS 2020  

1. Lebih dari satu juta warga muslim berpartisipasi di Pemilu AS 2020

Trump Dapat Dukungan 35 Persen Pemilih Muslim, Kok Bisa?Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengadakan reli kampanye di Londonderry, New Hampshire, Amerika Serikat, Jumat (28/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Menurut exit poll lebih dari satu juta warga muslim di AS menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2020. Pemilu 2020 diperkirakan diikuti oleh 150 jutaan warga, dengan 100 juta di antaranya memasukkan suara lewat surat dan atau menggunakan hak pilihnya lebih dulu (early voting).

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Majelis Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebelum hari pemilu, menunjukkan bahwa jumlah pemilih muslim mencatat rekor. Dari 844 rumah tangga pemilih muslim terdaftar, sebanyak 84 persen mengaku mereka menggunakan hak pilihnya. “CAIR mengucapkan terima kasih kepada satu juta muslim Amerika yang membuat rekor penggunaan hak pilih dalam pemilu kali ini,” kata direktur eksekutif CAIR nasional, Nihad Awad, seperti dikutip arabnews.com.

Dalam jajak pendapat sebelum pemilu, terungkap bahwa 69 persen muslim AS memilih Biden, sementara 17 persen memilih Trump. Sebagai catatan, Trump mendapatkan tambahan suara 4 persen dibandingkan yang dia terima pada Pilpres 2016.

Dalam survei lewat telepon, CAIR hanya menanyakan dua hal, yaitu apakah kamu ikut pemilu? Siapa kandidat presiden yang kamu pilih?

2. Pemilih Arab Amerika memberikan dukungan 35 persen suara ke Trump, 59 persen ke Biden

Trump Dapat Dukungan 35 Persen Pemilih Muslim, Kok Bisa?Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan calon presiden dari Demokrat Joe Biden berpartisipasi dalam debat kampanye kepresidenan Amerika Serikat 2020 terakhir di Curb Event Center di Belmont University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, Kamis (22/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar)

Menurut CAIR, pemilih muslim sejak awal diharapkan berperan penting dalam pemilu, khususnya melihat besarnya komunitas Arab muslim di Michigan, salah satu negara bagian kunci atau disebut battleground states. Hasil terakhir sampai saat ini menunjukkan Biden unggul di sini.

Pemilih Arab Amerika muslim secara konsisten juga menunjukkan semangat partisipasi memilih, dan jumlahnya tergolong paling besar diantara komunitas etnis lainnya.

Survei Institut Arab Amerika yang dilakukan sebelum pemilu mengungkapkan bahwa 59 persen Arab Amerika mendukung Biden, sementara Trump didukung 35 persen komunitas ini.

Arab Amerika dan muslim selama ini mendukung kedua partai politik. Dukungan kepada Partai Republik karena parpol ini diidentikkan dengan pro nilai-nilai keluarga dan kemerdekaan beragama. Sedangkan pendukung Partai Demokrat karena kebijakan mereka yang lebih liberal kepada imigran.

Trump sejak awal menuai kritik karena pendekatan yang kejam terhadap muslim. Dia awalnya melarang orang dari 6 negara dengan populasi mayoritas muslim untuk masuk ke AS.

Baca Juga: Kasus Positif COVID-19 di AS Terus Pecahkan Rekor Setelah Pilpres

3. Mengapa pemilih minoritas termasuk Muslim masih berikan suara cukup banyak ke Trump?

Trump Dapat Dukungan 35 Persen Pemilih Muslim, Kok Bisa?Perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat di Mount Rushmore, Keystone, Dakota Selatan, Amerika Serikat, pada 3 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner

Laman The Washington Post memuat kolom Fareed Zakaria yang menjelaskan mengapa Trump masih didukung kelompok minoritas termasuk Muslim. Dalam tulisan berjudul, “ Once again, Democrats have misunderstood minorities”, yang dimuat pada Kamis (5/11/2020), Fareed menjelaskan sebagai berikut.

“Polarisasi saat ini dalam, berdasarkan kesukuan, dan eksistensi –sebagian besar tidak terpengaruh oleh kejadian atau kinerja. Faktanya, seperti saat situasi memburuk dalam dunia olahraga, biasanya jadi ujian loyalitas untuk tetap bertahan dalam tim kamu,” demikian Fareed menggambarkan betapa situasi pandemik dan kelumpuhan ekonomi yang terparah sejak Depresi Besar, pendukung Republik dan Demokrat antusias menggunakan hak pilihnya, mendukung parpolnya.

Masalahnya, prediksi bahwa kali ini Demokrat bakal menang mudah menang di Pilpres, menguasai senat dan Dewan Perwakilan Rakyat (house representative), ternyata meleset. Biden punya peluang besar untuk mengalahkan Trump sejauh ini. Tapi Demokrat gagal mencetak mayoritas di senat.

“Kekecewaan terbesar adalah, karena justru di tahun di mana Demokrat sangat mendukung ide soal kemajemukan dan gerakan seperti Black Lives Matter, Trump juga mendapatkan dukungan cukup besar suara dari kelompok minoritas dibandingkan calon presiden dari Partai Republik sebelumnya sejak 1960. Dia (Trump) menang persentase terbesar dari suara warga kulit hitam sejak 1996 (meskipun cuma dapat 12 persen, tapi ini terbesar). Dia juga dapat dukungan 35 persen suara muslim,” tulis Fareed.

Mengapa? Fareed mengamini analisa ahli strategi Demokrat, James Carville, yang menduga bahwa soal ekonomi adalah jawabannya. Banyak minoritas tidak menyalahkan sepenuhnya soal pandemik dan lumpuhnya ekonomi, kepada Trump.

Justru Demokrat dan Biden diasosiasikan dengan kebijakan penutupan ekonomi, sementara Trump sejak awal pro membuka kegiatan ekonomi sesegera mungkin meskipun jumlah kasus terus meroket, begitu pula pasien yang meninggal dunia.

“Tapi, interpretasi saya sendiri soal ini didapat dari apa yang saya rasakan tentang ideologi kemajemukan Demokrat. Mereka memperlakukan beragam kelompok etnis, ras, agama seolah jadi satu jenis ‘minoritas” dan menerapkan pendekatan yang belum tentu pas untuk semuanya,” ujar Fareed.

Sikap dominan Demokrat selama ini, kelompok minoritas menghadapi diskriminasi sistematis dan perlu dilindungi dengan tindakan aktif oleh pemerintah di berbagai bidang. “Ide ini akarnya dari pengalaman orang kulit hitam, dan itu perlakuan yang cocok. AS selama ini memperlakukan warga kulit hitam dengan kejam, menerapkan kebijakan yang merusak keluarga mereka, menganggap mereka kurang manusiawi dan sebagai warga negara kelas dua.” Ini terjadi sampai hari ini.

Menurut Fareed, ideologi yang didasarkan kepada pengalaman perlakuan terhadap minoritas kulit hitam, tidak bisa diterapkan ke kelompok imigran minoritas dan keturunannya.

“Bagi kami, perlakuan orang kulit putih Amerika bukanlah satu-satunya pengalaman yang membentuk sikap politik kami. Beberapa dari kami liberal secara sosial, yang lainnya konservatif. Beberapa melihat diri mereka sebagai wirausahawan, yang lainnya menuntut peran aktif pemerintah. Beberapa berusaha untuk asimilasi dengan menjauhkan diri dari imigran baru atau warga kulit hitam. Beberapa dari orang Amerika paling rasis yang saya kenal adalah ‘minoritas’,” tulis Fareed, yang dilahirkan di Mumbai, India.

Imigran lain, mayoritas datang ke AS secara sukarela, dan punya latar-belakang dan alasan yang berbeda-beda. “Kami juga mengalami pengalaman diskriminasi dan dijauhi, tapi kami juga mendapatkan negara yang secara keseluruhan lebih transparan dan terbuka terhadap orang asing, dibandingkan dengan tempat lain,” kata Fareed.

Trump unggul di kelompok pemilih etnis latin.

Baca Juga: Kejutan di Pilpres AS 2020, Dukungan LGBT ke Trump Melonjak

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya