Anwar Ibrahim: Rakyat Malaysia Jauh Lebih Menderita Dibanding Saya

Anwar sempat dipenjara bertahun-tahun

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengakui bahwa kehidupan mayoritas rakyat Malaysia jauh lebih menderita dibandingkan hidupnya, sekalipun dia pernah mendekam di penjara selama 15 tahun.

Kendati hidup di balik jeruji besi, Anwar bisa bernapas lega karena anak dan istrinya masih bisa melanjutkan hidup.

“Saya bilang, betapapun Anwar menderita, tapi makan minum Azizah (istri Anwar Ibrahim) dan anak-anak terkawal, pendidikan anak-anak baik, tidak terhambat, karena ada rekan-rekan bantu,” kata Anwar saat memberikan pidato di CT Corp Leadership Forum, sebagaimana ditayangkan melalui YouTube CNN Indonesia, Senin (9/1/2023).

“Tapi kalau mayoritas rakyat Malaysia, (ada yang) gak bisa makan setiap hari. Oleh karena itu, ada yang menulis pengalaman saya, saya malu, karena itu kecil (dibandingkan penderitaan rakyat Malaysia),” tambahnya.

Baca Juga: PM Anwar Ibrahim: Indonesia akan Selalu Jadi Prioritas bagi Malaysia 

1. Anwar bicara soal pandangan optimis sebagai seorang pemimpin

Anwar Ibrahim: Rakyat Malaysia Jauh Lebih Menderita Dibanding SayaAnwar Ibrahim di Pemilu Malaysia. (twitter.com/anwaribrahim)

Politikus kawakan Negeri Jiran ini juga menyinggung soal pandangan optimis sebagai cara dia melihat dunia. Tanpa keyakinan tersebut, Anwar tidak yakin dirinya bisa kembali ke gelanggang politik setelah dibui.

“Saya tidak mewakili pandangan yang pesimis dalam ekonomi dan politik, itu sebabnya saya survive, walau sudah lama di penjara. Di penjara saya masih optimis, saya bilang pertolongan Allah dekat,” ujarnya, disambut tepuk tangan para tamu undangan.

Sebagai informasi, Anwar sempat dipenjara atas tuduhan korupsi dan sodomi pada 1999-2004. Dia kemudian dibebaskan saat Malaysia dipimpin Perdana Menteri Abdullah Badawi. Pada 2008, Anwar kembali tersangkut kasus sodomi dan harus menjalani persidangan selama dua tahun, hingga dinyatakan tidak bersalah pada Januari 2012.

Naas, pada 2014 pangadilan Malaysia mendakwa Anwar atas tuduhan Sodomi dan divonis 5 tahun penjara pada 2015. Anwar akhirnya menghirup udara bebas berkat bantuan Mahathir Mohammad.

Baca Juga: Bertemu Anwar Ibrahim, Jokowi Sambut Minat Investor Malaysia di IKN

2. Hikmah yang dipetik setelah Anwar keluar dari penjara

Anwar Ibrahim: Rakyat Malaysia Jauh Lebih Menderita Dibanding SayaPolitisi Malaysia Anwar Ibrahim melambaikan tangan kepada pendukung setelah konferensi pers di Petaling Jaya, Malaysia, Rabu 26/2/2020 (ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng)

Di hadapan audiens, Anwar mengaku hidup di penjara telah mendewasakannya.

“Jadi ada hikmahnya (dipenjara), yaitu mendewasakan saya. Saya mengerti apa arti kebebasan, demokrasi, karena saya tahun pengalaman hidup di dalam penjara dan sistem otokratik,” katanya.

Dari situ, Anwar berjanji untuk mempererat hubungan Indonesia-Malaysia.

“Saya ini dari orang yang tersisih dan terbuang, lebih mengerti arti keadilan, arti pemerataan, arti keadilan sosial. Jadi sekarang tanggung jawab (saya), untuk memastikan, bukan soal memihak Indonesia atau Malaysia, tapi memihak pada kemanusiaan,” tuturnya.

Dia menambahkan, “saya menyatakan, insyaAllah dengan perubahan lanskap politik di Malaysia, kita akan menyaksikan satu peningkatan hubungan negara satu rumpun (Indonesia-Malaysia) yang belum pernah tercapai dan tercatat sebelumnya.”

Baca Juga: PM Malaysia Anwar Ibrahim ke Indonesia Bulan Depan 

3. Anwar meyakinkan banyak orang akan menjadi pemimpin berintegritas

Anwar Ibrahim: Rakyat Malaysia Jauh Lebih Menderita Dibanding SayaPresiden Joko Widodo (kanan) bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim melambaikan tangan ke arah wartawan di veranda Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (9/1/2023). Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Bogor. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Pada kesempatan yang sama, Anwar juga menyoroti sekaligus meyakinkan banyak orang bahwa dia akan menjadi pemimpin yang berintegritas.

“Kita ini riuh rendah soal demokrasi, tapi tidak akuntabel. Demokrasi itu tidak dapat ditentukan kehebatannya hanya semata-mata dari pemilu. Tapi deliver-nya kepada kita adalah pertimbangkan akhlak dan etik, mesti tentang akuntabilitas,” tuturnya.

“Apakah benar orang berkuasa, yang menang dengan dukungan rakyat, dia menang dengan etika yang dapat dipertahankan? Apakah mereka jujur? Di negara-nagara Islam, semakin kuat slogan Islamnya, lebih banyak dana hilang. Atau di Malaysia, lebih kuat suara melayu-nya, lebih cepat uang lenyapnya. Jadi kita gak boleh terpaku dengan slogan, janji, dan kata-kata,” sambung dia.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya