AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISIS

AS akui serangan itu sebagai kesalahan yang tragis

Jakarta, IDN Times – Hasil investigasi Penatagon menunjukkan bahwa 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, yang tidak terafiliasi dengan teroris tewas dalam serangan drone tanpa awal di Kabul. Aksi yang semula dipuji-puji oleh Pentagon itu bertujuan untuk mencegah serangan Islamic State Khorasan (ISIS-K), kelompok teror yang berafiliasi dengan ISIS.

ISIS-K menyerang kawasan sekitar Bandara Hamid Karzai dengan dua bom bunuh diri dan serangkaian tembakan pada akhir Agustus lalu. Lebih dari 170 orang meninggal dunia, termasuk 13 personel militer Amerika Serikat (AS).

"Investigasi kami menyimpulkan serangan itu adalah kesalahan tragis," kata kepala Komando Pusat AS, Frank McKenzie, pada Jumat (17/9/2021) dikutip dari USA Today.

Baca Juga: Serangan Drone AS di Afghan Tewaskan Pekerja Kemanusiaan

1. AS akui melakukan kesalahan tragis

AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISISProses pemakaman warga sipil yang terbunuh pasca serangan udara drone AS di Provinsi Nangarhar. twitter.com/freelartltd

Objek investigasi adalah serangan drone terhadap Toyota Corolla Putih pada 29 Agustus 2021 di pemukiman yang tidak jauh dari bandara Kabul. Menurut McKenzie, saat itu ada lebih dari 60 intelijen yang mengindikasikan mobil itu digunakan untuk meneror pasukan AS. Sebanyak enam drone Reaper dikerahkan untuk membuntuti kendaraan tersebut.

Militer mengklaim, tujuan serangan itu adalah pencegahan teror bunuh diri. Tidak lama setelah serangan diluncurkan, laporan soal tewasnya warga sipil mencuat. Pentagon juga tidak membantah adanya korban sipil.

Berdasarkan penuturan Jenderal Angkatan Darat Mark Milley pada 1 September 2021, jatuhnya korban sipil merupakan dampak dari ledakan yang bersumber dari bom di dalam mobil.

“Itu (serangan) adalah kesalahan tragis,” ujar McKenzie, mengakui tindakan militer kala itu sebagai kesalahan.

Baca Juga: 3 Serangan Drone Mematikan AS di Afghanistan Sepanjang Sejarah

2. Menteri Pertahanan AS minta maaf atas kesalahan serangan

AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISISMenteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin. (Twitter.com/SecDef)

Menteri Pertahanan Lloyd Austin meminta maaf atas serangan tersebut dan mencatat bahwa Zemerai Ahmadi, pengendara mobil yang diduga akan digunakan untuk menyerang instalasi AS, tidak memiliki hubungan degan ISIS-K.   

"Atas nama Departemen Pertahanan, saya menyampaikan belasungkawa yang terdalam kepada anggota keluarga yang masih hidup dari mereka yang terbunuh, termasuk Ahmadi, dan kepada staf Nutrition and Education International, majikan Ahmadi,” ujar Austin mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-K, bahwa kegiatannya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini, dan bahwa Ahmadi juga tidak bersalah, dia hanya korban yang terbunuh secara tragis,” tambahnya.

Lebih lanjut, kata McKenzie, ledakan sekunder kemungkinan berasal dari tangka propane di dekat kendaraan yang meledak, bukan dari bahan peledak.

Baca Juga: Sejumlah Anak Tewas Akibat Serangan Drone AS yang Sasar ISIS-K

3. AS berjanji kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi

AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISISPesawat nirawak tempur AS, MQ-9 Reaper. twitter.com/Seyed___Ali

Serangan drone, yang diterbangkan dari pangkalan Timur Tengah, merupakan salah satu prosedur AS untuk menumpas terorisme.

Kematian Ahmadi terjadi karena AS saat itu tidak memiliki personel intelijen yang bertugas untuk mengonfirmasi kabar yang mereka terima. Dengan kata lain, militer hanya mengandalkan komunikasi yang diperoleh dengan penyadapan.

McKenzie membantah kejadian itu sebagai kesalahan pendekatan over-the-horizon, yang merujuk pada penyerangan dengan drone. Kemudian, dia berjanji ke depannya AS akan memverifikasi setiap informasi yang mereka terima sebelum melakukan serangan.

Militer saat ini sedang menjajaki kemungkinan pemberian kompensasi kepada keluarga yang terbunuh. Investigasi masih berlanjut, kata Mc Kenzie, dan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah AS akan bertanggung hawab penuh atas serangan itu. 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya