AS-Korsel Gelar Latihan Militer Gabungan, Korut Sampaikan 2 Ancaman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Kim Yo Jong, pejabat Korea Utara (Korut) yang merupakan saudara perempuan Kim Jong Un, memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) yang berencana melanjutkan latihan militer gabungan pekan ini. Jika pelatihan tidak dibatalkan, Washington dan Seoul akan menghadapi ancaman keamanan yang lebih besar.
Dikutip dari The Straits Times, AS-Korsel akan menggelar latihan militer mulai Selasa (10/8/2021). Menurut Kim Yo Jong, agenda seperti itu bisa menghambat upaya reunifikasi sekaligus meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
“Latihan itu adalah tindakan yang tidak diinginkan dan merusak diri sendiri. Amerika Serikat dan Korea Selatan akan menghadapi ancaman keamanan yang serius dengan mengabaikan peringatan berulang kami untuk melanjutkan latihan perang yang berbahaya,” terang Kim Yo Jong pada Selasa.
Baca Juga: Presiden Korsel Tolak Tuduhan Terkait Skandal Spionase dengan Korut
1. Dua ancaman Korut terhadap Korsel dan AS
Kim Yo Jong menyayangkan latihan militer digelar tidak lama setelah saluran komunikasi Pyongyang-Seoul dihubungkan kembali. Di mata Korut, kegiatan seperti itu merupakan ancaman dan berpotensi meregangkan kembali hubungan antara dua korea.
Ada dua ancaman yang dilontarkan Korut jika AS-Korsel bersikukuh menggelar latihan bersama. Pertama, Korut akan membatalkan upaya Presiden Korsel Moon Jae In untuk membangun kembali kantor penghubung bersama, sebuah kantor yang diledakkan Pyongyang tahun lalu.
Kedua, Korut mengancam akan membatalkan pertemuan puncak sebagai strategi untuk memulihkan hubungan.
Baca Juga: Kim Yo-jong, Perempuan Berpengaruh Calon Kuat Pengganti Kim Jong-un
2. AS disebut sebagai negara munafik
Pada kesempatan yang sama, Kim Yo Jong juga mengutuk AS sebagai negara munafik. Di satu sisi, mereka mendorong upaya diplomasi dan dialog. Di sisi lain, mereka tetap menerjunkan militer di semenanjung Korea.
Pyongyang memastikan bahwa perdamaian hanya bisa tercapai jika AS menarik seluruh pasukannya dari Korsel. Selama hal itu tidak terealisasi, maka Korut akan terus meningkatkan kapasitas serangan pre-emptive untuk melawan ancaman militer AS.
“Kenyataannya membuktikan bahwa hanya tindakan-tindakan praktis, bukan dialog, yang dapat menjamin perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea, dan penting bagi kita untuk membangun kekuatan demi menahan ancaman eksternal,” tutup Kim Yo Jong.
Baca Juga: Ini Daftar Latihan Militer Gabungan Korsel-AS yang Bikin Keki Korut
3. AS ingin Korut membatalkan program pengambangan nuklirnya
Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Senin (9/8/2021) menyampaikan, detail kegiatan termasuk waktu, skala, dan skema pelatihan belum rampung. Tetapi, mereka menolak berkomentar terkait kecaman Korut.
Sebagai informasi, AS menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korsel sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata daripada kesepakatan damai, meninggalkan semenanjung dalam keadaan perang teknis.
Latihan telah diperkecil dalam beberapa tahun terakhir untuk memfasilitasi pembicaraan yang bertujuan membongkar program nuklir dan rudal Pyongyang, dengan imbalan keringanan sanksi AS. Sayangnya, upaya negosiasi itu gagal pada 2019.