2 WNI Jadi Korban Serangan Rasial di AS, Kepala Dipukul Sampai Jatuh

Dari 15-20 orang di stasiun, hanya 2 WNI yang diintimidasi

Jakarta, IDN Times - Dua warga negara Indonesia (WNI) di Amerika Serikat menjadi korban kekerasan rasial. Kepala mereka dipukul berkali-kali hingga jatuh. Kejadian itu berlangsung di stasiun kereta Philadelphia, Minggu (21/3/2021).
 
“Itu kejadian yang sangat buruk dan menyeramkan,” kata seorang WNI yang disembunyikan identitasnya, dikutip dari YouTube NBC10 Philadelphia, Jumat (26/3/2021).
 

1. Berikut kronologi peristiwa

2 WNI Jadi Korban Serangan Rasial di AS, Kepala Dipukul Sampai JatuhIlustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Kejadian bermula ketika dua WNI tersebut sedang menunggu kereta SEPTA di Stasiun City Hall. Mereka kemudian didatangi oleh empat perempuan tak dikenal.
 
“Satu remaja menampar pipi kanan teman saya dan saya mulai menangis. Remaja lainnya memukul kepala kiri saya beberapa kali sampai saya terjatuh,” ujar sang korban.
 
Dia menambahkan, “saya akhirnya pulang ke rumah dengan menangis karena syok dan panik.”
 

Baca Juga: Biden Sebut Serangan di Atlanta Kejahatan Rasial Anti-Asia

2. Korban rasial kebencian terhadap warga Asia-Amerika

2 WNI Jadi Korban Serangan Rasial di AS, Kepala Dipukul Sampai JatuhIlustrasi Menjambak (Perundungan) (IDN Times/Sukma Shakti)

Mereka meyakini kejadian tersebut sebagai kekerasan rasial terhadap warga Asia-Amerika. Sebab, ada sekitar 15-20 orang di stasiun tersebut, tapi hanya mereka yang terlihat seperti keturunan Asia yang diintimidasi.
 
Video amatir yang diperlihatkan NBC juga menayangkan, seorang perempuan yang berkata kasar kepada korban, seraya mengecam kenapa mereka harus menangis.
 
“Kenapa kamu mengintimidasi yang lebih lemah dan mereka yang lebih tua, itu tidak adil,” tutur korban.

3. Pihak stasiun telah berkomunikasi dengan penegak hukum

2 WNI Jadi Korban Serangan Rasial di AS, Kepala Dipukul Sampai JatuhIlustrasi hukum (IDN Times/Arief Rahmat)

Juru bicara SEPTA Andrew Busch menyampaikan, saat ini pihaknya telah berkomunikasi dengan penegak hukum untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Kendati begitu, SEPTA tidak bisa memungkiri bila kekerasan rasial relatif meningkat di stasiun-stasiun kereta api.
 
“Kepolisian SEPTA terus berkomunikasi dengan penegak hukum dari berbagai negara bagian tentang penanganan terbaik untuk mencegah perbuatan krimial,” kata Andrew.

Baca Juga: Karena Diskriminasi Rasial, PBB Tuntut Belgia Meminta Maaf

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya